Apa saja Gaya-Gaya Kepemimpinan didalam manajemen organisasi ?

Pemimpin adalah individu yang melakukan proses mempengaruhi sebuah kelompok atau organisasi untuk mencapai sesuatu tujuan yang telah disepakati bersama, sedangkan kepemimpinan adalah sifat yang diterapkan individu yang bertindak sebagai pemimpin untuk mempengaruhi anggota kelompoknya untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah disepakati bersama.

Apa saja Gaya-Gaya Kepemimpinan dalam manajemen serta pengaruhnya didalam sebuah organisasi ?

Kepemimpinan adalah sifat yang diterapkan individu yang bertindak sebagai pemimpin untuk mempengaruhi anggota kelompoknya untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah disepakati bersama.

Tedapat 3 teori tentang asal-usul terbentuk seorang pemimpin, diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Teori Genetik – bahwa pemimpin itu terlahir dengan bakat yang yang sudah terpendam di dalam diri seseorang.

  2. Teori Sosial – seseorang dapat menjadi pemimpin melalui latihan, kesempatan dan pendidikan.

  3. Teori Ekologis – teori ini merupakan gabungan dari 2 teori di atas.

Gaya Kepemimpinan dalam Organisasi :

  1. Kepemimpinan Otokratis : pemimpin yang dalam kepemimpinannya bersifat dominan untuk pengambilan keputusan dan kebijaksanaan, peraturan, prosedur diambil oleh dirinya sendiri. Kepemimpinan ini membuat para anggotanya tidak bisa menyampaikan ide secara leluasa, bisa dikatakan pemimpin membatasi ide dan pola pikir anggotanya. Kepemimpinan jenis ini tidak memperhatikan kebutuhan bawahannya dan cenderung egois karena komunikasi hanya dilakukan satu arah.

  2. Kepemimpinan Delegatif : gaya kepemimpinan ini juga bisa disebut Laissez-faire dimana pemimpin memberikan kebebasan secara mutlak kepada para anggota untuk melakukan tujuan dan cara mereka masing-masing. Pemimpin membiarkan keputusan dibuat oleh siapa saja dalam kelompok sehingga terkadang membuat semangat kerja tim pada umumnya menjadi rendah. Jenis kepemimpinan ini akan sangat merugikan bila para anggota belum cukup matang dalam melaksanakan tanggung jawabnya dan memiliki motivasi tinggi terhadap pekerjaan.

  3. Kepemimpinan Transformasional : jenis kepemimpinan ini pemimpin memperhatikan dan terlibat langsung dalam membantu anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas. Pemimpin memberikan semangat positif kepada para anggota, sehingga anggota merasa termotivasi dan berkerja menjadi lebih baik.

  4. Kepemimpinan Partisipatif : gaya kepemimpinan ini, anggota/bawahan diberikan kebebasan untuk mengemukakan ide. Pemimpin memberikan ruang gerak bagi para bawahan untuk dapat berpartisipasi dalam pembuatan keputusan serta adanya suasana yang nyaman dan hubungan saling percaya antar pimpinan dan anggota.

  5. Kepemimpinan Karismatik : pemimpin yang karismatik memiliki pengaruh yang kuat bagi anggotanya. Para pengikut cenderung mengikuti pemimpin karismatik karena kagum dan secara emosional percaya dan ingin berkontribusi bersama dengan pemimpin karismatik.

  6. Kepemimpinan Transaksional : kepemimpinan ini merupakan jenis kepemimpinan dimana pemimpin memberikan reward apabila bawahan berhasil melaksanakan tugas yang telah diberikan.

  7. Kepemimpinan Situasional : pemimpin yang menerapkan jenis kepemimpinan situasional lebih sering menyesuaikan setiap gaya kepemimpinan yang ada dengan tahap perkembangan para anggota. Pemimpin melihat seberapa siap anggota saat melaksanakan tugas. Gaya kepemimpinan ini mencoba untuk melakukan kombinasi kepemimpinan dengan situasi yang ada.

  8. Kepemimpinan Melayani (Servant) : pada kepemimpinan jenis ini, hubungan antara pemimpin dan bawahan terjalin sangat baik. Pemimpin jenis ini melayani anggota dengan baik mulai dari mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi mereka.

  9. Kepemimpinan Birokrasi : kepemimpinan ini biasa diterapkan dalam sebuah organisasi dan akan efektif apabila setiap anggota atau karyawan melakukan setiap prosedur dan melakukan tanggung jawab mereka. Namun kekurangannya setiap anggota tidak dapat mengembangkan ide atau inovasi yang mereka miliki karena mereka harus bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan.

Sumber :

  1. http://wisetoast.com/12-different-types-of-leadership-styles/
  2. 5 Different Types of Leadership Styles | Small Business - Chron.com

Menurut Hersey dan Blanchard mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan yang efektif itu berbeda-beda sesuai dengan kematangan bawahan. Kematangan atau kedewasaan menurutnya bukan dalam arti usia atau stabilitas emosional melainkan keinginan untuk berprestasi, kesediaan untuk menerima tanggungjawab, dan mempunyai kemamouan serta pengalaman yang berhubungan dengan tugas. Dengan demikian tingkat kematangan bawahan, dan situasi tempat sangat berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan yang diterapkan.

