Apa Saja Jenis Jenis Bullying?

Bullying

Bullying kerap sekali terjadi di semua lingkungan khususnya anak anak. hal ini sangat berdampak buruk bagi kepribadian seorang anak di masa yang akan datang.

Apa sajakah jenis jenis bullying yang biasa ada di masyarakat ?

1. Bullying fisik
Bullying fisik adalah bullying yang paling sering dilakukan. Misalnya seseorang dengan cara memukul, menendang, dan aktivitas fisik lainnya yang menimbulkan rasa sakit.

2. Bullying verbal
Bullying ini dilakukan dengan kata-kata atau ucapan kasar yang ditujukan untuk menyakiti perasaan, mempermalukan, atau membuat korbannya tidak berdaya.

3. Bullying emosional
Bullying emosional terjadi bila pelaku melakukan intimidasi kepada korbannya. Sehingga korban merasa tertekan, kesepian, dan terisolasi.

4. Cyber bullying
Tindakan bullying juga bisa di lakukan lewat media internet atau teknologi digital. Misalnya, pelaku bullying mengirimkan teks atau gambar lewat sosial media atau broadcast di messenger. Tujuannya agar korban merasa malu dan merasa tidak ada lagi tempat yang aman untuknya.

Berdasarkan bentuknya, Bullying dapat dikategorikan dalam bullying fisik (physical bullying), bullying verbal (verbal bullying), dan bullying psikologis atau sosial (physicological/sosial bullying).

  • Bullying fisik (physical bullying) merupakan tindakan agresif yang dilakukan dengan menyakiti secara fisik dan mengakibatkan dampak fisik pada diri korban. Bullying fisik meliputi tindakan memukul, menendang, mencubit, menjegal, atau mendorong orang lain. Merusak barang atau properti milik korban juga dikategorikan sebagai tindakan bullying fisik (physical bullying).

  • Bullying verbal (verbal bullying) merupakan tindakan yang dilakukan dengan menyakiti orang lain secara lisan. Bullying verbal (verbal bullying) dapat berupa panggilan nama, ejekan, godaan, intimidasi, komentar rasis dan lain-lain.

  • Bullying psikologis atau sosial (physicological/sosial bullying) merupakan tindakan agresif terkait dengan reputasi atau harga diri sesorang. Tindakan ini dapat berupa fitnah, membuat atau menirukan gerakan atau ekspresi wajah orang lain, bercanda untuk mempermalukan orang lain, mendorong orang lain untuk mengeluarkan korban dari lingkungan pergaulan (Hemphill et.al, 2013).

Berdasarkan media perantaranya, Hemphill et.al, (2014) mengkategorikan bullying menjadi bullying traditional (traditional bullying) dan cyberbullying. Perbedaan antara bullying tradisional dengan cyberbullying selain terletak pada media perantaranya juga terdapat perbedaan pada bentuk bullying dan dampak bullying.

  • Bullying tradisional dicirikan dengan adanya tindakan agresif secara langsung atau face to face antara pelaku dan korban. Bullying tradisional dapat berbentuk bullying fisik, bullying verbal, dan bullying psikologis (Hemphill et.al, (2014).

    Bullying tradisional secara langsung berdampak negatif pada kondisi fisik dan psikologis korban bullying. Dampak terhadap korban bullying tradisional dapat berupa lebam, memar, kehilangan kepercayaan diri, penolakan dan isolasi sosial, permasalahan physicosomatic, kekhawatiran, dan ketidakmampuan sosial (Seeley et.al, 2011).

  • Cyberbullying merupakan tindakan agresif yang menggunakan perantara teknologi dalam pelaksanaan bullying. Tindakan cyberbullying dapat berupa bullying verbal dan psikologis yang terjadi melalui sosial media, email, blog, chatroom, atau texting biasa menggunakan Short Messanger Service (SMS).

    Cyberbullying diketahui secara langsung berdampak buruk pada kondisi psikologis korban, seperti korban menjadi merasa lemah dan kesepian. lebih lanjut kondisi psikologis yang buruk ini akan berdampak negatif pada kondisi fisik korban, seperti sakit fisik dan gangguan makan.

Coloroso (2007) menyebutkan terdapat tiga jenis penindasan: verbal, fisik, dan relasional. Pada dasarnya secara substansi, masing-masing dapat menimbulkan masalah sendiri-sendiri. Namun ketiganya kerap membentuk kombinasi untuk menciptakan tekanan yang lebih kuat.

  1. Penindasan Verbal
    Kekerasan secara verbal mungkin adalah bentuk penindasan yang paling umum digunakan baik oleh anak perempuan maupun anak laki-laki. Penindasan verbal dapat diteriakan di sekolah dan bercampur dengan hingar-bingar yang terdengar oleh para guru, diabaikan karena hanya dianggap sebagai dialog yang bodoh dan tidak simpatik diantara rekan sebaya. Ketika seorang anak menjadi sasaran lelucon, ia kerap diabaikan oleh yang lain, terutama dalam aktivitas sosial, menjadi yang terakhir dipilih dan menjadi yang pertama dieliminasi (untuk kegiatan tertentu).

    Penindasan verbal dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan baik bersifat pribadi maupun rasial, dan pernyataan berupa ajakan ajakan seksual atau pelecehan seksual. Selain itu penindasan verbal dapat berupa perampasan uang jajan atau barang-barang, telepon yang kasar, e-mail yang mengintimidasi, surat kaleng yang berisi ancaman kekerasan, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan keliru, serta gosip bisa menjadi bentuk penindasan.

  2. Penindasan Fisik
    Yang termasuk jenis penindasan ini adalah memukul, mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit, memiting, mencakar, meludahi, menekuk anggota tubuh anak yang ditindas hingga posisi yang menyakitkan, dan merusak serta menghancurkan pakaian dan barangbarang milik anak yang tertindas. Semakin kuat dan dewasa sang penindas, semakin berbahaya jenis penindasan ini, bahkan walaupun tidak dimaksudkan untuk menciderai secara serius.

  3. Penindasan Relasional/Psikologis
    Jenis penindasan ini paling sulit dideteksi dari luar. Penindasan relasional adalah pelemahan harga diri si korban penindasan secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau penghindaran. Penghindaran suatu tindakan penyingkiran adala alat penindasan yang terkuat. Anak yang digunjingkan mungkin tidak mengetahui gosip tersebut, namun tetap akan mengalami efeknya. Penindasan relasional dapat digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman atau secara sengaja untuk merusak persahabatan. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata.

Bullying yang terjadi dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu: Bullying verbal, fisik, dan relasional (Patchin and Hinduja, 2011).

1. Bullying Verbal

Tindakan yang termasuk dalam bentuk Bullying verbal yaitu: memaki, menghina, memfitnah, memberi julukan yang tidak menyenangkan, mempermalukan di depan umum, menuduh, menyoraki, menyebarkan gossip negatif, mengejek, memanggil nama dan membentak (Waseem et al., 2017).

2. Bullying Fisik

Bullying ini merupakan bentuk Bullying yang bersifat langsung dan terdapat kontak fisik antara pelaku dan korban. Perilaku yang termasuk dalam bentuk Bullying fisik yaitu memukul, meludahi, menampar, menendang, menjewer, mencubit, mendorong, dan ancaman fisik yang lain (Waseem et al., 2017).

3. Bullying Relasional

Bullying yang termasuk dalam Bullying relasional yaitu Bullying yang berhubungan dengan semua perilaku yang bersifat merusak hubungan dengan orang lain. Tindakan yang termasuk dalam Bullying ini adalah sengaja mendiamkan seseorang, mengucilkan seseorang, penolakan kelompok, pemberian gesture yang tidak menyenangkan (memandang sinis, merendahkan, dan penuh ancaman), dan menyebarkan gosip tentang korban.

Menurut Fanti and Henric (2015) bentuk Bullying ada bermacam- macam, yaitu:

1. Fisik

Bullying fisik melibatkan kekerasan fisik seperti mendorong, menendang, atau mengunci dalam suatu ruangan.

2. Verbal

Bullying verbal termasuk memangil dengan nama yang jelek dan mengejek.

3. Relasional

Bullying ini termasuk Bullying tidak langsung karena orang atau kelompok yang melakukan Bullying tidak dapat diidentifikasi. Bullying relasional termasuk merusak harga diri, merusak status sosial, atau mengucilkan korban dari kelompok yang diinginkan.

