Sari (2002) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan diri individu antara lain:
-
Pendidikan
Individu yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki tingkat kesadaran yang lebih baik akan keadaan yang dia miliki dan segera mencari upaya untuk mengatasi keadaan tersebut.
-
Dukungan Sosial
Penerimaan diri akan semakin baik apabila ada dukungan sosial yang muncul dari lingkungan di sekitar individu tersebut.
Merujuk pada Hurlock (1994) maka dapat disimpulkan bahwa faktor – faktor penerimaan diri adalah:
1. Pemahaman Diri
Pemahaman diri adalah suatu persepsi atas dirinya sendiri yang ditandai oleh keaslian bukan kepura– puraan, realistik bukan khayalan, kebenaran bukan kebohongan, keterusterangan bukan berbelit – belit. Pemahaman diri dan penerimaan diri mempunyai hubungan yang positif. Selain itu kualitas pendidikan yang diterima oleh individu tersebut turut berpengaruh pada penerimaan dirinya. Semakin baik pendidikan yang dimiliki seseorang dan dia memahami dirinya maka akan semakin baik ia menerima dirinya dan sebaliknya. Pemahaman diri ini meliputi mensyukuri apa yang telah dimiliki, tidak terlalu sering mengkritik diri sendiri, serta menerima segala bentuk pujian yang mengandung unsur kebenaran.
2. Harapan yang Realistik
Ketika pengharapan seseorang terhadap sukses yang akan diraihnya merupakan pengharapan yang realistik maka kesempatan untuk mencapai kesuksesan akan muncul. Adanya kesempatan ini tidak terlepas dari dukungan yang diperoleh individu dari lingkungan disekitarnya. Hal ini mendukung terbentuknya kepuasan diri sendiri yang pada akhirnya membentuk sikap penerimaan terhadap dirinya sendiri. Apabila pada saat individu memiliki pengharapan realistik akan sesuatu dan selanjutnya individu itu menanamkan dalam pikirannya bahwa dia akan berhasil maka kesempatan untuk sukses akan muncul sehingga individu pada akhirnya merasa puas dan terbentuk penerimaan diri yang baik.
3. Tidak Hadirnya Hambatan–Hambatan dari Lingkungan
Ketidakmampuan untuk mencapai tujuan yang realistik dapat disebabkan oleh ketidakmampuan individu untuk mengontrol adanya hambatan – hambatan dari lingkungan misalnya saja diskriminasi, ras, gender, kepercayaan.
Seseorang yang menyadari bahwa dia sebenarnya mampu tapi oleh karena suatu hambatan dari lingkungan akan sukar untuk memiliki penerimaan diri yang baik. Jika hambatan dari lingkungan tersebut dihilangkan, seseorang akan dapat mencapai tujuan yang realistik. Tercapainya tujuuan tersebut akan mengakibatkan individu yang bersangkutan puas akan kesuksesannya dan mendukung terbentuknya penerimaan diri yang positif.
4. Tidak Adanya Tekanan Emosi yang Berat
Tekanan yang berat dan terus menerus seperti yang terjadi di lingkungan sekitar, dimana kondisi emosi sedang tidak baik dapat mengakibatkan gangguuan yang berat sehingga tingkah laku orang tersebut dinilai menyimpang dan orang lain menjadi terlihat selalu mencela dan menolak orang tersebut. Tidak adanya tekanan emosi membuat seseorang dapat melakukan yang terbaik dan dapat menjadi berpandangan ke luar dan tidak memiliki pandangan hanya ke dalam dirinya saja. Tanpa tekanan emosi juga dapat membuat orang santai dan bukannya tegang, bahagia dan bukannya marah, benci dan frustasi. Kondisi ini memberikan sumbangan positif bagi penilaian terhadap lingkungan sosial yang menjadi dasar terhadap penilaian diri sendiri dan penerimaan diri.
5. Sukses yang Sering Terjadi
Kegagalan yang sering menimpa menjadikan seseorang menolak dirinya sendiri, sebaliknya kesuksesan yang sering terjadi menumbuhkan penerimaan terhadap diri sendiri. Sering atau tidaknya sukses yang terjadi dapat dinilai secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif berarti jumlah terjadinyta sukses lebih banyak daripada jumlah terjadinya kegagalan. Sedangkan secara kualitatif berarti walaupun jumlah kegagalan lebih banyak daripada kesuksesan namun kesuksesan tersebut terjadi pada hal yang sangat penting dan berarti yang dapat melebihi jumlah kegagalan baik dari penilaian masyarakat ataupun dari diri sendiri. Sukses yang sering terjadi tidak lepas dari apa yang individu tanamkan dalam pikirannya. Bila individu menanamkan pikiran yang positif bahwa ia akan berhasil maka tindakan ini membantu meningkatkan rasa percaya diri juga bila individu berpikir sevara negatif maka ia tidak akan pernah merasa berhasil dan senantiasa menyalahkan segala kelemahan yang dimilikinya.
6. Konsep Diri yang Stabil
Konsep diri dapat didefinisikan sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Konsep diri yang stabil adalah suatu cara seseorang melihat dirinya sendiri dan hasilnya sama setiap waktu, hal ini dapat dilihat dengan meningkatkan potensi yang terbaik dari individu tersebut dengan selalu belajar dan mengembangkan potensinya serta memanfaatkan setiap kesempatan yang ada.
Konsep diri yang stabil sama halnya dengan konsep diri yang positif yaitu terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialami. Kegagalan bukan dipandang sebagi kematian namun lenih menjadikannya sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah ke depan. Orang dengan kosep diri yang positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat hal – hal positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang (Rini, 2008).