Apa Saja Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Emosi Remaja?

emosi remaja

Stanley Hall, mendefinisikan masa remaja sebagai mereka yang mengalami perubahan karakter dari era kanak-kanak kepada masa kedewasaan. Beliau menyebutkan bahwa pada masa ini akan terjadi “storm & stress” atau dalam bahasa indonesia dikenal dengan “badai & topan”.

Pada tahun 1997, psikolog Hurlock menyatakan bahwa sikap tidak terkendali yang dilakukan seseorang pada masa remaja pada umumnya akan mengalami proses perbaikan. Sehingga pada tahap masa remaja akhir, individu tersebut biasanya akan bisa mengendalikan emosi. Apalagi jika didukung dengan suasana sosioemosional di lingkungan rumah (keluarga) dan teman sebayanya. Diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Perubahan Jasmani

Perubahan jasmani meliputi perubahan fisik dan meningkatnya hormon-hormon tertentu pada seseorang dapat menjadi faktor perkembangan emosi pada remaja. Karena hormon ini memberikan stimulasi dalam tubuh dan sistem otak hingga mempengaruhi perasaan dan tindakan emosi seorang remaja.

  1. Pola Interaksi dengan Orang Tua

Cara komunikasi orang tua kepada anak, serta metode pengasuhan orang tua dapat menjadi faktor penting dalam perkembangan emosi remaja. Biasanya remaja cenderung memiliki sifat memberontak dalam rangka memperlihatkan keinginan untuk hidup tanpa aturan yang mengekang. Sehingga kebiasaan didikan menjadi peran penting dalam proses remaja menerima siklus masa remajanya.

  1. Pola Interaksi dengan Teman

Tidak hanya dalam lingkungan keluarga, pola hubungan seseorang dengan teman sebayanya pada saat remaja juga memiliki pengaruh terhadap perkembangan emosi seseorang. Pada masa remaja, kecenderungan remaja akan membuat kelompok-kelompok untuk sekedar menunjukkan eksistensi maupun untuk melawan otoritas dari pihak yang dianggap harus dilawan. Hubungan cinta dengan lawan jenis juga menjadi faktor yang mendominasi perkembangan emosi masa remaja.

  1. Perubahan Pandangan Dunia Luar

Pada masa remaja, persepsi orang lain menjadi faktor perkembangan emosi seseorang. Misalnya saja perubahan sikap dunia luar yang tidak stabil. Ini dikarenakan lingkungan yang berbeda-beda dalam menerapkan nilai-nilai tertentu. Sehingga masa remaja kerap dikatakan sebagai masa yang rawan terhadap kondisi pergaulan yang salah.

  1. Pola Interaksi di Sekolah

Misalnya saja, seorang remaja yang melakukan tindakan merugikan diri sendiri akibat prinsip yang dipegang oleh seorang remaja itu berbeda, tidak diterima, atau bahkan ditolak di lingkungan sekolah. Sehingga dibutuhkan dukungan dan informasi secara menyeluruh yang intensif sehinga seorang remaja siap menghadapi peralihan dunianya.

Karena berada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, status remaja remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya (Ali & Asrori, 2006).
Semiawan (dalam Ali & Asrori, 2006) mengibaratkan; terlalu besar untuk serbet, terlalu kecil untuk taplak meja karena sudah bukan anak-anak lagi, tetapi juga belum dewasa.

Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian.

Ali & Ansori (2006) menambahkan bahwa perkembangan emosi seseorang pada umumnya tampak jelas pada perubahan tingkah lakunya. Perkembangan emosi remaja juga demikian halnya. Kualitas atau fluktuasi gejala yang tampak dalam tingkah laku itu sangat tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang ada pada individu tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita lihat beberapa tingkah laku emosional, misalnya agresif, rasa takut yang berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku menyakiti diri, seperti melukai diri sendiri dan memukul-mukul kepala sendiri.

Sejumlah faktor menurut Ali & Asrori (2006) yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah sebagai berikut:

  1. Perubahan Jasmani

Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya perubahan yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tak terduga pada perkembangan emosi remaja. Tidak setiap remaja dapat menerima perubahan kondisi tubuh seperti itu, lebih-lebih jika perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam tubuh remaja dan seringkali menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya.

  1. Perubahan Pola Interaksi dengan Orang Tua

Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi remaja. Cara memberikan hukuman misalnya, kalau dulu anak dipukul karena nakal, pada masa remaja cara semacam itu justru dapat menimbulkan ketegangan yang lebih berat antara remaja dengan orang tuanya.

  1. Perubahan Pola Interaksi dengan Teman Sebaya

Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktifitas bersama dengan membentuk semacam geng. Interksi antar anggota dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Pembentukan kelompok dalam bentuk geng seperti ini sebaiknya diusahakan terjadi pada masa remaja awal saja karena biasanya bertujuan positif, yaitu untuk memenuhi minat mereka bersama.

  1. Perubahan Pandangan Luar

Ada sejumlah pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut :

  • Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten. Kadang- kadang mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereka tidak mendapat kebebasan penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang dewasa. Seringkali mereka masih dianggap anak kecil sehingga menimbulkan kejengkelan pada diri remaja. Kejengkelan yang mendalam dapat berubah menjadi tingkah laku emosional.
  • Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalau remaja laki- laki memiliki banyak teman perempuan, mereka mendapat predikat populer dan mendatangkan kebahagiaan. Sebaliknya, apabila remaja putri mempunyai banyak teman laki-laki sering dianggap tidak baik atau bahkan mendapat predikat yang kurang baik. Penerapan nilai yang berbeda semacam ini jika tidak disertai dengan pemberian pengertian secara bijaksana dapat menyebabkan remaja bertingkah laku emosional.
  • Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkan remaja tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai moral.
  1. Perubahan Interaksi dengan Sekolah

Pada masa anak-anak, sebelum menginjak masa remaja, sekolah merupakan tempat pendidikan yang diidealkan oleh mereka. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena selain tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh karena itu, tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada guru daripada kepada orang tuanya. Posisi guru semacam ini sangat strategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif.