Apa saja Instrumen Kebijakan Makroprudensial?

Instrumen Kebijakan Makroprudensial

Apa saja Instrumen Kebijakan Makroprudensial?

Pada dasarnya instrumen makroprudensial ditujukkan untuk mengatasi masalah:

  1. Procyclicality
  2. Common exposure

Untuk mengatasi masalah procyclicality , instrumen digunakan sebagai buffer s atau pelindung dari pengaruh yang merugikan pada saat good times mengingat risiko membesar dan dapat dikurangi pada saat bad times sementara itu, untuk mengatasi masalah common exponsure , instrumen digunakan sebagai aturan kehati-hatian pada institusi masing-masing.

Penggunaan instrumen makroprudensial sebenarnya bukan hal yang baru dalam keuangan internasional, moneter, dan perbankan; hanya saja instrumen tersebut lebih banyak digunakan sejak pascrakrisis global tahun 2008. Selain itu, negara-negara emerging market menggunakan instrumen makroprudensial lebih ekstensif dibandingkan dengan negara-negara maju. Beberapa negara menggunakan instrumen-instrumen yang bervariasi tergantung pada tingkat perkembangan ekonomi, keuangan, rezim nilai tukar, dan daya tahan (kerentanan) terhadap guncangan ( shocks ).

Instrumen makroprudential ditujukan untuk menjawab procyclicality dan common exposure ( inter-linkages ) (Angelini, 2012). Untuk menjawab procyclicality , instrumen digunakan sebagai penyangga pada saat good times mengingat risiko membesar, dan dapat dikurangi pada saat bad times . Sementara, untuk menjawab common exposure , instrumen digunakan sebagai aturan kehatihatian pada masing-masing institusi.

Instrumen yang digunakan untuk kebijakan mekroprudensial sebenarnya mengadopsi instrumen mikroprudensial yang ada pada saat ini, seperti standar kehati-hatian (misalnya, kewajiban untuk memelihara modal yang cukup tinggi dan buffer likuiditas) dan instrumen tersebut juga digunakan untuk mengurangi kegiatan atau aktivitas yang dapat meningkatkan risiko. Pada dasarnya instrumen kebijakan makroprudensial dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian seperti tampak pada tabel berikut :

image

Instrumen-instrumen tersebut sering kali digunakan secara komplemen dengan kebijakan makroekonomi lainnya, misalnya kebijakan moneter dan kebijakan fiskal, dan berfungsi sebagai automatic stabilizer mengingat digunakan countercyclical .

1. Kredit dan Likuiditas

Instrumen-instrumen yang berkaitan dengan kredit dan likuiditas, seperti Loan to Value (LTV), Debt to Income (DTI) dan Reserve Requirement (RR) lebih sering digunakan. Dibandingkan dengan DTI dan RR, LTV merupakan instrumen yang paling banyak digunakan. LTV dapat digunakan untuk beberapa tujuan, antara lain mengurangi kredit perumahan, mengurangi lonjakan di harga real estate , mengurangi probabilitas kegagalan pada saat pasar perumahan menurun, dan mengurangi kerugian pada saat mengalami kegagalan. Beberapa negara maju telah menerapkan LTV ini, misalnya Kanada dan Denmark . Namun penerapan di negara berkembang lebih banyak, misalnya Cina yang menerapkan 80% LTV di 2001, Hongkong SAR dan Kroasia 75% LTV di tahun 1990-an. Sebagai respon dari krisis, beberapa negara telah menyesuaikan kebijakan LTV-nya, misalnya Kanada, Malaysia, Korea Selatan, dan Swedia (Lim et al, 2011).

2. Modal

Instrumen yang berkaitan dengan modal, misalnya motnh holding period dan posisi devisa neto, didisain sebagai penyangga dalam siklus keuangan. Beberapa elemen dari aturan permodalan dan likuiditas pada Basel III dapat berfungsi untuk memitigasi risiko sistemik (Agung, 2010). Tingkat dan kualitas modal yang lebih tinggi dapat meningkatkan self-insurance dan menjadikan penyangga untuk risiko yang disebabkan siklus kredit dan harga asset. Nilai modal dapat naik atau turun sesuai dengan kondisi pertumbuhan kredit dimana modal akan naik apabila pertumbuhan kredit di atas rata-rata, begitu pula sebaliknya.

Pembatasan penyaluran kredit merupakan salah satu instrumen untuk menghambat pertumbuhan asset dengan melihat rasio total asset terhadap modal bank. Dengan demikian peran modal bank adalah sebagai pembatas pada kredit baru.

image