Apa saja faktor penyebab kegagalan dalam berbisnis?

Dalam membangun sebuah bisnis atau usaha, pasti seseorang akan menemukan sebuah kegagalan dan keberhasilan. Untuk memprediksi terjadinya kegagalan diperlukan untuk menganalasis dari faktor-faktor penyebabnya. Apa saja faktor-faktor umum yang sering terjadi pada sebuah bisnis sehingga menimbulkan kegagalan pada bisnis tersebut?


Sumber : bisnismoo.com

Kegagalan dan Keberhasilan

Apa makna kegagalan? Jawaban paling sederhana adalah ketidakberhasilan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gagal adalah tidak berhasil, tidak tercapai maksudnya (KBBI, 2014). Kegagalan berkebalikan dengan keberhasilan. Tidak berhasil berarti pula tidak tercapainya target yang telah ditetapkan. Karena adanya target untuk dapat dipakai sebagai pengukur suatu keberhasilan. Maka dari itu selalu ada kriteria-kriteria sebagai parameter guna menentukan, apakah suatu target telah tercapai atau belum tercapai.

Dari logika ini dapatlah ditarik suatu pengertian, kegagalan adalah tidak tercapainya target yang telah ditetapkan. Itu berarti, ketiadaan target akan meniadakan pula kegagalan. Maksudnya, tidaklah dapat seseorang itu dinyatakan gagal tentang sesuatu bilamana seseorang tersebut tidak memiliki target yang diharapkan (Mono, 2013).

Gagal adalah sebuah kemenangan yang tertunda atau keinginan yang belum tercapai. Biasanya kegagalan disebabkan karena kita tidak mengetahui definisi atau arti dari belajar. Sesungguhnya kegagalan tidak jauh berbeda dengan “belum berhasil“. Kita tidak akan pernah tahu kita berhasil kalau kita tdk pernah gagal. yang terpenting bukanlah berapa sering kita gagal atau jatuh, tapi seberapa seringkah ktia bangkit setiap kita gagal atau jatuh.

Kegagalan adalah hal yang lumrah dalam berusaha. Statistik membuktikan hampir 50% usaha pemula mengalami kegagalan, terutama di lima tahun pertama memutar roda usaha.Namun demikian kegagalan bisa menjadi tonggak awal menuju sukses. Kegagalan adalah awal dari kesuksesan dan apabila seseorang menyerah dari kegagalan berarti dia tidak tahu bahwa kesuksesan sudah sangat dekat dua kalimat ini seharusnya bisa menyadarkan kita untuk tidak pernah menyerah. Dengan kegagalan, kita dapat belajar dari kesalahan dan lebih mapan pengalaman sehingga keberhasilan dapat tercapai.

Keberhasilan usaha adalah suatu keadaan dimana usaha mengalami peningkatan dari hasil yang sebelumnya. Keberhasilan usaha merupakan tujuan utama dari sebuah perusahaan, dimana segala aktivitas yang ada di dalamnya ditujukan untuk mencapai suatu keberhasilan.

Dalam pengertian umum, keberhasilan usaha menunjukkan suatu keadaan yang lebih baik/unggul dari pada masa sebelumnya. Keberhasilan usaha adalah sesuatu keadaan yang menggambarkan lebih daripada lainnya yang sederajat atau sekelasnya.

Menurut Suyanto keberhasilan usaha industri kecil di pengaruhi oleh berbagai faktor. Kinerja usaha perusahaan merupakan salah satu tujuan dari setiap pengusaha. Kinerja usaha industri kecil dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan dalam pencapaian maksud atau tujuan yang diharapkan. Sebagai ukuran keberhasilan usaha suatu perusahaan dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti: kinerja keuangan dan image perusahaan (Chamdan, 2010).

Menurut Sony Heru Priyanto Seseorang yangmemiliki kewirausahaan tinggi dan digabung dengan kemampuan manajerial yang memadai akan menyebabkan dia sukses dalam usahanya (Priyanto, 2009).

Selain itu, keberhasilan usaha dapat dilihat dari target yang dibuat oleh pengusaha. Hal ini seperti yang terungkap oleh Dalimunthe dalam Edi Noersasongko yang menyatakan bahwa kita dapat menganalisis keberhasilan usaha dengan mengetahui kinerja suatu perusahaan yang dapat dirumuskan melalui suatu perbandingan nilai yang dihasilkan perusahaan dengan nilai yang diharapkan dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki.

