Apa Saja Gejala-Gejala Insomnia?

Insomnia merupakan suatu gangguan tidur yang dapat menghambat aktifitas penderitanya. Apa saja gejala-gejala penderita insomnia?

Menurut Iskandar dan Setyonegoro (1985) mengemukakan bahwa insomnia memiliki beberapa keluhan atau gejala yang meliputi:

  1. Kurangnya jumlah jam tidur; pada kebanyakan subjek normal lamanya tidur biasanya lebih dari 6 1/2 jam, sedangkan pada penderita insomnia umumnya tidur lebih sedikit dari itu.

  2. Adanya mimpi-mimpi yang mengganggu; pada subjek normal biasanya tidak terdapat mimpi atau tidak mengingat bila ia mimpi atau kadang-kadang mimpi yang dapat diterima. Sedangkan pada penderita insomnia mempunyai mimpi yang lebih banyak atau selalu bermimpi dan kadang-kadang mempunyai mimpi yang buruk.

  3. Tidur tidak nyenyak; gejala ini mengacu pada kualitas tidur, kebanyakan dari subjek normal tidurnya dalam, akan tetapi penderita insomnia biasanya tidurnya dangkal.

  4. Sulit untuk masuk tidur; subjek normal biasanya dapat jatuh tidur dalam waktu sampai 15 menit. Penderita insomnia biasanya lebih lama dari 15 menit.

  5. Tidak dapat mempertahankan tidur (tidur mudah terbangun); pada subjek normal dapat mempertahankan tidur sepanjang malam, kadang-kadang mereka terbangun satu sampai dua kali tetapi penderita insomnia biasanya terbangun selama lebih dari tiga kali.

  6. Bila telah terbangun sulit untuk tidur kembali; pada subjek normal mudah sekali untuk tidur kembali setelah terbangun di malam hari dan biasanya kurang dari 5 menit mereka dapat tertidur kembali. Sedangkan pada penderita insomnia memerlukan waktu yang panjang untuk tidur kembali.

  7. Bangun di pagi hari; subjek normal dapat terbangun kapan pun ingin bangun, tetapi penderita insomnia biasanya bangun lebih cepat, misalnya 1 sampai 2 jam sebelum waktu untuk bangun (bangun dini hari).

  8. Perasaan tidak segar di pagi hari; pada subjek normal merasa segar setelah tidur di malam hari, sedangkan penderita insomnia biasanya bangun tidak segar atau lesu.

insomnia

Insomnia umumnya dimulai dengan munculnya gejala-gejala (Rafknowledge 2004 : 60):

  • Kesulitan jatuh tertidur atau tidak tercapainya tidur nyenyak. Keadaan ini bisa berlangsung sepanjang malam dan dalam tempo berhari- hari, berminggu-minggu, atau lebih.
  • Merasa lelah saat bangun tidur dan tidak merasakan kesegaran mereka yang mengalami insomnia seringkali merasa tidak pernah tidur sama sekali.
  • Sakit kepala di pagi hari.
  • Kesulitan berkonsentrasi.
  • Mudah marah.
  • Mata memerah.
  • Mengantuk siang hari.

National Center For Sleep Disorder Research ( dalam Lumbantobing, 2004: 32) mengatakan bahwa insomnia ditandai oleh satu atau lebih gejala berikut, yaitu:

  • Sulit memulai tidur
  • Bangun terlalu cepat di pagi hari
  • Tidur yang tidak menyegarkan

Banyak ahli menyatakan, gangguan tidur tidak langsung berhubungan dengan menurunnya hormon, namun kondisi psikologis dan meningkatnya kecemasan, gelisah, serta emosi yang sering tidak terkontrol akibat menurunnya hormon estrogen, bisa menjadi salah satu sebab meningkatnya risiko gangguan tidur.

Menurut Tyrer (l985: 35), ketakutan mungkin merupakan satu-satunya faktor terbesar yang melatarbelakangi penderitaan seseorang yang tidak bisa tidur. Kekhawatiran yang berlangsung lama bisa menyebabkan insomnia yang kronis dan lebih kompleks ketakutan juga merupakan salah satu penyebab seseorang menderita insomnia, seperti ketakutan akan kesehatan fisik, kehilangan kesadaran dan kontrol diri, akan kematian pada malam hari yang disebabkan sesak napas

Depresi juga dapat menjadi penyebab insomnia seperti yang dikemukakan oleh Tyrer (l985: 43). Dalam bentuknya yang paling umum, depresi alamiah biasanya terjadi setelah suatu peristiwa yang tidak menyenangkan. Berubahnya kebiasaan tidur juga dapat menyebabkan insomnia karena pola tidur yang tidak sesuai dengan perubahan pola tidur.