4. CyberBullying

CyberBullying merupakan tindakan agresif yang sengaja dilakukan berulang kali oleh individu atau kelompok dengan menggunakan perantara komunikasi elektronik selama periode waktu tertentu, dimana korban tidak dapat dengan mudah untuk membela diri sendiri. Memiliki profil pada media sosial dapat menjadi prediktor kuat terhadap cyberBullying terlepas dari seberapa banyak waktu yang dihabiskan untuk mengaksesnya.

5. Cultural-based Bullying

Cultural-based Bullying merupakan jenis perilaku yang berbahaya karena didasarkan pada perbedaan budaya, agama, bahasa, asal kebangsaan, atau status nasional. Bullying ini lebih sering terjadi pada kelas heterogen dibandingkan kelas homogen.

Tiga kategori praktek bullying yaitu: (1) bullying fisik, (2) bullying non fisik, () bullying mental atau psikologis. Bentuk bullying fisik adalah jenis bullying yang kasat mata.22 Contoh bullying fisik antara lain: menampar, menimpuk, menjegal, menginjak kaki, meludahi, memalak, melempar dengan barang, menghukum dengan cara push up dan lainnya.

Bentuk bullying verbal adalah jenis bullying yang juga bisa terdeteksi karena dapat tertangkap oleh indra pendengaran orang. Contoh bullying verbal antara lain: memaki, menjuluki, menghina, meneriaki, mempermalukan dihadapan umum, menuduh, menyoraki, menebar gosip, serta memfitnah.

Bullying mental atau psikologis merupakan bullying yang tidak kasat mata. Contoh dari bullying mental diantaranya memandang sinis, memandang penuh ancaman, mempermalukan di hadapan umum, mendiamkan, mengucilkan, mempermalukan, meneror melalui pesan pendek, telepon genggam atau email, memelototi, serta mencibir.

Bertumbuh dewasa dan menjadi remaja, manusia sebagai individu mulai mengenal lingkungan yang lebih luas daripada keluarga. Sosialisasi yang dialami individu mulai bertambah luas. Individu mulai berinteraksi dengan teman sebayanya. Hal ini membuat keterampilan sosial individu makin meningkat. Jika nilai-nilai yang ditanamkan oleh kedua orang tuanya diserap dengan baik, maka keterampilan sosial yang dimiliki oleh individu tersebut bisa menjadi lebih baik. Hal itu disebabkan karena manusia tumbuh dan berkembang dari fase ke fase tanpa meninggalkan apa yang telah ia pelajari dari fase sebelumnya. Sebaliknya, apabila sosialisasi nilai-nilai yang ditanamkan keluarga kurang terserap oleh anak, maka bisa jadi perkembangan perilaku dan psikososialnya terhambat. Akibatnya, remaja mulai menunjukkan gejala-gejala patologis seperti kenakalan dan perilaku-perilaku beresiko lainnya, salah satunya adalah bullying (Zakiyah., dkk, 2017).

Lalu apa itu bullying?

Definisi buku mengatakan itu adalah tindakan apa pun yang bermaksud menyakiti, mempermalukan, atau memaksa makhluk lain. Namun, seperti konsep standar dan tradisional lainnya, konsep ini berubah selama bertahun-tahun. Sebagai masyarakat, kita telah memasuki era di mana sekarang ada lebih banyak media daripada sebelumnya di mana intimidasi dapat terjadi. Ini berarti pertengkaran stereotip yang kasar yang mungkin telah mendefinisikan intimidasi beberapa dekade yang lalu tidak lagi menjadi tanda yang umum.

Mendesak dan mendorong bukanlah akhir dari semua jenis penindasan yang diikuti oleh orang-orang dari segala usia. Faktanya, ada enam kategori utama penindasan yang menentukan berbagai teknik dan metode yang digunakan untuk mengintimidasi seseorang. Mari kita lihat apa saja isinya.