Kinerja perusahaan adalah output dari berbagai faktor di atas yang oleh karenanya ukuran ini menjadi sangat penting untuk mengetahui tingkat adaptabilitas bisnis dengan lingkungannya. Kinerja usaha perlu dihubungkan dengan target perusahaan yang ditentukan oleh manajer-pemilik usaha. Apapun targetnya, kinerja usaha merupakan tolok ukur untuk menilai seberapa besar tingkat pencapaian suatu target atau tujuan usaha (Noersasongko, 2005).

Menurut Ina Primiana mengemukakan bahwa “Keberhasilan usaha adalah permodalan sudah terpenuhi, penyaluran yang produktif dan tercapainya tujuan organisasi” (Primiana, 2009). Henry Faizal Noor mengemukakan bahwa “Keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis mencapai tujuannya, suatu bisnis dikatakan berhasil bila mendapat laba, karena laba adalah tujuan dari seseorang melakukan bisnis” (Noor, 2007).

Untuk mencapai keberhasilan seseorang/usaha membutuhkan manajemen, atau tatanan tindakan sebagai langkah-langkah strategik agar target yang diharapkan tersebut tercapai. Dengan demikian manajemen bagi seseorang yang memiliki target sasaran menjadi sangat urgen. Itu berarti kemampuan di bidang manajemen tidak dapat lagi dipandang sebagai kebutuhan nomor dua, lebih dari itu ketrampilan ini justru menempati prioritas utama bagi setiap sosok manusia yang ingin berhasil.

Singkatnya, dalam kerangka mencapai suatu keberhasilan, disyaratkan adanya ketrampilan manajemen yang sesuai dengan target sasaran atau gol yang diharapkan. Tidak terpenuhinya persyaratan yang disebut terakhir ini, dapat dipastikan bakal mengakibatkan kegagalan.

Kegagalan yang seringkali diterjemahkan sebagai wujud musibah, ternyata dalam wujudnya tidak sebagai peristiwa tunggal. Disebabkan adanya kegagalan, maka pada diri manusia yang tertimpa kegagalan itu dapat tertimpa pula bentukbentuk kegagalan-kegagalan yang lain sebagai efek domino. Dengan kata lain, dikarenakan adanya kegagalan timbullah masalah-masalah lain yang membutuhkan penyelesaian.

Bilamana situasi yang membutuhkan penyelesaian tersebut ternyata mengalami hambatan-hambatan dalam upayanya mencari solusi, maka muncullah frustasi. Yakni, situasi terhambat pada kejiwaan seseorang dalam upayanya untuk pemuasan kebutuhan personal maupun karena tuntutan lingkungan.

Faktor Penyebab Kegagalan Usaha

Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan perusahaan mengalami kegagalan, diantaranya adalah faktor ekonomi, kesalahan manajemen, dan bencana alam. Perusahaan yang mengalami kegagalan dalam operasinya akan berdampak pada kesulitan keuangan perusahaan (Sudana, 2011). Zimmerer mengemukakan ada beberapa faktor penyebab kegagalan dalam menjalankan usaha, yaitu :

1. Ketidakmampuan Manajemen

Dalam bisnis kecil, kurangnya pengalaman manajemen atau lemahnya kemampuan pengambilan keputusan merupakan masalah utama dari kegagalan usaha. Pemilik usaha kurang memiliki kemampuan kepemimpinan dan pengetahuan yang diperlukan agar bisnis bisa berjalan.

2. Kurang Pengalaman

Manajer bisnis kecil perlu memiliki pengalaman dalam bidang usaha yang akan dimasukinya. Idealnya, calon wirausahawan harus memilki keterampilan teknis yang memadai (pengalaman kerja mengenai konsep pengoperasian fisik bisnis dan kemampuan konsep yang mencukupi), kemampuan mengkoordinasi berbagai kegiatan bisnis, serta keterampilan untuk mengelola orang-orang dalam organisasi serta memotivasi mereka untuk meningkatkan kinerja.

3. Lemahnya Kendali Keuangan

Kunci dari keberhasilan bisnis adalah adanya kendali keuangan yang baik. Sementara itu, perusahaan kecil seringkali melakukan dua kesalahan keuangan, yakni kekurangan modal dan kelemahan dalam kebijakan kredit terhadap pelanggan.

