Dilihat dari aspek bahasa sebagai alat komunikasi dapat dibedakan dua jenis fungsi bahasa, yaitu fungsi struktural dan fungsi pragmatis. Kedua fungsi ini saling berkaitan karena setiap fungsi struktural terkait dengan fungsi pragmatis.
Aliran yang dikenal dengan nama fungsionalisme ini berpendapat, bahwa unsur-unsur bahasa yang membentuk sistem bahasa, seperti unsur fonologis, gramatikal dan semantis ditentukan oleh fungsi bahasa dalam masyarakat.
Sekitar akhir tahun 1920-an di Eropa berkembang Aliran Praha yang diawali dalam bidang fonologi, dengan tokoh-tokohnya seperti Mathesius, Trubetzkoy, Jakobson. Mereka menekankan fungsi unsur pembeda dalam struktur bahasa.
Dalam bahasa Indonesia fonem /h/ membedakan makna kata harus dengan arus. Fonem /b/ dan fonem/p/ dalam bahasa Inggris adalah dua fonem yang berbeda, karena /b/ dan /p/ menyatakan kontras makna, kata bin dan pin berbeda makna.
Fungsi struktural bahasa menurut Buysens (dalam Noeth, 1995) adalah jaringan antara unsur bahasa yang berada pada tataran kecil dengan unsur bahasa pada tataran yang lebih besar dalam analisis bahasa. Fungsi struktural ini terkait dengan fungsi unsur-unsur bahasa dalam sistem, sedangkan fungsi pragmatis terkait dengan penggunaan bahasa dalam komunikasi.
Berikut akan dipaparkan konsep-konsep yang mendasari fungsi pragmatis bahasa. Karl Buehler seorang psikolog dan pakar bahasa yang berasal dari Jerman berpendapat bahwa, fungsi dasar bahasa adalah sebagai alat komunikasi antara penutur dengan petutur tentang sesuatu, konsep ini biasanya disebut organon model of language.
Menurut Karl Buehler ada 3 jenis fungsi bahasa, yaitu :
1. Fungsi representatif, adalah korelasi antara lambang bahasa dan hal yang diwakilinya (menggambarkan sesuatu).
2. Fungsi ekspresif, merupakan korelasi antara lambang bahasa dengan penutur, bahasa digunakan untuk mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan penutur.
3. Fungsi apelatif, adalah korelasi antara lambang bahasa dengan pendengar (petutur) yang bertujuan agar petutur melakukan sesuatu.
Roman Jakobson (1896–1982) seorang linguis peletak dasar Aliran Praha memperluas konsep fungsi bahasa Karl Buehler dan ia berpendapat ada enam faktor tuturan yang mempengaruhi fungsi bahasa, yaitu penutur, petutur, pesan kode, konteks, saluran komunikasi.
Penutur mengirim pesan kepada petutur, agar pesan tersampaikan harus ada konteksnya. Pesan yang disampaikan dalam bentuk kode (lambang yang dipakai untuk menggambarkan makna tertentu) yang sebagian atau seluruhnya dikenal oleh penutur (pembicara) dan pendengar (petutur), selanjutnya saluran komunikasi dan hubungan psikologis antara penutur dan petutur memungkinkan suatu komunikasi antara keduanya.
Berdasarkan enam faktor tuturan yang telah disebutkan Jakobson membedakan enam fungsi bahasa yaitu ;
1. Fungsi referensial terkait dengan makna pesan yang disampaikan dalam konteks tertentu.
2. Fungsi emotif terkait erat dengan suasana batin penutur terhadap pesan yang disampaikan.
3. Fungsi puitis bahasa merupakan estetika bahasa, yang memungkinkan terciptanya pesan.
4. Fungsi fatis bertujuan untuk mempertahankan komunikasi antara penutur dengan petutur.
5. Fungsi konatif bertujuan untuk menimbulkan reaksi pada petutur (misalnya menyuruh, melarang, mengajak dsb).
6. Fungsi metalingual adalah bahasa yang digunakan sebagai metabahasa untuk menjelaskan hal-hal yang terkait dengan bahasa tersebut (seperti definisi, penjelasan makna kata).