1. Physical bullying

Bentuk bullying yang paling jelas dan nyata, physical bullying adalah apa yang kebanyakan orang pikirkan ketika mereka mempertimbangkan konsep ini. Ini terjadi ketika orang menggunakan kekuatan fisik dan tindakan mereka untuk mengendalikan orang lain. Meskipun tidak selalu demikian, pelaku intimidasi fisik seringkali lebih besar, lebih kuat, dan lebih bugar daripada rekan-rekan mereka. Mengetahui hal ini, mereka menggunakan kekuatan dan kekuatan mereka untuk keuntungan mereka, menggunakan tubuh mereka untuk melemahkan target mereka.

Beberapa serangan fisik yang ditimbulkan selama physical bullying termasuk:

  • Tendangan
  • Meninju
  • Memukul
  • Mendorong
  • Menampar
  • Membanting

Meskipun beberapa bentuk penindasan bisa jadi lebih sulit untuk dilihat atau dikenali, penindasan fisik cenderung memanifestasikan dirinya dalam luka dan lecet yang terlihat. Namun, para guru harus mengingat bahwa banyak luka yang secara strategis dapat ditimbulkan untuk menutupi pakaian atau riasan saya. Karena itu, penting untuk mencari tanda-tanda lain bahwa anak sekolah ditindas, seperti trauma emosional.

2. Verbal bullying

‘Memberikan julukan’ mungkin merupakan cara yang sudah berusia berabad-abad untuk menyakiti dan mempermalukan seseorang, tetapi bukan berarti rasa sakitnya berkurang selama bertahun-tahun. Dari anak-anak yang diganggu saat istirahat hingga pasangan yang berulang kali dicaci oleh pasangannya, verbal bullying dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Tidak seperti pelaku intimidasi fisik yang menggunakan tubuh mereka untuk menyakiti, pelaku intimidasi verbal menggunakan kata-kata, bahasa, dan pernyataan menyakitkan untuk membawa tingkat rasa malu yang serupa.

Sebagian besar pelaku ini akan memilih target yang lebih lemah atau cacat dan melontarkan hinaan kepada mereka untuk meremehkan mereka. Misalnya, tidak jarang penindas verbal memilih siswa berkebutuhan khusus yang tidak dapat membela diri atau membalas komentar yang menyakitkan.

Penindasan semacam ini mungkin sulit diidentifikasi, terutama bagi para guru. Ini karena sebagian besar serangan verbal terjadi secara pribadi, saat orang dewasa tidak ada. Hal ini sering mengarah pada kasus ‘katanya’, ‘katanya’, di mana itu kata satu orang melawan orang lain. Selain itu, karena tidak ada cedera fisik yang ditimbulkan, beberapa orang dewasa mungkin menyuruh anak-anak untuk “melupakannya” atau “mengabaikannya”. Namun, ini adalah cara yang tidak sehat untuk menangani masalah yang sangat nyata dan sangat meresahkan. Penindasan secara verbal dapat meninggalkan luka batin permanen yang merusak target seumur hidup. Selain itu, banyak pelaku intimidasi yang menggunakan kata-kata untuk menyakiti orang lain juga menggunakan tubuh mereka, sehingga penindasan fisik dan verbal sering kali berjalan seiring.

3. Cyberbullying

Bukan rahasia lagi bahwa kita sedang membesarkan generasi anak-anak yang lebih paham teknologi dan terhubung dari sebelumnya. Berkat grup chat, media sosial, dan forum online lainnya, siswa dapat berkomunikasi dan berkolaborasi satu sama lain secara real-time. Sayangnya, cyberbullying terlalu mudah bersembunyi di balik perlindungan layar. Ketika mereka tidak harus menghadapi targetnya secara langsung, mereka lebih nyaman menggunakan kata-kata atau tindakan yang mungkin tidak mereka gunakan dalam kehidupan nyata.

Cyberbullying terjadi ketika seseorang menggunakan internet untuk membagikan komentar yang menyakitkan, memfitnah, mempermalukan, mengancam, melecehkan, atau merugikan orang lain. Jika peristiwa tersebut terjadi dengan kehadiran orang dewasa, istilahnya berubah menjadi pelecehan dunia maya. Ini juga bisa disebut cyberstalking. Meski masalahnya luas dan beragam, ada beberapa aktivitas yang menjadi ciri khas pelaku penjailan di dunia maya.

Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:

  • Memposting komentar yang menyakitkan
  • Berbagi gambar yang menyakitkan atau memalukan
  • Membuat ancaman secara online
  • Mengirim email atau pesan teks yang menyakitkan

Seperti verbal bullying, cyber bullying dapat meninggalkan luka dan rasa malu yang bertahan lama. Juga hampir tidak mungkin untuk melarikan diri dari bentuk pelecehan ini, karena mereka yang memiliki ‘perangkat pintar’ hampir selalu menyertainya.

4. Emotional bullyiing

Juga disebut agresi relasional, intimidasi emosional sering kali luput dari perhatian orang tua dan guru yang sederhana. Itu karena sulit untuk diidentifikasi, tetapi itu ada di mana pun Anda melihat.

Singkatnya, intimidasi emosional terjadi ketika siswa mencoba mengucilkan salah satu teman mereka dengan mengubah status sosial mereka, menempatkan diri mereka pada posisi yang lebih kuat dan populer dalam prosesnya. Setiap orang tua yang anaknya pernah pulang dari sekolah dengan kesal dan merasa tersisih, mengklaim bahwa mereka tidak lagi menjadi bagian dari lingkaran sosial sebelumnya, telah merasakan beban terbesar dari serangan semacam ini. Ini adalah jenis manipulasi sosial yang sangat diperhitungkan yang dapat membuat seseorang merasa terisolasi dan sendirian.

Cara-cara yang mungkin dilakukan seorang penindas emosional mencapai tujuannya termasuk:

  • Menyebarkan kebohongan tentang seseorang
  • Berbagi rahasia yang diceritakan dengan rahasia
  • Mengekspos aspek memalukan dari kehidupan seseorang
  • Memanipulasi situasi sosial
  • Merusak kepercayaan

Sebagai akibat dari tindakan ini, seorang anak yang menerima situasi ini akan sering merasa dihina, diejek, digerebek, dikucilkan atau diabaikan. Dalam beberapa kasus, isolasi ini dapat memicu pembalasan yang mengarah ke lingkaran setan penindasan yang sedang berlangsung. Sebagian besar, intimidasi semacam ini lebih sering terjadi pada kelompok sosial perempuan daripada laki-laki, meskipun ini tidak berlaku untuk setiap situasi.

5. Prejudicial bullying

Setiap kali seseorang ditindas karena ras, agama, atau orientasi seksualnya, ini adalah penindasan prasangka atau penindasan rasisme. Dinamakan demikian karena akar serangannya adalah prasangka pelaku intimidasi yang terbentuk sebelumnya terhadap orang lain.

Siapa pun yang menargetkan seseorang yang penampilan atau tindakannya berbeda dari yang mereka lakukan adalah prejudical bullying. Meskipun pada awalnya tampak tidak signifikan, ini bisa dibilang bentuk penindasan yang paling serius, karena dapat membuka pintu ke peristiwa yang jauh lebih serius, seperti kejahatan rasial. Itulah mengapa sangat penting untuk menanggapi setiap contoh dengan serius.

6. Sexual bullying

Penindasan semacam ini paling sering menargetkan anak perempuan, meskipun anak laki-laki juga bisa menjadi sasaran. Dan, penting untuk diingat bahwa serangan tidak hanya terjadi di antara orang-orang yang berbeda jenis kelamin. Sangat umum bagi perempuan untuk menindas gadis lain secara seksual, mempermalukan mereka dengan label menyakitkan yang membeberkan atau menyindir pergaulan bebas mereka.

Sumber:

Zakiyah, Ela Zain., dkk. 2017. Faktor yang mempengaruhi remaja dalam melakukan bullying. Jurnal Penelitian & PPM . 4:(2). 324-330.

Pengertian Bullying

Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja terjadi berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang lemah, mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri (SEJIWA, 2008). Bullying juga didefinisikan sebagai kekerasan fisik dan psikologis jangka panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok, terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan dirinya dalam situasi di mana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang itu atau membuat dia tertekan (Wicaksana, 2008).

Menurut Black dan Jackson (2007, dalam Margaretha 2010) Bullying merupakan perilaku agresif tipe proaktif yang didalamnya terdapat aspek kesengajaan untuk mendominasi, menyakiti, atau menyingkirkan, adanya ketidakseimbangan kekuatan baik secara fisik, usia, kemampuan kognitif, keterampilan, maupun status sosial, serta dilakukan secara berulang-ulang oleh satu atau beberapa anak terhadap anak lain.