4. Gagal Mengembangkan Perencanaan yang Strategis

Tanpa memiliki suatu strategi yang didefinisikan dengan jelas, sebuah bisnis tidak memiliki dasar yang berkesinambungan untuk menciptakan dan memelihara keunggulan bersaing di pasar.

5. Pertumbuhan Tidak Terkendali

Pertumbuhan merupakan sesuatu yang alamiah, sehat, dan didambakan oleh semua perusahaan. Namun demikian, pertumbuhan haruslah terencana dan terkendali. Hal itu dikarenakan cenderung meningkatnya berbagai masalah dengan berkembangnya perusahaan sehingga manajer harus belajar menangani masalah-masalah tersebut.

6. Lokasi yang Buruk

Pemilihan lokasi yang tepat harus dipilih berdasarkan penelitian, pengamatan, dan perencanaan. Selain itu, perlu juga dipertimbangkan besarnya biaya sewa yang harus dibayar. Beberapa pemilik bisnis seringkali memilih lokasi hanya dikarenakan adanya tempat yang kosong.

7. Pengendalian Persediaan yang Kurang Baik

Pada umunya, investasi terbesar yang harus dilakukan oleh manajer bisnis kecil adalah salah satu tanggung jawab menajerial yang penting. Tingkat persediaan yang tidak mencukupi akan mengakibatkan kekurangan dan kehabisan stok sehingga pelanggan merasa kecewa dan pergi.

8. Ketidakmampuan Membuat Transisi Usaha

Setelah berdiri dan berkembang, biasanya diperlukan adanya perubahan gaya manajemen yang secara drastis berbeda (Zimmerer, 2009).

success-in-business
Sumber : incomediary.com

Faktor lain yang menjadi penyebab kegagalan usaha adalah :

  1. Tidak Memiliki Visi. Usaha yang dijalankan tanpa tujuan merupakan penyebab terbesar kegagalan. Oleh karenanya, menentukan suatu tujuan, baik untuk jangka panjang, menengah, atau pendek, adalah hal yang sangat penting dilakukan. Terlebih jika dalam menjalankan usaha, kita bekerjasama dengan satu atau beberapa rekan usaha. Menyamakan visi diawal usaha adalah suatu keharusan.

  2. Lemahnya Perencanaan. Yang penting jalan dulu deh! Tapi, mau lewat mana? Pake apa? Perlu uang berapa? Disinilah pentingnya peran perencanaan. Perencanaan tidak harus rumit, tidak perlu seperti rencana perusahaan besar. Yang terpenting, bisa dijadikan pedoman untuk mencapai target. Ingat, jika gagal membuat rencana, sebenarnya kita sedang merencanakan sebuah kegagalan.

  3. Terlalu Percaya Diri. Tidak semua ide besar akan booming di pasar. Sebelum ditawarkan ke konsumen, akan lebih ‘aman’ jika ide itu diuji dulu kelayakannya melalui sebuah riset atau cukup melakukan jajak pendapat sederhana kepada teman, keluarga, atau tetangga. Biarkan mereka menjawab dengan jujur dan menilai ide yang kita miliki.

  4. Miskin Komitmen. Ide yang bernilai milyaran akan menjadi sia-sia jika tidak diimbangi dengan komitmen yang kuat. Banyak wirausaha yang sudah memulai usaha namun tidak memiliki waktu untuk mengelola perusahaan. Imbasnya, usaha mengalami stagnan, sulit berkembang dan akhirnya gagal. Hati-hati juga dengan keberhasilan. Seringkali keberhasilan membuat kita hanyut dalam euforia hingga melupakan komitmen.

  5. Keterbatasan Dana. Salah satu penyebab kegagalan ditahun-tahun awal usaha adalah minimnya dana operasional. Seorang pemilik perusahaan, walaupun kecil, harusnya bisa menghitung berapa banyak dana yang dibutuhkan untuk memutar roda usaha selama belum menghasilkan. Siasati kondisi ini dengan struktur manajemen yang ramping, mengurangi pemborosan, meningkatkan efisiensi finansial yang berorientasi mendorong keuntungan.