Macam-macam gaya kepemimpinan yang biasanya ada didalam seorang pemimpin antara lain :

  1. Gaya Kepemimpinan Otoriter

    Gaya Kepemimpinan Otoriter adalah gaya pemimpin yang memuaskan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Pada gaya kepemimpinan ini pemimpin memberitahu sasaran apa saja yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut baik saran utama maupun sasaran minornya.

    Pemimpin juga berperan sebagai pengawas teerhadap semua aktivitas anggotanya dan pemberi jalan keluar bila anggota mengalami masalah. Dengan kata lain, anggota cukup melaksanakan apa yang diputuskan pemimpin. Kepemimpinan otokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi rendah tapi komitmennya tinggi.

  2. Gaya kepemimpinan Demokratis

    Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya ppemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya. Pada kepemimpinan demokrasi, anggota memiliki peranan yang lebih besar. Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin harus menunjukkan sasaran yang ingin dicapai saja, tentang cara untuk mencapai sasaran tersebut, anggota yang menentukan. Selain itu anggota juga diberi keleluasaan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Kepemimpinan demokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi tinggi dengan komitmen yang bervariasi.

  3. Gaya Kepemimpinan Bebas

    Pemimpin jenis ini hanya terlibat dalam kuantitas yang kecil dimana para bawahannya secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.

Sedangkan menurut Sondang P.Siagian (1999:31), terdapat lima gaya atau tipe kepemimpinan, yaitu :

  1. Gaya Kepemimpinan Otokratik

    Seorang pemimpin yang otokratik adalah seorang pemimpin sangat egois. Egoismenya yang sangat besar akan mendorongnya memutarbalikkan kenyataan yang sebenarnya sehingga sesuai dengan apa yang yang secara subjektif di interpretasikan disiplin para bawahan dalam organisasi. Seorang pemimpin yang otokratik melihat perananannya sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan organisasi seperti kekuasaan yang tidak perlu dibagi dengan orang lain.

    Pemimpin cenderung menganut nilai organisasional yang berkisar pada pembenaran segala cara yang ditempuh untuk pencapaian tujuan. Seorang pemimpin yang otoriter akan menunjukkan berbagai sikap yang menonjol :

    • Kecenderungan memperlakukan bawahan sama dengan alat-alat lain dalam organisasi dengan demikian kurang menghargai mereka.

    • Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan itu dengan kepentingan dan kebutuhan bawahan
      Efektivitas kepemimpinan yang otokratik sangat dikaitkan dengan kekuasaan untuk mengambil tindakan yang punitif, yang nantinya membuat ketaatan para bawahan mengendor dan disiplin kerja pun merosot.

  2. Gaya Kepemimpinan Paternalistik

    Gaya Pemimpin Paternalistik terdapat di lingkungan masyarakat yang masih bersifat tradisional,salah satu ciri dari masyarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi ditunjukan oleh anggota masyarakat kepada seseorang yang dituakan.

    Seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam organisasi diwarnai harapan para pengikutnya. Harapan itu berwujud keinginan agar pemimpin mampu berlaku sebagai bapak yang bersifat melindungi dan yang layak dijadikan tempat bertanya untuk memperoleh petunjuk. Pemimpin Paternalistik berusaha memperlakukan semua orang yang ada di organisasi seadil dan serata mungkin.

  3. Gaya Kepemimpinan Kharismatik

    Seorang pemimpin kharismatik mempunyai daya tarik yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumnlahnya sangat besar. Tegasnya pemimpin ini adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut, jumlah pemimpin kharismatik tidak besar dan mungkin jumlahnya sedikit.

  4. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire

    Seorang pemimpin Laissez Faire cenderung memilih peranan yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan sesuai temponya sendiri tanpa banyak mencampuri bagaimana organisasi bisa dijalankan dan digerakkan. Nilai-nilai yang dianut pemimpin Laissez Faire dalam menyelenggarakan fungsi kepemimpinanya biasanya bertolak belakang dari filsafat hidup bahwa manusia memiliki rasa solidaritas dalam kehidupan bersama.

    Dengan sikap yang pesimis, perilaku seorang pemimpin cenderung mengarah kepada tindak-tanduk yang memperlakukan bawahan sebagai rekan sekerja, hanya saja kehadirannya sebagai pimpinan diperlukan sebagai akibat adanya struktur organisasi.

  5. Gaya Kepemimpinan Demokratik

    Gaya pemimpin yang ideal dan paling didambakan adalah pemimpin yang demokratik. Diakui bahwa pemimpin yang demokratik tidak selalu merupakan pemimpin yang efektif dalam kehidupan organisasional. Karena ada kalanya, dalam bertindak dan mengambil keputusan bisa terjadi keterlambatan sebagai konsekuensi keterlibatan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

    Seorang pemimpin yang demokratik dihormati dan disegani dan bukan ditakuti karena perilakunya dalam kehidupan organisasi mendorong para bawahan menumbuhkan dan mengembangan daya inovasi dan kreativnya. Jika terjadi kesalahan, pimpinan akan meluruskan permaslahan sehingga bawahan tersebut bisa belajar dari kesalahannya dan lenih bertanggung jawab.

Gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran tercapai atau gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan seorang pemimpin. Setiap pemimpin akan mempunyai gaya atau cara tersendiri dalam memimpin atau mendorong bawahannya untuk mau bekerjasama.

Gaya kepemimpinan adalah norma prilaku atau cara yang dipergunakan oleh seseorang dalam memimpin. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan merupakan perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang pada saat ia mencoba mempengaruhi perilaku orang lain.

