Apa saja fungsi bahasa?

bahasa

Bahasa (dari bahasa Sanskerta भाषा, bhāṣā) adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan. Kajian ilmiah bahasa disebut ilmu linguistik.

Kata bahasa “language” diturunkan dari Indo-Eropa “lidah, perkataan, bahasa” lewat Bahasa latin lingua, “bahasa; lidah”, dan Perancis Kuno langage “bahasa”.

Kata tersebut terkadang digunakan untuk mengacu pada kode, sandi dan bentuk lain dari sistem komunikasi yang dibentuk secara artifisial seperti yang digunakan pada pemrograman komputer.

Makna bahasa dalam hal ini adalah suatu sistem isyarat untuk menyandikan dan menerjemahkan informasi.

Apa saja fungsi bahasa ?

Bagi kebanyakan ahli bahasa, bahasa adalah pola ucapan manusia, sistem (yang implisist) yang mengatur bagaimana orang berbicara dan mendengarkan. Kemudian timbul gejala-gejala lain yang kita sebut sebagai “bahasa” karena dekat dengan ucapan dan pendengaran manusia, yaitu menulis, tanda-tanda bahasa, bahasa komputer, bahasa lumba- lumba, atau bahasa lebah.

Jadi pada dasarnya, bahasa dapat mencerminkan proses ekstensi dari ucapan yang berhubungan dengan inti tanda-tanda itu.

Dalam artiannya yang luas, bahasa adalah sejumlah formula yang pasti, sejumlah kombinasi item-item kosa kata yang digenerasi oleh sebuah tata bahasa. Dalam artian yang lebih sempit, bahasa adalah sejumlah formula pasti yang bisa diinterpretasi secara semantik.

Sebuah formula mengalami interpretasi secara semantik ketika ia diletakkan dalam hubungan sistematis dengan objek-objek lain: misalnya dengan formula-formula dari bahasa lain, dengan kondisi dari penggunaan bahasa atau dengan kondisi-kondisi yang mungkin terjadi di dunia.

Jadi bahasa merupakan suatu sistem yang mengatur manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain dan simbol yang dipakai untuk mewakili suara manusia yang ketika disatukan membentuk fakta, kata, dan kalimat.

Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang, objek, dan peristiwa. Setiap orang punya nama untuk identifikasi sosial. Orang juga dapat menamai apa saja objek-objek yang berlainan, termasuk perasaan tertentu yang mereka alami. Penamaan adalah dimensi pertama bahasa dan basis bahasa, dan pada awalnya itu dilakukan manusia sesuka mereka, yang kemudian menjadi konvensi.

Menurut Larry L. Barker, bahasa memiliki tiga fungsi : penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.

  1. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.

  2. Fungsi interaksi menekankan berbagai gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan penegertian atau kemarahan dan kebingungan.

  3. Fungi transmisi dengan melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain setiap harinya baik langsung maupun tidak langsung (melalui media massa).

Keistimewaan bahasa sebagai sarana transmisi informasi yang lintas- waktu dengan menghubungkan masa lalu, masa kini dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

Tanpa bahasa kita tidak mungkin bertukar informasi, tidak mungkin menghadirkan semua objek dan tempat untuk kita rujuk dalam komunikasi kita.

Manusia sebagai makhluk sosial selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi yang mana komunikasi terebut dapat memenuhi kebutahan dan keinginan dalam kehidupan sosial kutural. Bahasa dan komunikasi seringkali dipandang sebagai dua sisi dari satu keping uang yang sama.

Berdasarkan pandangan ini, aspek terpenting dari bahasa adalah penggunaannya dalam berkomunikasi dan aspek terpenting dari komunikasi adalah digunakannya sebuah kode atau bahasa. Hubungan antara bahasa dan komunikasi dianggap seperti hubungan antara jantung dan sirkulasi darah.

Referensi
  • Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna (Jakarta: Kencana, 2011).
  • Sperber Dan Dan Wilson Deirdre, Teori Relevansi Komunikasi Dan Kognisi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009).

Dilihat dari aspek bahasa sebagai alat komunikasi dapat dibedakan dua jenis fungsi bahasa, yaitu fungsi struktural dan fungsi pragmatis. Kedua fungsi ini saling berkaitan karena setiap fungsi struktural terkait dengan fungsi pragmatis.