  6. Minimnya Kemampuan Manajerial. Banyak cerita kegagalan yang berakar dari minimnya pengalaman dan keterampilan manajerial seperti tidak mampu membuat perencanaan, salah mengelola keuangan, kurang jeli melihat pergerakan pasar, atau gagal memotivasi karyawan. Untuk mengejar ketinggalan ini, tak ada salahnya mengais ilmu dari berbagai seminar dan pelatihan manajemen. Bertukar pikiran dengan teman yang lebih dulu terjun ke dunia usaha juga dapat dilakukan untuk mendongkrak kemampuan majerial (Ciputra, 2013).

Menurut Ipan Pranashakti, ada 7 hal penyebab kegagalan usaha/ bisnis secara umum, yaitu :

  1. Kurangnya Pemahaman Usaha dan Tempat Usaha. Memahami secara kontekstual dan strategi bukan saja bagaimana produk itu mempunyai nilai tambah dan dibuat. Namun perlunya pemahaman akan kebutuhan masyarakat akan produk tersebut, baik secara frekuensi, kuantitas, bentuk/jenis dan kualitasnya. Pemahaman usaha juga berkaitan terhadap sarana dan prasarana misal lokasi usaha, info usaha, kondisi kelengkapan usaha.

Misal saya ambil contoh, seorang ibu yang pandai sekali memasak belum tentu berhasil dalam usaha rumah makan karena bisnis tidak saja tentang pemahaman proses produksi saja. Misal lagi, tempat usaha yang disewa ratusan juta belum tentu akan membawa keberhasilan usaha, jika tidak mempunyai kedekatan pasar dan kemudahan akses (akses berbasis jangkauan fisik dan teknologi). Kedekatan lokasi dengan sumber bahan baku/sumber produksi juga menjadi bagian penting karena dapat mengefisiensikan biaya transportasi dan produksi.

  1. Kurangnya Pengalaman dan Strategi Pemasaran. Kewirausahaan dalam kontek usaha masyarakat, tetap perlu ada pengalaman usaha. Kalo sekiranya pemodal dan pemilik belum pengalaman maka belilah orang untuk dijadikan staf atau partner usaha, baik secara aktif maupun konsultan. Pengalaman berhubungan dengan bagaimana menjual, kepada siapa menjual, mengikat pelanggan, menangkap reaksi pelanggan dan lain-lain.

Secara umum masyarakat sebagai pelaku usaha, mampu dan giat dalam produksi, baik dalam usaha kerajinan, makanan, layanan jasa dan lain-lain namun tidak mempunyai kekuatan dan metode dan konsep pemasaran yang sistematis, ketika hari ini cukup laku maka tidak memperhitungkan kemungkinan bulan yang akan datang bahkan tahun-tahun mendatang. Rata-rata tidak mempunyai rencana pemasaran, bahkan rencana usaha atau bisnis plan, sehingga rencana peningkatan usaha juga tidak bisa dijadwalkan dan dipacu untuk dicapai.
3. Kurangnya Pemahaman Dalam Pengadaan dan Pemeliharaan Bahan Baku dan Sarana. Pengadaaan bahan baku tidak serta merta seperti logika membeli bahan baku cabe, daging dalam rumah makan atau logika semen, besi dalam usaha bangunan, tetapi lebih kepada bagaimana bahan baku diperlakukan. Banyak pebisnis yang baru membuka usaha membeli bahan baku sebanyak mungkin namun tidak dengan pemahaman bagaimana bahan baku dipelihara, serta pemahaman frekuensi penggunaan bahan baku harian, mingguan dan permintaan masyarakat.

Contoh lain lagi, pemahaman sarana, banyak pengusaha dalam bidang digital printing membeli alat jutaan bahkan ratusan juga impor, namun tidak paham bagaimana memelihara dan antisipasi hariannya secara rutin dan strategis, sehingga keseringan rusak menimbulkan ketergantungan teknisi dari luar kota dan luar negeri, membuat usaha macet ketika alat rusak. Sehingga banyak order yang di batalkan dan pelanggan pun lari. Padahal ada beberapa penyedia sarana digital printing yang memberikan layanan garansi secara pasti sampai ke mendatangkan teknisinya dari China sana walaupun harga lebih mahal, ini semua hasil studi kasus di pebisnis digital printing di Yogya.