Dalam melaksanakan gaya kepemimpinan, seorang pemimpin harus mempertimbangkan situasi lingkungan atau keadaan atau sifat-sifat serta sikap bawahan yang dipimpinnya. Menurut Fiedler, terdapat dua macam gaya kepemimpinan, yaitu :

  1. Gaya Kepemimpinan Orientasi Tugas (OT), memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

    • Mengutamakan tercapainya tujuan
    • Mementingkan produksi yang tinggi
    • Mengutamakan penyelesaian tugas menurut jadwal yang telah ditetapkan
    • Lebih banyak melakukan pengarahan
    • Melaksanakan tugas dengan melalui prosedur kerja ketat
    • Melakukan pengawasan secara ketat
    • Penilaian terhadap pejabat semata-mata berdasarkan hasil kerja.
  2. Gaya Kepemimpinan Orientasi Hubungan (OH), memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

    • Memperhatikan kebutuhan bawahan
    • Berusaha menciptakan suasana saling percaya
    • Berusaha menciptakan suasana saling harga menghargai
    • Simpati terhadap perasaan bawahan
    • Memiliki sifat bersahabat
    • Menumbuhkan peran serta bawahan dalam pembuatan keputusan dan kegiatan lain
    • Lebih mengutamakan pengarahan diri, mendisiplinkan diri, mengontrol diri.

Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak-gerik yang bagus, kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik. Sedangkan gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai. Dalam pengertian lain gaya kepemimpinan adalah pola prilaku dan strategi yang sering disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin.

Gaya kepemimpinan yang menunjukkan, secara langsung dan tidak langsung, tentang keyakinan seorang pemimpin terhadap kemampuan bawahannya. Artinya, gaya kepemimpinan adalah prilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya.

Terdapat beberapa gaya kepemimpinan atau sering juga disebut dengan tipe kepemimpinan yaitu:

1. Gaya Kepemimpinan Karismatik (Charismatic Leadership Styles)

Gaya kepemimpinan karismatik menurut Luthans (1992) terdiri atas tiga tipe perilaku, yang secara singkat hubungan pimipinan dan bawahan diuraikan pada tabel berikut ini:

Gaya Kepemimpinan Karismatik Pemaknaan Contoh
Envisioning Membangun gambaran ke depan, atau keinginan ke depan, di mana karyawan dapat mengidentifikasi dan merasakan kebahagiaan. Mengartikulasikan visi.
Mensetting (menetapkan) harapan yang besar
Energizing Secara langsung membangkitkan energi, memotivasi perilaku karyawan dalam organisasi Menunjukkan kegembiraan personal dan kepercayaan.
Mencari, menemukan dan mendapatkan kesuksesan.
Enabling Secara psikologis membantu karyawan bertindak atau berprestasi untuk mencapai tujuan yang menantang Memberikan dukungan dan empati

Sedangkan Robbins (2003) merinci menjadi empat proses cara atau gaya kepemimpinan karismatik di dalam mempengaruhi bawahannya.

  • Pertama, proses itu dimulai saat pemimpin mengutarakan dengan jelas suatu visi yang menarik. Visi ini memberikan suatu kesinambungan bagi para pengikut dengan menautkan masa kini dengan masa depan yang lebih bak bagi organisasi itu.

  • Kedua, kemudian pemimpin mengkomunikasikan harapan dan kinerja yang tinggi dan mengungkapkan keyakinan bahwa para pengikutnya dapat mencapai pengharapan itu. Hal ini akan dapat meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri para pengikut.

  • Ketiga, kemudian pemimpin menghantarkan, lewat kata dan tindakan, suatu perangkat baru dari nilai-nilai dan dengan perilakunya menunjukkan suatu contoh untuk ditiru para pengikutnya.

  • Keempat, pemimpin karismatik melakukan pengorbanan diri dan terlibat dalam perilaku yang tidak konvensional untuk memperlihatkan keberanian dan keyakinan mengenai visi itu.

2. Gaya Kepemimpinan Transaksional

Kepemimpinan transaksional menurut Bass merupakan sebuah pertukaran imbalan-imbalan untuk mendapatkan kepatuhan. Dalam pengertian bahwa secara essensial, kepemimpinan transaksional mengembangkan pertukaran dengan pengikut-pengikutnya mengenai apa yang pengikut- pengikutnya ingin terima jika mereka melakukan sesuatu yang benar, atau salah.

Dinamika dari suatu quid pro quo (saya akan melakukan sesuatu untuk kamu jika kamu melakukan sesuatu untuk saya) mendominasi pertukaran transaksional. Tugas pemimpin atau peran pemimpin adalah menjelaskan tugas-tugas yang diperlukan dan memberikan imbalan yang terpenuhi (hater dan Bass dalam Burn, 2004).

Teori kepemimpinan transaksional menyatakan bahwa peran seorang pemimpin adalah menyediakan apa yang pengikut butuhkan untuk dapat berprestasi secara efektif dan mencapai tujuan (House, Woycke & Fodor dalam Burn, 2004). Kepemimpinan transaksional tidak secara khusus inspirasional meskipun terfokus pada melakukan pekerjaan

Adapun gaya kepemimpinan transaksional meliputi empat perilaku sebagai berikut:

  • Contingent reward
    Untuk mempengaruhi perilaku, pemimpin menjelaskan pekerjaan yang perlu dijelaskan. Pemimpin menggunakan penghargaan atau intensif untuk mencapai hasil yang diharapkan.