Insomnia adalah kondisi yang menggambarkan dimana seseorang kesulitan untuk tidur. Kondisi ini bisa meliputi kesulitan tidur, masalah tidur, sering terbangun di malam hari, dan bangun terlalu pagi. Kondisi ini mengakibatkan perasaan tidak segar pada siang hari dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari – hari dan tidak tercukupinya kebutuhan tidur yang baik (Respir, 2014).

Dalam kesehatan kondisi tidur yang baik itu biasanya berlangsung sekitar 6 hingga 9 jam. Jumlah tidur yang seseorang butuhkan adalah yang cukup bagi seseorang untuk membangkitkan perasaan segar dan dapat beraktivitas secara optimal di siang hari. Dan jumlah tidur pada seseorang lebih banyak berubah ketika akan beranjak dewasa(Driver et al., 2012).

Etiologi dan Patofisiologi


Tidur merupakan suatu ritme biologis yang bekerja 24 jam yang bertujuan untuk mengembalikan stamina untuk kembali beraktivitas. Tidur dan terbangun diatur oleh batang otak, thalamus, hypothalamus dan beberapa neurohormon dan neurotransmitter juga dihubungkan dengan tidur. Hasil yang diproduksi oleh mekanisme serebral dalam batang otak yaitu serotonin. Serotonin ini merupakan neurotransmitter yang berperan sangat penting dalam menginduksi rasa kantuk, juga sebagai medula kerja otak(Guyton & Hall, 2008).

Dalam tubuh serotonin diubah menjadi melatonin yang merupakan hormone katekolamin yang diproduksi secara alami oleh tubuh.Adanya lesi pada pusat pengatur tidur di hypothalamus juga dapat mengakibatkan keadaan siaga tidur. Katekolamin yang dilepaskan akan menghasilkan hormone norepineprin yang akan merangsang otak untuk melakukan peningkatan aktivitas.

Stress juga merupakan salah satu factor pemicu, dimana dalam keadaan stress atau cemas, kadar hormone katekolamin akan meningkat dalam darah yang akan merangsang sistem saraf simpatetik sehingga seseorang akan terus terjaga (Perry, dalamIswari & Wahyuni, 2013).

Klasifikasi Insomnia


Insomnia dapat diklasifikasikan dalam kategori berikut ini :

  1. Insomnia Akut
    Insomnia akut sering dijumpai dan sebagian besar individu sering mengalami insomnia akut ini, dimana insomnia ini ditandai dengan keadaan stress terhadap pekerjaan maupun masalah hidup atau gagal ujian, tetapi tidak disertai komplikasi yang dapat mengganggu aktivitas sehari – hari.

  2. Insomnia Kronik
    Insomnia kronik yaitu insomnia yang dapat mengganggu kualitas hidup, gangguan mental maupun fisik.Dimana penderita insomnia kronik ini rawan mengalami kecelakaan akibat dari insomnia yang mengganggu aktivitas sehari–hari.

  3. Salah Persepsi Keadaan Tidur (Misperception Sleep State)
    Penderita insomnia banyak yang mempunyai persepsi yang buruk terhadap lamanya kualitas tidur. Dimana persepsi yang muncul pada diri mereka yaitu kualitas tidur selama 3 – 4 jam semalam (Imadudin, 2012).

Komplikasi Insomnia


Komplikasi akibat dari insomnia dapat mempengaruhi fungsi otak yang tepat. Otak menggunakan tidur sebagai proses aktif dimana pada saat seseorang tidur otak akan melatih semua sel saraf dengan melewatkan sinyal aktivitas listrik melalui semua sel saraf. Ketika sel saraf otak tidak mendapatkan jumlah tidur yang cukup maka kerja fungsi otak dalam hal menyimpan atau mengambil informasi dan kemampuan untuk mentoleransi situasi stress dan berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi dapat terganggu dan tidak optimal (Driver et al., 2012).

image

Efek fisik imsomnia kurang jelas sampai saat ini.Sekarang diketahui bahwa sistem kekebalan tubuh dipengaruhi oleh insomnia.Kekurangan tidur juga terbukti dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan obesitas.

