Apa saja fungsi ekologis hutan bakau atau hutan mangrove?

hutan bakau

Fungsi ekologis hutan mangrove adalah sebagai habitat atau tempat hidup binatang laut untuk berlindung,mencari makan,atau berkembang biak. Fungsi ekologis lainnya untuk melindungi pantai dari abrasi laut.

Hutan mangrove memberikan peranan yang besar terhadap siklus kehidupan biota laut dan berfungsi sebagai pelindung daratan yang ada di belakangnya.

Beberapa fungsi hutan bakau bagi ekologi lingkungan antara lain :

Penahan Angin dan Badai

Angin laut umumnya sering berpengaruh terhadap kehidupan di tepi pantai, karena tiupannya yang kencang dan kandungan garamnya tinggi. Keberadaan hutan mangrove dapat sebagai penahan angin ( win breaker ) sehingga kecepatan dan kekuatan angin dapat berkurang atau dibelokkan sebelum sampai ke permukiman penduduk. Pada pohon yang ditanam cukup rapat dapat mengurangi kecepatan angin hingga 75-85 % dari kecepatan awal (Fandeli, 2004).

Tingkat efektifitas perlindungan tiupan angin oleh hutan mangrove sangat ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya oleh tinggi, strata tajuk dan kerapatan pohon. Semakin tinggi pohon mangrove maka semakin luas kawasan dibelakangnya yang dapat terlindungi.

Selain itu hutan mangrove yang rapat dan tajuk yang lebat dapat berperan sebagai filter sehingga partikel garam yang dibawa oleh angin laut dapat berkurang. Hal ini penting karena partikel garam yang tinggi dengan cepat dapat merusak barang-barang penduduk yang terbuat dari logam.

Melindungi Garis Pantai

Hutan mangrove secara umum mampu mempertahankan keberadaan daratan di tepi pantai. Batang mangrove yang rapat dengan banyak akar nafas disekitarnya mampu menahan tanah di daerah pantai dari kikisan air laut. Pada tegakan yang sudah mapan sistem perakaran bakau memperlambat arus air yang mengandung lumpur dan memungkinkan pengendapan partikel lumpur dalam suatu proses pembentukan endapan di sisi daratan.

Pembentukan endapan ini memungkinkan bagi jenis perintis untuk tumbuh maju ke arah laut, mempercepat pembentukan pantai dan menjamin kemantapan daerah pesisir.

Penambahan daratan atau pantai tersebut bisa mencapai lebih dari 100 m/th (MacKinnon et al. , 1996) atau + 120 m/th (Nontji, 2002). Kerapatan pohon mangrove mampu meredam atau menetralisir peningkatan salinitas, karena perakaran yang rapat akan menyerap unsur-unsur yang mengakibatkan meningkatnya salinitas tersebut (Arief, 2003).

Pemasok Bahan Organik

Hutan mangrove memiliki produktifitas primer yang tinggi karena dapat memberikan kontribusi yang besar berupa bahan organik. Supriharyono (2002) menyatakan produktifitas primer hutan mangrove dapat mencapai 5.000 gr C m-2th-1. Kesuburan kawasan mangrove dapat dilihat melalui pasokan bahan organik, terutama dari guguran daun yang bisa mencapai 7-8 ton/ha/tahun (Nontji, 2002).

Guguran daun dan ranting akan membusuk dan dimanfaatkan oleh jamur dan bakteri sebagai pengurai utama, selanjutnya bakteri dan jamur dimakan oleh sebagian protozoa dan makrobentos. Demikian seterusnya proses makan-memakan ini berlangsung sampai pada tingkatan hewan yang lebih tinggi. Kecepatan dekomposisi daun dari masing-masing jenis penyusun hutan mangrove berbeda- beda sesuai dengan karakteristiknya. Dahuri (2003) menyatakan bahwa dekomposisi daun Avicenia terjadi selama 20 hari atau 2 kali lebih cepat dari jenis Rhyzophora karena daun Rhyzophora lebih tebal.

Siklus Hidup Ikan dan Habitat Fauna

Keberadaan dekomposer yang melimpah akan sekaligus merupakan sumber pakan bagi hewan lain yang ada di atasnya seperti ikan maupun udang. Menurut Supriharyono (2002), tingginya bahan organik di hutan mangrove memungkinkan sebagai tempat pemijahan ( spawning graund ), pengasuhan ( nursery graund ) dan perbesaran atau mencari makan ( feeding graund ) bagi beberapa jenis hewan air termasuk ikan. Sebagian besar ikan yang hidup di daerah pesisir berhubungan erat dengan rantai makanan di ekosistem mangrove.

Udang dan ikan yang tertangkap di daerah estuaria siklus hidupnya sebagian besar berada di mangrove. Pada musim kawin bagi ikan berbagai jenis ikan akan menuju ke kawasan mangrove untuk berpijah atau meletakkan telur. Ikan-ikan tersebut menggunakan akar mangrove yang rapat untuk berlindung dari ancaman predator.

Selain penting bagi hewan air, hutan mangrove juga sebagai tempat hidup, tempat mencari makan atau sekedar untuk singgah bagi hewan lain. Bagi burung air migran, walaupun hanya sebagai tempat singgah namun peranan mangrove sangat penting, karena dapat menyediakan tempat berlindung sementara dan pakan yang melimpah sebelum melanjutkan perjalannya.

Hutan mangrove sebagai sebuah ekosistem terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik terdiri dari vegetasi mangrove yang meliputi pepohonan, semak, dan fauna. Sedangkan komponen abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hutan mangrove adalah pasang surut air laut, lumpur berpasir, ombak laut, pantai yang landai, salinitas laut, dan lain sebagainya.

Secara biologi hutan mangrove mempunyai fungsi sebagai daerah berkembang biak (nursery ground), tempat memijah (spawning ground), dan mencari makanan (feeding ground) untuk berbagai organisme yang bernilai ekonomis khususnya ikan dan udang. Habitat berbagai satwa liar antara lain, reptilia, mamalia, dan lain-lain. Selain itu, hutan mangrove juga merupakan sumber plasma nutfah.

Ekosistem hutan mangrove memiliki produktivitas yang tinggi. Produktivitas primer ekosistem mangrove ini sekitar 400-500 gram karbon/m2/tahun adalah tujuh kali lebih produktif dari ekosistem perairan pantai lainnya. Oleh karenanya, ekosistem mangrove mampu menopang keanekaragaman jenis yang tinggi. Daun mangrove yang berguguran diuraikan oleh fungi, bakteri dan protozoa menjadi komponen-komponen bahan organik yang lebih sederhana (detritus) yang menjadi sumber makanan bagi banyak biota perairan (udang, kepiting dan lain-lain) (Kustanti, 2011).

Oleh karena itu, Fungsi dan manfaat hutan bakau secara biologi, yang utama, adalah :

  • Tempat hidup biota laut, baik untuk berlindung, mencari makan, pemijahan maupun pengasuhan.

  • Sumber makanan bagi spesies-spesies yang ada di sekitarnya.

  • Tempat hidup berbagai satwa lain, misal kera, buaya, dan burung.