  • Passive management by exception
    Untuk mempengaruhi perilaku, pemimpin menggunakan koreksi atau hukuman sebagai tanggapan bahwa pekerjaan dan penyimpangan tidak dapat diterima jika tidak sesuai dengan standar yang ditentukan.

  • Active management by exception
    Untuk mempengaruhi perilaku, pemimpin secara aktif memantau pekerjaan yang dilakukan dan menggunakan metode memperbaiki atau mengoreksi untuk memastikan bahwa pekerjaan sesuai dengan standar.

  • Laissez faire leadership
    Pemimpin tidak tertarik dan “lepas tangan” terhadap para pekerja dan pekerjaannya. Pemimpin mengabaikan kebutuhan orang lain, tidak menanggapi persoalan dan memantau pelaksanaan pekerjaan.

Gaya kepemimpinan transaksional ini mempengaruhi orang lain dengan menukar pekerjaannya dengan gaji tetapi tidak membangun arti dari kerja dan menghambat kreativitas. Hasil penelitian tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan transaksional dengan komitmen kerja karyawan. Artinya bahwa praktik gaya kepemimpinan transaksional hanya menjadi dasar bagi tumbuhnya komitmen bawahan, tetapi tidak mampu meningkatkan komitmen bawahan

3. Gaya Kepemimpinan Transformasional

Konsep kepemimpinan transformasional menurut Burn (dalam Yudhawati, 2005) dikembangkan melalui landasan teori tata tingkat kebutuhan dari Maslow. Burn menjelaskan konsep keterkaitan antara konsep kepemimpinan transformasional dan transaksional dengan teori tata tingkat kebutuhan bawahan yang lebih rendah seperti kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman dan kebutuhan akan penghargaan akan dapat terpenuhi dengan baik melalui gaya kepemimpinan transaksional. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi seperti harga diri dan aktualisasi diri menurut Killer (dalam Yudhawati, 2005) hanya dimungkinkan melalui gaya kepemimpinan transformasional.

Kepemimpinan transformasional dapat diidentifikasi melalui dampaknya terhadap sikap, nilai, asumsi dan komitmennya sedemikian rupa sehingga selaras dengan organisasinya maka diyakini bahwa karyawan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi pada pemimpinnya.

Menurut Howell dan Merenda (dalam Yudhawati, 2005) dalam kepemimpinan transformasional keberhasilan organisasi sebagian besar akan bergantung pada sikap, nilai dan keterampilan pemimpin. Pemimpin transformasional yang efektif akan menunjukkan sifat- sifat sebagai berikut:

  • melihat diri sendiri sebagai agen perubahan,
  • pengambil resiko yang berhati-hati,
  • memiliki kepercayaan kepada karyawan dan peka terhadap kebutuhan-kebutuhan karyawan,
  • mampu membimbing karyawan,
  • fleksibel dan terbuka terhadap pengalaman,
  • memiliki kemampuan kognitif, disiplin dan mampu menganalisa masalah secara hati- hati
  • memiliki visi.

Menurut Bass empat ciri yang dimiliki seorang pemimpin sehingga memiliki kualitas transformasional adalah sebagai berikut:

  1. Pemimpin tersebut memiliki kharisma yang diakui oleh pengikutnya
    Menurut Poper dan Zakkai (dalam Yudhawati, 2005) pemahaman akan kepemimpinan karismatik tidak terlepas dari pengertian karisma. Karisma merupakan kekuatan pemimpin yang besar untuk memotivasi karyawan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan organisasi.

    Karyawan mempercayai pemimpin karena pemimpin dianggap mempunyai pandangan dan tujuan yang dianggap benar.

    Oleh karena itu pemimpin yang memiliki karisma akan lebih mudah mempengaruhi dan mengarahkan karyawan agar bertindak sesuai dengan yang diharapkan oleh pemimpin untuk keberhasilan organisasi.

  2. Inspirasional
    Motivasi inspirasional didefinisikan sebagai sejauhmana seorang pemimpin mengkomunikasikan sebuah visi yang menarik, menggunakan simbol-simbol yang memfokuskan pada usaha-usaha bawahan dan memadukan perilaku-perilaku yang sesuai.

    Pemimpin yang inspirasional menurut Bass didefinisikan sebagai sejauhmana seorang pemimpin mampu mengkomunikasikan suatu visi yang menarik dan berwawasan ke depan.

    Pemimpin transformasional memotivasi dan menginspirasi karyawan dengan jalan mengkomunikasikan harapan dan tantangan kerja secara jelas serta mengekspresikan tujuan-tujuan penting. Pemimpin juga membangkitkan semangat kerjasama tim atau kelompok, antusiasime dan optimisme pada karyawan.

  3. Perhatian individual
    Pemimpin transformasional memberikan perhatian pada kebutuhan setiap individu untuk berprestasi dan berkembang dengan jalan bertindak selaku pelatih atau penasehat. Pemimpin menghargai dan menerima perbedaan individual dalam hal kebutuhan dan minat. Ia selalu berusaha berinteraksi dan berkomunikasi secara individual dengan karyawan.

    Menurut Yukl (dalam Yudhawati, 2005) perhatian yang diindividualisasikan termasuk memberi dukungan, membesarkan hati dan memberi pengalaman- pengalaman tentang pengembangan kepada pengikut. Berbagai tugas didelegasikan sebagai cara mengembangkan kemampuan karyawan. Tugas yang didelegasikan akan dipantau untuk memastikan apakah karyawan membutuhkan arahan atau dukungan untuk menilai kinerja yang dicapainya.