Penderita insomnia biasanya mengalami gejala-gejala seperti selalu merasa letih dan lelah sepanjang hari dan secara terus menerus (lebih dari sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu terbangun di tengah malam dan tidak dapat kembali tidur. Sering kali penderita terbangun lebih cepat dari yang diinginkannya dan tidak dapat kembali tidur (maksum, 2009).

Gejala insomnia sering dapat dibedakan sebagai berikut :

  1. Kesulitan memulai tidur ( initial insomnia ), biasanya disebabkan oleh adanya gangguan emosional/ketegangan atau gangguan fisik, (misalanya : keletihan yang berlebihan atau adanya penyakit yang mengganggu fungsi organ tubuh) (Lanywati, 2011).

  2. Bangun terlalu awal ( early awakening ), yaitu dapat memulai tidur dengan normal, namun tidur mudah terputus dan/atau bangun lebih awal dari waktu tidur biasanya, serta kemudian tidak bisa tidur lagi. Gejala ini sering muncul seiring dengan bertambahnya usia seseorang atau karena depresi dan sebagainya (Lanywati, 2011).

Ciri-ciri orang yang mengalami insomnia adalah:

  1. Tampak gelisah

  2. Pandangan matanya kosong

  3. Selera makannya rendah

  4. Bertubuh kurus

  5. Pembuluh darahnya menggelembung

Pengertian Insomnia

Insomnia adalah kondisi yang menggambarkan dimana seseorang kesulitan untuk tidur. Kondisi ini bisa meliputi kesulitan tidur, masalah tidur, sering terbangun di malam hari, dan bangun terlalu pagi. Kondisi ini mengakibatkan perasaan tidak segar pada siang hari dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari – hari dan tidak tercukupinya kebutuhan tidur yang baik (Respir, 2014).

Dalam kesehatan kondisi tidur yang baik itu biasanya berlangsung sekitar 6 hingga 9 jam. Jumlah tidur yang seseorang butuhkan adalah yang cukup bagi seseorang untuk membangkitkan perasaan segar dan dapat beraktivitas secara optimal di siang hari. Dan jumlah tidur pada seseorang lebih banyak berubah ketika akan beranjak dewasa(Driver et al., 2012).

Klasifikasi Insomnia

  1. Insomnia Akut

Insomnia akut sering dijumpai dan sebagian besar individu sering mengalami insomnia akut ini, dimana insomnia ini ditandai dengan keadaan stress terhadap pekerjaan maupun masalah hidup atau gagal ujian, tetapi tidak disertai komplikasi yang dapat mengganggu aktivitas sehari – hari.

  1. Insomnia Kronik

Insomnia kronik yaitu insomnia yang dapat mengganggu kualitas hidup, gangguan mental maupun fisik.Dimana penderita insomnia kronik ini rawan mengalami kecelakaan akibat dari insomnia yang mengganggu aktivitas sehari–hari.

  1. Salah Persepsi Keadaan Tidur (Misperception Sleep State)

Penderita insomnia banyak yang mempunyai persepsi yang buruk terhadap lamanya kualitas tidur. Dimana persepsi yang muncul pada diri mereka yaitu kualitas tidur selama 3 – 4 jam semalam (Imadudin, 2012).

Komplikasi Insomnia

Komplikasi akibat dari insomnia dapat mempengaruhi fungsi otak yang tepat. Otak menggunakan tidur sebagai proses aktif dimana pada saat seseorang tidur otak akan melatih semua sel saraf dengan melewatkan sinyal aktivitas listrik melalui semua sel saraf. Ketika sel saraf otak tidak mendapatkan jumlah tidur yang cukup maka kerja fungsi otak dalam hal menyimpan atau mengambil informasi dan kemampuan untuk mentoleransi situasi stress dan berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi dapat terganggu dan tidak optimal (Driver et al., 2012).

Efek fisik imsomnia kurang jelas sampai saat ini.Sekarang diketahui bahwa sistem kekebalan tubuh dipengaruhi oleh insomnia.Kekurangan tidur juga terbukti dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan obesitas.

Referensi

http://eprints.ums.ac.id/66103/18/BAB%20II-19.pdf