  1. Kurangnya Kehandalan Pengelolaan Administrasi dan Keuangan. Kebijakan dalam menentukan keputusan strategi berwirausaha hendaknya tidak mengandalkan dari insting dan naluri saja. Namun histori dalam catatan administrasi perlu di jadikan modal dalam menentukan keputusan. Kebijakan/Keputusan berbasisis data.

Begitu juga dalam hal keuangan, banyak kasus usaha yang dirintis tidak mempunyai kekuatan data keuangan yang baik, sehingga pemilik tidak paham akan pendapatan rutin bulanan, tidak bisa mengkorelasi antara pendapatan, penjualan dan penggunaan bahan baku. Sehingga kemungkinan penyalahgunaan di tingkat bawah bisa dijalankan tanpa diketahui.

  1. Kurangnya Kehandalan Pengelolaan Modal dan Kendali Kredit. Wirausahawan yang baik memahami modal tidak saja uang. Sehingga kredit yang membabi buta ke bank-bank bukan salah satu solusi tunggal, apalagi mengambil kredit maksimal dari plafon jaminannya, yang tidak diperhitungkan dari kebutuhan operasional. Pengusaha mikro banyak menjadi kan kredit sebagai expansi produksi dan pra investasi. Tidak akurasi dalam memperhitungkan kebutuhan suntikan modal dengan kemampuan bayar bulanan dan skala likuditas nya. Likuiditasnya misal apakah pelanggan anda selalu membayar tunai atau menunda-nunda pembayaran.

Dengan kata lain, ketika anda mengajukan kredit ke bank, tentu andapun juga harus hati-hati dalam memberikan kredit atau pending payment kepada pelanggan anda, pilah-pilah mana yang tertib dan tidak, lalu tentukan sikap skala prioritasnya. Pemodalan yang semu dan tidak terpisah dengan kepentingan/ kebutuhan pribadi juga menjadi awal kegagalan usaha, penarikan dana dari perusahaan/ toko terlalu sering dan cepat namun tidak memperhitungkan dengan arus pembayaran dan pendapatan perusahaan/ toko/ usaha.

  1. Kurangnya Kehandalan SDM yang Berwawasan Wirausaha. Wirausahawan yang sejati tidak serta merta menjadikan seluruh keluarganya adalan staf dari perusahaan/toko/usahanya. Kenapa? Karena hubungan yang terlalu cair dalam keluarga dapat menghilangkan kinerja fungsi stuktural yang seharusnya. Misal harusnya pimpinan berhak menegur proses pengelolaan pengadaaan barang yang sesuai standar, namun karena staf yang bertanggungjawab adalah adik ipar, maka segan untuk menegur, dan beranggapan bahwa nanti tentu akan berubah.

SDM yang berwawasan wirausaha maka akan membentuk jiwa yang kokoh, karena beranggapan bahwa selain dia staf namun juga sosok yang yakin bahwa dengan sukses di bidangnya maka dia telah berhasil sebagai wirausahawan layaknya pemilik usaha, walau hanya dalam area kerjanya, seakan-akan bekerja sukses juga kepuasan pribadi dan teamwork. Sehingga staf mempunyai daya tahan terhadap masalah yang timbul, karena beranggapan bahwa masalah adalah bagian dari proses berwirausaha.

Caranya, jangan jadikan staf anda seorang robot yang harus turut pada perintah namun juga diberikan tantangan untuk analisa perbaikan, dan ada reward periodik, inilah hal yang tidak dilakukan penguasa secara umum, dan salah satu kegagalan dalam skop SDM. Memasukkan nilai kewirausahaan menyatu dalam motivasi kerja bawahan bukan hal yang mudah, tetapi jika anda memberikan tantangan dan standar pencapaian per unit, maka itu salah satu bentuk pendidikannya, tinggal metode harmonisasinya antara divisi.

Kekurangan dalam menentukan kualifikasi staf dalam rekrutmen merupakan sebagian penyebab kegagalan dalam usaha peningkatan keberlangsungan usaha. Sehingga perencaaan usaha yang baik selalu menyiapkan kriteria SDM masing-masing divisi baru melakukan rekrutmen. Jangan terbalik.