  4. Stimulasi intelektual
    Ini merupakan kemampuan pemimpin untuk menstimulasi pemikiran atau ide-ide dari bawahannya. Pemimpin meningkatkan kesadaran para pengikut terhadap masalah-masalah dan mempengaruhi para pengikut untuk memandang masalah-masalah dari sebuah perspektif yang baru.

    Menurut Bass melalui stimulasi intelektual, pemimpin berupaya menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangannya inovasi dan kreativitas karyawan dalam menghadapi dan memecahkan masalah berdasarkan pemikiran, imajinasi, keyakinan dan nilai-nilai.

Keempat syarat tersebut akan saling melengkapi, namun tidak harus semuanya dimiliki oleh seorang pemimpin transformasional. Semakin banyak kualitas yang dimiliki akan semakin kuat pengaruhnya sebagai pemimpin transformasional. Sifatnya kontinuum dan merupakan satu tingkatan di atas kepemimpinan transaksional.

4. Hersey and Blanchard’s Life-Cycle, or Kepemimpinan Situasional (Situasional Approach)

Hersey dan Blanchard (dalam Luthans, 1992), mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan:

  • Gaya tugas (task style); pemimpin mengatur dan membagi tugas bawahan; pemimpin menjelaskan tugas-tugas pada masing-masing bawahan yang harus dilakukan dan kapan, di mana dan bagaimana bawahan melakukannya.

  • Gaya relasi (relationship style); pemimpin terbuka, memiliki relasi dengan anggota kelompok, dan terdapat komunikasi terbuka, dukungan psikologis dan emosional.

Hersey dan Blanchard memasukkan kematangan pengikut di dalam modelnya. Tingkat kematangan berkaitan dengan:

  • Job maturity
  • Psychological maturity

Adapun pemetaan kematangan anak buah, berdasarkan empat kategori kematangan, yaitu:

  • Tak Mampu dan Tak Mau (M1) ; Termasuk pengikut pasif
  • Tak Mampu, tetapi Mau (M2) ; Termasuk pengikut pasif
  • Mampu, tetapi Tak Mau (M3) ; Termasuk pengikut aktif
  • Mampu dan Mau (M4) ; Termasuk pengikut aktif

Kunci kepemimpinan yang efektif dalam model ini disesuaikan terhadap situasi dengan gaya kepemimpinan yang tepat, sehingga dapat disimpulkan empat gaya dasar kepemimpinan, yaitu:

  • Telling style; tugas tinggi, gaya relasi tinggi dan efektif, ketika pengikut memiliki tingkat kematangan rendah.

  • Selling style; tugas tinggi, gaya relasi rendah dan efektif ketika pengikut memiliki kematangan sebagian rendah.

  • Participating style; tugas rendah, gaya relasi tinggi dan efektif ketika pengikut sebagian memiliki kematangan yang tinggi.

  • Delegating style; tugas rendah, gaya relasi rendah dan efektif ketika pengikut memiliki kematangan tingkat tinggi.

Berdasarkan kriteria dasar kepemimpinan, diketahui bahwa tingkat kematangan (maturity level) dari para bawahan menentukan gaya efektif dari pemimpin. Gaya pemimpin berubah-ubah tergantung dari tingkat pekerjaan dan kematangan psikologis dari para pengikutnya.

Hersey dan Blanchard berasumsi bahwa tingkat kematangan dari para bawahan tidak tetap. Bawahan yang tidak dewasa berubah untuk menjadi lebih dewasa. Salah satu tanggung jawab pemimpin adalah membantu bawahan untuk meningkatkan tingkat kematangannya. Pemimpin harus menyesuaikan dirinya terhadap situasi tidak hanya pasif tetapi juga secara aktif.

Para ahli dari berbagai disiplin ilmu telah banyak melakukan penelitian tentang yang diharapkan dalam melaksakan fungsi kepemimpinan, diantaranya yaitu :

  1. Kepemimpinan yang otoriter (authoratic authorition leadership)

    Kepemimpinan otoriter adalah kepemimpinan yang berdasarkan pada kekuasaan mutlak.Seorang pemimpin yang otoriter memimpin pengikutnya dengan mengarahkan kepada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Segala keputusan berada pada satu tangan yaitu pemimpin otoriter itu sendiri, yang menganggap dirinya mengetahui lebih banyak dari pada orang lain. Setiap keputusannya dia anggap sah dan pengikutnya harus menerimanya.

  2. Kepemimpinan demokratis (democratic / participative leadership)

    Kepemimpinan demokratis adalah memimpin yang demokratis, dimana ia mengajak bawahannya untuk merundingkan masalah menyangkut pekerjaannya. Dan setiap keputusan yang diambil selalu berdasarkan keputusan bersama.Seorang pemimpin yang demokratis biasanya selalu berinteraksi dengan bawahannya.

  3. Kepemimpinan yang bebas (free reign / laissez faire leadership)

    Kepemimpinan ini menjalakan perannya secara positif. Kepemimpinan ini menyerahkan segala usaha untuk menentukan tujuan dan kegiatan sepenuhnya kepada anggota kelompoknya dan hanya menyerahkan bahan-bahan dan alat-alat yang dibutuhkan untuk pekerjaan itu. Kepemimpinan ini tidak mengambil inisiatif apapun meski ia berada ditengah kelompoknya.