Aliran yang dikenal dengan nama fungsionalisme ini berpendapat, bahwa unsur-unsur bahasa yang membentuk sistem bahasa, seperti unsur fonologis, gramatikal dan semantis ditentukan oleh fungsi bahasa dalam masyarakat.

Sekitar akhir tahun 1920-an di Eropa berkembang Aliran Praha yang diawali dalam bidang fonologi, dengan tokoh-tokohnya seperti Mathesius, Trubetzkoy, Jakobson. Mereka menekankan fungsi unsur pembeda dalam struktur bahasa.

Dalam bahasa Indonesia fonem /h/ membedakan makna kata harus dengan arus. Fonem /b/ dan fonem/p/ dalam bahasa Inggris adalah dua fonem yang berbeda, karena /b/ dan /p/ menyatakan kontras makna, kata bin dan pin berbeda makna.

Fungsi struktural bahasa menurut Buysens (dalam Noeth, 1995) adalah jaringan antara unsur bahasa yang berada pada tataran kecil dengan unsur bahasa pada tataran yang lebih besar dalam analisis bahasa. Fungsi struktural ini terkait dengan fungsi unsur-unsur bahasa dalam sistem, sedangkan fungsi pragmatis terkait dengan penggunaan bahasa dalam komunikasi.

Berikut akan dipaparkan konsep-konsep yang mendasari fungsi pragmatis bahasa. Karl Buehler seorang psikolog dan pakar bahasa yang berasal dari Jerman berpendapat bahwa, fungsi dasar bahasa adalah sebagai alat komunikasi antara penutur dengan petutur tentang sesuatu, konsep ini biasanya disebut organon model of language.

Menurut Karl Buehler ada 3 jenis fungsi bahasa, yaitu :

1. Fungsi representatif, adalah korelasi antara lambang bahasa dan hal yang diwakilinya (menggambarkan sesuatu).

2. Fungsi ekspresif, merupakan korelasi antara lambang bahasa dengan penutur, bahasa digunakan untuk mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan penutur.

3. Fungsi apelatif, adalah korelasi antara lambang bahasa dengan pendengar (petutur) yang bertujuan agar petutur melakukan sesuatu.

Roman Jakobson (1896–1982) seorang linguis peletak dasar Aliran Praha memperluas konsep fungsi bahasa Karl Buehler dan ia berpendapat ada enam faktor tuturan yang mempengaruhi fungsi bahasa, yaitu penutur, petutur, pesan kode, konteks, saluran komunikasi.

Penutur mengirim pesan kepada petutur, agar pesan tersampaikan harus ada konteksnya. Pesan yang disampaikan dalam bentuk kode (lambang yang dipakai untuk menggambarkan makna tertentu) yang sebagian atau seluruhnya dikenal oleh penutur (pembicara) dan pendengar (petutur), selanjutnya saluran komunikasi dan hubungan psikologis antara penutur dan petutur memungkinkan suatu komunikasi antara keduanya.

Berdasarkan enam faktor tuturan yang telah disebutkan Jakobson membedakan enam fungsi bahasa yaitu ;

1. Fungsi referensial terkait dengan makna pesan yang disampaikan dalam konteks tertentu.

2. Fungsi emotif terkait erat dengan suasana batin penutur terhadap pesan yang disampaikan.

3. Fungsi puitis bahasa merupakan estetika bahasa, yang memungkinkan terciptanya pesan.

4. Fungsi fatis bertujuan untuk mempertahankan komunikasi antara penutur dengan petutur.

5. Fungsi konatif bertujuan untuk menimbulkan reaksi pada petutur (misalnya menyuruh, melarang, mengajak dsb).

6. Fungsi metalingual adalah bahasa yang digunakan sebagai metabahasa untuk menjelaskan hal-hal yang terkait dengan bahasa tersebut (seperti definisi, penjelasan makna kata).

Aliran filsafat bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat.

Walaupun tampak perbedaan, pendapat ini saling melengkapi. Secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah:

  • koordinator kegiatan-kegiatan masyarakat,
  • penetapan pemikiran dan pengungkapan,
  • penyampaian pikiran dan perasaan,
  • penyenangan jiwa, serta
  • pengurangan kegoncangan jiwa.