  1. Kekurangan Pemahaman Perubahan Teknologi. Pemahaman teknolgi bagi SDM tidak serta merta harus berkaitan dengan komputer dan internet, namun juga berdasar kemudahan dari dampak teknologi yang ada, misal mengulek sambel dari cobek beralih dengan blender, dari penghangat nasi dengan kompor beralih ke magic jar. Sekarang kalo dalam bidang cetak mencetak, yang dahulunya dengan mesin cetak warna yang mahal sekarang cukup dengan yang portable dan print namun tetap dengan kualitas handal.

Kegagalan usaha pemahaman teknologi ini tidak semata karena pemahaman pembelian namun juga pemeliharaan, misal banyak data keuangan, data nasabah yang hilang karena virus, atau ketidakmampuan staf dalam melindungi data file konsumen sehingga ada pesaing yang bisa mengambil melalui salah satu stafnya yang hendak kena PHK atau pindah, sehingga data-data dengan mudah digunakan oleh pesaing. Teknologi juga berkaitan dengan prediksi kehandalan perangkat yang digunakan saat ini agar tetap survive dalam 5 s.d 15 tahun mendatang. serta hendaknya SDM harus mau belajar setiap saat untuk mengikuti perkembangan teknologi.

Teknologi juga berakitan dengan keberhasilan pemasaran baik dalam mendesain grafis, pubklikasi profil dalam cd, membuat website atau blog gratis. Jangan berpikir bahwa usaha kecil pun tidak perlu website, karena beberapa waktu lalu saya mendesain sistem sebuah web untuk promosi kecil usaha jahit baju, saat ini order dari beberapa kota hasil promosi di website sudah mulai berdatangan (Pranashakti, 2014).

Oleh : Muklishotul Jannah

REFERENSI

Akhlis, Faktor Penyebab Kegagalan Bisnis, www.ciputraentrepreneurship.com.

Benedicta Prihatin Dwi, Riyanti, Kewirausahaan Dari Sudut Pandang. Psikologi Kepribadian, Jakarta : Grasindo, 2003.

Edi Noersasongko, Analisis Pengaruh Karakteristik Individu, Kewirausahaan dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kemampuan Usaha Serta Keberhasilan Usaha Pada Usaha Kecil Batik di Jawa Tengah, Skripsi, Malang : Program Pascasarjana Universitas Merdeka Malang, 2005.

Henry Faizal, Noor, Ekonomi manajerial, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Jannah, Mukhlishotul. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegagalan Usaha. Jurnal Islamiconomic. 6(1)

Mono, Henny, Kegagalan dan Keberhasilan Manusia, http://sosbud.kompasiana.com.

Nitisusastro, Mulyadi, Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, Bandung : Alfabeta, 2012.

Pranashakti, Ipan, 7 Penyebab Kegagalan Usaha Bisnis Secara Rata-Rata, http://ipan.web.id.

Primiana, Ina, Menggerakkan Sektor Riil UKM & Industri, Bandung :Alfabeta, 2009.

Sony Heru, Priyanto, Mengembangkan Pendidikan Kewirausahaan di Masyarakat. Jurnal PNFI, 1(1), 2009.

Sudana, I Made, Manajemen Keuangan Perusahaan: Teori dan Praktik, Jakarta : Erlangga, 2011.

Suryana, Kewirausahaan, Pedoman Praktis : Kiat dan Proses Menuju Sukses, Edisi 3, Jakarta : Salemba empat : 2011.

Suyatno Purnama, Chamdan. Motivasi dan Kemampuan Usaha Dalam meningkatkan Keberhasilan Usaha Industri Kecil (Studi Pada Industri Kecil Sepatu di Jawa Timur). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 2010.

Zimmerer, Thomas W, dan Scarborough, Norman M., Essential of Entrepreneurship and Small Bisiness Management : Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, Edisi 5, Penerjemah : Deny Arnos Kwary, (Jakarta : Salemba Empat : 2009) ………, gagal, http://kbbi.web.id.