  4. Kepemimpinan kharismatik

    Kepemimpinan ini melingkupi daya tarik dan pembawannya yang luar biasa, sehingga ia mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar dan fanatik, meskipun para pengikut ini sering pula tidak dapat menjelaskan kenapa mereka menjadi pengikut pemimpin tersebut.

  5. Kepemimpinan paternalistic

    Kepemimpinan peternalistik ini bersifat kebapakan dengan sifat sebgai berikut:

    • Bersifat terlalu melindungi (over protective).
    • Menganggap bawahan belum dewasa dan perlu dikembangkan.
    • Kurang memberi bawahan kesempatan untuk membuat keputusan sendiri.
    • Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.

Selain itu, para ahli juga membagi tipe kepemimpinan sebagai berikut :

  1. Tipe kharismatis

    Tipe ini mempunyai daya tarik dan pembawaan yang luar biasa sehingga ia mempunyai jumlah pengikut yang sangat besar. Totalitas kepribadian pemimpin ini memancarkan pengaruh dan daya tarik yang cukup besar.

  2. Tipe paternalistic

    Tipe kepemimpinan yang bersifat kebapakan yang cirri-ciri antara lain :

    • Menganggap bawahan belum dewaasa.
    • Bersikap terlalu melindungi.
    • Selalu bersikap maha tahu.
  3. Tipe militerisme

    Adapun sifat-sifat militerisme yang melekat pada pimpinan ini adalah :

    • Menggunakan sistem perintah pada bawahannya
    • Menghendaki kepatuhan mutlak dari para bawahannya
    • Menyenangi formalitas dan upacara ritual yang berlebihan
    • Komunikasi berlangsung satu arah
  4. Tipe otokratis

    Tipe ini bersifat konservatif dan senantiasa bersikap ingin menang sendiri.

  5. Tipe laissez faire

    Tipe kepemimpinan seperti ini tidak praktis sebagai pemimpin karena senantiasa membiarkan kelompok atau organisasinya berbuat semuanya.

  6. Tipe populistis

    Pada tipe ini kepemimpinan berpegang pada nilai-nilai masyarakat tradisional yang kurang dalam menerima pandangan dan bantuan dari orang lain.

  7. Tipe administratif

    Tipe ini mampu menyelenggarakan administrasi yang efektif dan juga mampu menyelenggarakan dinamika modernisasi dan pembangunan.

  8. Tipe demokrasi

    Tipe kepemimpinan seperti ini selalu memberikan bimbingan yang efisien kepada bawahannya dan disamping itu juga terdapat pekerjaan dari semua jawaban dengan penekanan rasa tanggung jawab internal dan kerja sama yang baik.
    Secara nyata berbagi tipe kepemimpinan ini tidak ada yang mutlak di nilai baik atau buruk nya,yang penting asal tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat tercapai dengan baik. Hal ini di sebabkan karena kepemimpinan itu di pengaruhi oleh beberapa factor, seperti tujuan, pengikut, organisasi, karakteristik pemimpin dan situasi yang ada.

Menurut Wirawan (2014) dalam buku Kepemimpinan mengatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah cara atau seni yang digunakan oleh seorang pemimpin untuk mengatur dan mengarahkan bawahannya dalam pencapaian visi atau tujuan bersama yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi. berikut beberapa model dari gaya kepemimpinan adalah;

  • Gaya Kepemimpinan Memberitahu
    Gaya kepemimpinan ini cocok diaplikasikan kepada karyawan yang tidak berani memikul tanggung jawab, yang memiliki perilaku tugasnya di atas rata-rata dan prilaku hubungannya di bawah rata-rata. Pada gaya kepemimpinan memberitahu ini, pemimpin memberikan instruksi khusus dan mensupervisi ketat kinerja para pengikutnya. Ciri-ciri gaya kepemimpinan ini adalah;

    • Memberikan petunjuk secara jelas dan rinci mengenai tugas yang harus dikerjakan para karyawan.
    • Mendefinisikan secara operasional peran pengikut.
    • Komunikasi sebagian besar satu arah.
    • Pemimpin yang membuat keputusan
    • Supervisi ketat dan meminta pertanggungjawaban pengikut.
    • Instruksi secara bertingkat.
  • Gaya Kepemimpinan Menjual.
    Gaya kepemimpinan ini terbentuk dari prilaku tugas dan perilaku hubungan di atas rata- rata. Pada gaya kepemimpinan ini pemimpin menjelaskan keputusan dan memberikan peluang untuk menjelaskan klarifikasi tugas kepada para pengikut. Ciri-ciri gaya kepemimpinan ini adalah;

    • Menyediakan petunjuk mengenai siapa, apa, dimana, bagaimana, dan mengapa mengenai tugas atau perintah yang harus dilakukan para pengikut.
    • Pemimpin membuat keputusan dan menjelaskan keputusan serta memungkinkan. peluang untuk klarifikasi.
    • Menjelaskan peran para pengikut.
    • Mengajukan pertanyaan untuk mengidentifikasi level kemampuan
  • Gaya Kepemimpinan Partisipasi.
    Gaya kepemimpinan ini mempunyai karakteristik perilaku hubungan di atas rata-rata dan perilaku tugasnya di bawah rata- rata. Dalam gaya kepemimpinan ini pemimpin memberikan ide-ide kepada para pengikutnya dan memfasilitasi pembuatan keputusan kepada para pengikutnya. Ciri-ciri gaya kepemimpinan ini adalah;

    • Membagi tanggung jawab untuk membuat keputusan dengan para pengikut.
    • Memfokuskan kegiatan untuk mencapai hasil
    • Mengikut sertakan karyawan dalam konsekuensi tugas untuk meningkatkan komitmen dan motivasi
    • Menggabungkan dan pembuatan keputusan pemimpin dan karyawan.
    • Menentukan langkah-langkah berikutnya.
    • Memberikan dorongan dan dukungan.
    • Mendorong untuk memberikan masukan.
    • Secara aktif mendengarkan apa yang dikemukakan para karyawan.
  • Gaya Kepemimpinan Delegasi
    Kepemimpinan mendelegasikan prilaku tugas dan perilaku hubungan di bawah rata-rata. Pada gaya kepemimpinan delegasi pemimpin memberikan tanggung jawab dan pembuatan keputusan serta pelaksanaan aktivitas kepada para pengikutnya. Ciri-ciri gaya kepemimpinan ini adalah;

    • Mendengar untuk mengevaluasi perkembangan.
    • Mendelegasikan tugas dan aktivitas.
    • Pengikut membuat keputusan.
    • Mendorong kebebasan untuk mengambil risiko.
    • Supervisi longgar.
    • Memonitor aktivitas.
    • Memperkuat hasil.
    • Selalu mudah dihubungi.

Anoraga (1992 )gaya atau tipe kepemimpinan adalah ciri seorang pimpinan melakukan kegiatannya dalam membimbing, mengarahkan, mempengaruhi, menggerkan para pengikut- pengikutnya dalam rangka mencapai tujuan. Pada umumnya gaya atau tipe kepemimpinan dapat dibagi menjadi 3 jenis :

  1. Kepemimpinan Otokratik
    Adalah kepemimpinan yang berdasarkan atas kekuasaan mutlak segala keputusan berada di satu tangan. Gaya kepemimpinan ini sering membuat pengikutnya tidak senang dan sering frustasi.
  2. Kepemimpinan Demokratik.
    Adalah kepemimpinan berdasarkan demokrasi, dalam arti bukan dipilihnya si pimpinan itu secara demokratik, melainkan cara yang dilaksanakan si pemimpin yang demokratik. Si pimpinan melaksanakan kegiatan sedemikian rupa sehingga setiap keputusan meupakan hasil
    musyawarah.
  3. Kepemimpinan Bebas
    Adalah bahwa seorang pimpinan sebagai penonton bersifat pasif. Sedangkan menurut Kurt Lewin (dalam Marliani, 2015) menyebutkan beberapa tipe kepemimpinan berikut :
    • Otokratik
      Adalah tipe kepemimpinan menunjukkan bahwa semuanya ditentukan oleh pemimpin, pemimpin merupakan segalanya. Semua keputusan diambil oleh pemimpin, sedangkan bawahan tidak mempunyai hak untuk bersuara. Bawahan hanya menjalankan instruksi yang diberikan. Pola komunikasi yang terjadi, yaitu satu arah dari pemimpin ke bawahan. Pemimpin yang menggunakan tipe ini sangat task oriented sehingga ada bawahan yang tidak cocok dengan tipe ini dan ada yang menilai tipe kepemimpinan terlalu kejam.

    • Laissez-Faire
      Gaya atau tipe kepemimpinan ini memberikan kebebasan mutlak kepada bawahan untuk berkreasi. Pemimpin bersifat pasif dan menunggu semuanya dari bawahan. Pola kepemimpinan yang terjadi satu arah dari bawahan kepada pimpinan. gaya atau tipe kepemimpinan Laissez-Faire merupakan tipe kepemimpinan “lepas tangan”. Dalam tipe kepimpinan ini manajer tidak bertindak sebagai pembuat keputusan dan tidak pula mencampuri proses pengambilan keputusan tersebut. Pimpinan membiarkan isu berkembang dengan sendirinya dan bersikap tidak peduli isu tersebut menjadi lebih baik atau buruk. Manajemen tipe ini paling efektif untuk rumor, misalnya konflik yang terjadi antara dua pihak atau lebih. Biarkan pihak-pihak yang berkonflik membicarakan permasalahan mereka sampai dapat menemukan jalan keluarnya.

    • Kepemimpinan Transaksional
      Menurut Burns (dalam Dunford, 1995) mengemukakan bahwa kepemimpinan transaksional dicirikan dengan perancangan tujuan – tujuan tugas, penyediaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, dan penghargaan terhadap kinerja. Yulk (2009) mendefinisikan kepemimpinan transaksional dapat melibatkan nilai-nilai, tetapi nilai tersebut relevan dengan proses pertukaran seperti kejujuran, keadilan, tanggung jawab dan timbale balik. Gibson et al.,(2000) menambahkan dalam membantu mengidentifikasi apa yang harus dikerjakan, pemimpin selalu mempertimbangkan konsep diri dan kebutuhan para karyawan terhadap penghargaan.

Konsep model kepempinan dapat disepadankan dengan gaya kepemimpinan. Yang saya maksudkan dengan model kepemimpinan adalah perilaku yang digunakan seorang pemimpin ketika dia sedang berusaha mempengaruhi orang lain dalam suatu organisasi.