Menurut Halliday, sebagaimana yang dikutip oleh Fatimah bahwa fungsi bahasa adalah:

  • fungsi instrumental: penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat materi seperti makan, minum, dan sebagainya;

  • fungsi regulatoris: penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku;

  • fungsi interaksional: penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan pemikiran antara seseorang dan orang lain;

  • fungsi personal: seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan pikiran;

  • fungsi heuristik: penggunaan bahasa untuk mencapai pengungkapan tabir fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya;

  • fungsi imajinatif: penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi seseorang atau gambaran-gambaran tentang discovery seseorang dan tidak sesuai dengan realita (dunia nyata); serta

  • fungsi representasional: penggunaan bahasa untuk menggambarkan pemikiran dan wawasan serta menyampaikannya pada orang lain.

Desmond Morris mengemukakan 4 fungsi bahasa, yaitu (1) informasi talking , pertukaran keterangan dan informasi; (2) mood talking , hal ini sama dengan fungsi bahasa ekspresif yang dikemukakan oleh Buhler; (3) exploratory talking , sebagai ujaran untuk kepentingan ujaran, sebagaimana fungsi estetis; serta (4) grooming talking , tuturan yang sopan yang maksudnya kerukunan melalui percakapan, yakni menggunakan bahasa untuk memperlancar proses sosial dan menghindari pertentangan.

Finochiaro (dalam Achmad dan Abdullah, 2012) membagi fungsi bahasa menjadi lima bagian: personal, interpersonal, directive, referential, dan imaginative. Kelima fungsi itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian utama saja, yaitu fungsi personal dan fungsi interpersonal; fungsi direktif, referensial, dan imajinatif yang digunakan untuk berhubungan dengan orang lain.

Holmes (dalam Achmad dan Abdullah, 2012) membagi menjadi enam fungsi bahasa, yaitu fungsi ekspresif yang digunakan untuk mengekspresikan perasaan pembicara, fungsi direktif yang digunakan untuk meminta seseorang untuk melakukan sesuatu, fungsi referensial digunakan untuk menyediakan informasi, fungsi metalinguistik untuk mengomentari tentang bahasa itu sendiri, fungsi puitis untuk menfokuskan karakteristik bahasa yang estetik (seperti puisi, moto, dan ritme), dan fungsi fatis untuk mengekspresikan suatu solidaritas dan empati kepada orang lain, fungsi fatis ini digunakan untuk memulai dan mempertahankan komunikasi.

Menurut Soeparno (2013) fungsi bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi umum dan fungsi khusus. Soeparno mengemukakan fungsi umum dari bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial. Di dalam masyarakat ada komunikasi atau saling hubungan antaranggota. Untuk keperluan itu digunakanlah suatu wahana yang dinamakan bahasa.

Fungsi khusus dari bahasa, Roman Jakobson (dalam Soeparno, 2013) telah membagi fungsi bahasa atas enam macam, yakni fungsi emotif, konatif, referensial, puitik, fatik, dan metalingual. Ahli bahasa yang gagasannya terilhami oleh Karl Buhler, mendasarkan pembagiannya pada tumpuan perhatian atau aspek. Bahasa memiliki enam aspek, yakni aspek addresser , context , message , contact , code , dan addressee . Apabila tumpuannya pada si penutur ( addresser ), fungsi bahasanya dinamakan emotif. Apabila tumpuan pembicaraan pada konteks ( context ), fungsi bahasanya disebut referensial. Apabila tumpuan pembicaraan pada amanat ( message ), fungsi bahasanya puitik ( poetic ). Apabila tumpuan pembicaraan pada kontak ( contact ), fungsi bahasanya disebut fatik ( phatic ). Apabila tumpuan pembicaraan pada kode ( code ), fungsi bahasanya disebut metalingual. Apabila tumpuan pembicaraan pada lawan bicara ( addressee ), fungsi bahasanya dinamakan konatif.

Wood (dalam Rahardi, 2009) menyebut sepuluh fungsi bahasa dalam kaitannya dengan perkembangan sistem komunikasi pada anak-anak. Wood menyebut bahwa pada anak usia 9-16 bulan fungsi-fungsi bahasa yang dapat ditemukan adalah

  1. Fungsi regulasi,

  2. Fungsi instrumental,

  3. Fungsi interaksional,

  4. Fungsi heuristik,

  5. Fungsi personal,

  6. Fungsi imajinatif