17 faktor penyebab kegagalan dalam berbisnis

Kegagalan dalam bisnis dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang kompleks dan beragam. Berikut adalah beberapa faktor penyebab kegagalan dalam berbisnis:

  1. Kurangnya Rencana Bisnis yang Jelas: Banyak pengusaha gagal karena kurangnya perencanaan yang matang. Rencana bisnis yang baik mencakup analisis pasar, strategi pemasaran, proyeksi keuangan, dan risiko potensial.
  2. Manajemen Keuangan yang Buruk: Pengelolaan keuangan yang tidak efektif bisa menjadi penyebab utama kegagalan bisnis. Kesalahan dalam pengelolaan kas, pembiayaan yang tidak tepat, dan kurangnya kontrol biaya dapat menyebabkan masalah keuangan yang serius.
  3. Kurangnya Pengetahuan Industri: Tidak memahami industri tempat bisnis beroperasi dapat menyebabkan keputusan yang salah. Pengetahuan yang mendalam tentang tren industri, pesaing, dan peluang pasar sangat penting untuk kesuksesan jangka panjang.
  4. Ketidakmampuan Beradaptasi dengan Perubahan: Lingkungan bisnis selalu berubah. Pengusaha yang gagal beradaptasi dengan perubahan tren, teknologi, atau peraturan dapat tertinggal dan mengalami kesulitan.
  5. Kurangnya Inovasi: Bisnis yang tidak berinovasi cenderung ketinggalan zaman. Perubahan cepat dalam teknologi dan kebutuhan konsumen membutuhkan inovasi yang berkelanjutan agar bisnis dapat bersaing.
  6. Ketidakmampuan Mengelola Risiko: Setiap bisnis menghadapi risiko, tetapi kegagalan seringkali terjadi ketika risiko tidak dikelola dengan baik. Tidak memiliki strategi mitigasi risiko dapat menyebabkan dampak serius pada operasi bisnis.
  7. Ketidakmampuan Mengenali Peluang: Seringkali, kesempatan bisnis muncul di tengah tantangan. Pengusaha yang tidak dapat mengenali dan memanfaatkan peluang ini dapat kehilangan momentum dan menghadapi kegagalan.
  8. Konflik Internal: Perselisihan antar pemegang saham, manajemen yang tidak efektif, atau budaya perusahaan yang tidak sehat dapat menghancurkan keberhasilan bisnis.
  9. Kurangnya Fokus pada Pelanggan: Kegagalan untuk memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan dapat mengakibatkan penurunan penjualan dan reputasi yang buruk.
  10. Ketidakmampuan Berkomunikasi dengan Efektif: Komunikasi yang buruk di dalam organisasi dapat menghambat produktivitas dan inovasi. Selain itu, komunikasi yang tidak efektif dengan pelanggan dan mitra bisnis juga dapat merugikan.
  11. Peraturan dan Kepatuhan Hukum: Melanggar peraturan dan hukum dapat berakibat serius pada bisnis. Kegagalan untuk mematuhi aturan perpajakan, lingkungan, atau ketentuan hukum lainnya dapat menyebabkan sanksi dan penurunan reputasi.
  12. Ketidakmampuan Membangun Tim yang Kuat: Bisnis yang sukses memerlukan tim yang solid dan berkompeten. Kegagalan dalam membangun tim yang efektif dapat menghambat kemajuan bisnis.
  13. Kurangnya Daya Tahan Finansial: Bisnis yang tidak memiliki cadangan keuangan yang cukup dapat kesulitan mengatasi tantangan atau kejutan yang muncul.
  14. Ketidakmampuan Beradaptasi dengan Perubahan Teknologi: Perubahan teknologi yang cepat dapat membuat bisnis tertinggal. Kegagalan untuk mengadopsi teknologi baru atau meningkatkan sistem dapat merugikan daya saing.
  15. Persaingan yang Intensif: Dalam beberapa industri, persaingan yang sengit dapat membuat sulit bagi bisnis untuk bertahan, terutama jika strategi pemasaran dan operasional tidak memadai.
  16. Ketidakmampuan Mengelola Pertumbuhan yang Cepat: Keberhasilan yang cepat dapat menjadi bumerang jika bisnis tidak dapat mengelola pertumbuhan dengan baik. Kekurangan sumber daya atau infrastruktur yang tidak memadai dapat menyebabkan kegagalan.
  17. Ketidakmampuan Mengatasi Krisis: Krisis seperti bencana alam, pandemi, atau perubahan ekonomi dapat menghancurkan bisnis yang tidak memiliki rencana darurat atau ketahanan yang memadai.

Dalam menghadapi berbagai faktor penyebab kegagalan tersebut, pengusaha yang sukses seringkali belajar dari pengalaman, bersedia beradaptasi, dan terus berinovasi untuk menjaga keberlanjutan bisnis mereka.