Istilah gaya secara sederhana adalah sama dengan cara yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi bawahan atau pengikutnya. Meminjam konsep dari Thoha (1997) yang dikutp dari karya Eko Maulana Ali, gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Dalam hal usaha menyelaraskan persepsi di antara orang yang akan mempengaruhi dengan orang yang perilakunya dipengaruhi menjadi sangat penting kedudukannya. Meletakkan pemahaman ini, kemudian menjadi logis jika para ilmuan seringkali mengukur kesuksesan pemimpin dengan mempelajari gaya kepemimpinannya.

Pertanyaan dasarnya kemudian jika diklasifikasikan maka ada berapa kluster gaya kepemimpinan yang sering melekat pada seorang pemimpin?. Para ilmuan organisasi telah mengelompokkan tiga gaya kepemimpinan sebagai berikut :

1. Gaya kepemimpinan demokratis

Jenis gaya kepemimpin ini adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis, dan terarah. Kegiatan-kegiatan pengendalian dilaksanakan secara tertib dan bertanggung jawab. Pembagian tugas yang disertai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang jelas, memungkinkan setiap anggota berpartisipasi secara aktif. Maka setiap anggota mengetahui secara pasti sumbangan yang dapat diberikannya untuk mencapai tujuan kelompok atau organisasinya. Selain itu semua anggota dapat mengetahui bagaimana melaksanakan kebijakan secara efektif dan efisien.

2. Gaya kepemimpinan otoriter

Kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang atau sekelompok kecil orang yang di antara mereka tetap ada seseorang yang paling berkuasa. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Orang-orang yang di pimpin jumlahnya lebih banyak merupakan pihak yang dikuasai, yang disebut bawahan atau anak buah. Kedudukan dan tugas bawahan (anak buah) semata-mata sebagai pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan kehendak pemimpin.

3. Gaya kepemimpinan bebas

Di sini kepemimpinan dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang di pimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing, baik secara perseorangan maupun berupa kelompok- kelompok kecil. Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasehat, yang dilakukan dengan memberi kesempatan untuk berkompromi atau bertanya bagi anggota kelompok yang memerlukannya.

Senada dengan pandangan Ali di atas, karya Umam juga menyebutkan lima gaya kepemimpinan. Penjelasannya sebagai berikut:

1. Gaya kepemimpinan autokratis

Pemimpin jenis ini merupakan pemimpin yang memiliki wewenang ( authority ) dari suatu sumber (misalnya karena posisinya), pengetahuan, kekuatan atau kekuasaan untuk memberikan penghargaan ataupun hukuman. Biasanya yang dilakukan oleh pemimpin dengan gaya ini adalah memberitahukan tugas serta menuntut kepatuhan seseorang secara penuh tanpa bertanya-tanya, dan totalitas.

Biasanya praktek gaya kepemimpinan autokratis dilakukan dengan dua model, yakni model garis keras dan model paternalistik. Pemimpin autokratik bisa menggunakan dua model di atas sekaligus atau salah satunya. Pemimpin yang menganut model garis keras selalu menuntut kepatuhan dari bawahannya. Sedangkan model paternalistik, sama dengan model garis keras, yakni menuntut kepatuhan bawahan.

Berbeda dengan model garis keras, pada model paternalistik menuntut kepatuhan bawahan berdasarkan hubungan yang bersifat pribadi. Biasanya praktek paternalistic muncul ketika bawahan beranggapan pemimpin mereka mengetahui segalanya tentang organisasi, atau ketergantungan pribadi bawahan kepada pemimpin. Misalnya karena bawahan mengharapkan imbalan dari pemimpin atas kepatuhannya melayani pemimpin bersangkutan, atau karena bawahan beranggapan pemimpin tersebut bisa memberikan rasa aman.

2. Gaya kepemimpinan birokratis .

Gaya ini sering dikenal sebagai gaya paling kaku karena pemimpin yang memilih gaya ini selalu mendeskripsikan tugas dan cara pelaksanaan tugas yang diberikan kepada karyawan. Pemimpin dengan gaya ini selalu mengedepankan apa yang sepenuhnya tertulis, tertuang dalam prosedur dan peraturan yang terkandung dalam organisasi. Biasanya pemimpin birokratis memiliki pandangan bahwa semua aturan atau ketentuan organisasi adalah “ absolute ”. Pemimpin seperti ini cenderung lambat dalam mengambil keputusan karena terlebih dahulu memeriksa peraturan atau prosedur yang telah dituliskan dalam kaedah organisasi.

3. Gaya kepemimpinan diplomatis

Pemimpin dengan gaya ini selalu berusaha melakukan langkah persuasi secara pribadi jika ada masalah dalam organisasi. Pemimpin dengan gaya seperti ini juga kurang suka mempergunakan kekuasaannya. Pemimpin seprti ini lebih memilih cara motivasi bukan instruksi dalam manajemen organisasi.

4. Gaya kepemimpinan partisipatif

Di sini pemimpin selalu terbuka dan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi atau setidaknya mengambil bagian secara aktif, baik secara luas maupun dalam batas-batas tertentu

5. Gaya kepemimpinan free rein leader

Pemimpin seperti ini dapat diibaratkan seperti penunggang kuda yang melepaskan kedua kendali kudanya. Meskipun demikian pemimpin seperti ini tidak benar-benar memberikan kebebasan kepada karyawannya untuk bekerja tanpa pengawasan sama sekali. Pemimpin seperti ini tetap melakukan pengawasan dan pengendalian atas kerja bawahannya.