Sementara itu Elliot (2005) mendefinisikan bullying sebagai tindakan yang dilakukan seseorang secara sengaja membuat orang lain takut atau terancam. Bullying menyebabkan korban merasa takut, terancam atau setidak - tidaknya tidak bahagia. Olweus mendefenisikan bullying adalah perilaku negatif seseorang atau lebih kepada korban bullying yang dilakukan secara berulang-ulang dan terjadi dari waktu ke waktu. Selain itu bullying juga melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak seimbang, sehingga korbannya berada dalam keadaan tidak mampu mempertahankan diri secara efektif untuk melawan tindakan negatif yang diterima korban (Krahe, 2005).

Menurut uraian dari berbagai ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa bullying adalah penggunaan agresi dengan tujuan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun secara mental serta dilakukan secara berulang. Perilaku bullying dapat berupa tindakan fisik, verbal, serta emosional/psikologis. Dalam hal ini korban bullying tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya sendiri karena lemah secara fisik atau mental.

Jenis – jenis Bullying

Ada beberapa jenis bullying menurut SEJIWA (2008) :

a. Bullying fisik

Jenis bullying yang terlihat oleh mata, siapapun dapat melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullying dan korbannya. Contoh - contoh bullying fisik antara lain : memukul, menarik baju, menjewer, menjambak, menendang, menyenggol dengan bahu, menghukum dengan membersihkan WC, menampar, menimpuk, menginjak kaki, menjegal, meludahi, memalak, melempar dengan barang, menghukum dengan berlari lapangan, menghukum dengan cara push up.

b. Bullying verbal

Jenis bullying yang juga bisa terdeteksi karena bisa terungkap indra pendengaran kita. Contoh - contoh bullying verbal antara lain : membentak, meledek, mencela, memaki - maki, menghina, menjuluki, meneriaki, mempermalukan didepan umum, menyoraki, menebar gosip, memfitnah.

c. Bullying mental atau psikologis

Jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak tertangkap oleh mata atau telinga kita apabila tidak cukup awas mendeteksinya. Praktik bullying ini terjadi diam - diam dan diluar jangkauan pemantauan kita. Contoh - contohnya: mencibir, mengucilkan, memandang sinis, memelototi, memandang penuh ancaman, mempermalukan di depan umum, mendiamkan, meneror lewat pesan pendek, telepon genggem atau email, memandang yang merendahkan.

Menurut Bauman (2008), tipe-tipe bullying adalah sebagai berikut :

a. Overt bullying , meliputi bullying secara fisik dan secara verbal, misalnya dengan mendorong hingga jatuh, memukul, mendorong dengan kasar, memberi julukan nama, mengancam dan mengejek dengan tujuan untuk menyakiti.

b. Indirect bullying meliputi agresi relasional, dimana bahaya yang ditimbulkan oleh pelaku bullying dengan cara menghancurkan hubungan - hubungan yang dimiliki oleh korban, termasuk upaya pengucilan, menyebarkan gosip, dan meminta pujian atau suatu tindakan tertentu dari kompensasi persahabatan. Bullying dengan cara tidak langsung sering dianggap tidak terlalu berbahaya jika dibandingkan dengan bullying secara fisik, dimaknakan sebagai cara bergurau antar teman saja. Padahal relational bullying lebih kuat terkait dengan distress emosional daripada bullying secara fisik. Bullying secara fisik akan semakin berkurang ketika siswa menjadi lebih dewasa tetapi bullying yang sifatnya merusak hubungan akan terus terjadi hingga usia dewasa.

c. Cyberbullying , seiring dengan perkembangan di bidang teknologi, siswa memiliki media baru untuk melakukan bullying, yaitu melalui sms, telepon maupun internet. Cyberbullying melibatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, seperti e-mail, telepon seluler dan peger, sms, website pribadi yang menghancurkan reputasi seseorang, survei di website pribadi yang merusak reputasi orang lain, yang dimaksudkan adalah untuk mendukung perilaku menyerang seseorang atau sekelompok orang, yang ditujukan untuk menyakiti orang lain, secara berulang - ulang kali.

Referensi

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-ahamadnurf-7260-3-babii.pdf