Apa Saja Faktor Pemicu dari Timbulnya Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)?

ptsd

PTSD (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascat rauma adalah kondisi kejiwaan yang dipicu oleh kejadian tragis yang pernah dialami atau disaksikan. Contoh peristiwa traumatis yang dapat memicu kondisi ini adalah kecelakaan lalu lintas, bencana alam, tindak kejahatan seperti pemerkosaan atau perampokan, atau pengalaman di medan perang.

Timbulnya PTSD diduga dapat dipicu oleh salah satu atau beberapa faktor di bawah ini, di antaranya:

  • Pernah mengalami peristiwa trauma lain, misalnya penyiksaan saat masa kecil.
  • Mengidap gangguan mental lain.
  • Mengalami trauma jangka panjang.
  • Memiliki anggota keluarga yang mengidap PTSD atau gangguan mental lain.
  • Memiliki profesi yang berpotensi menyebabkan seseorang untuk mengalami kejadian traumatis, misalnya tentara.
  • Kurang dukungan dari keluarga dan teman.

Penyebab Terjadinya PTSD


1. Biologis

Ditinjau dari aspek biologis, PTSD terjadi karena ada proses yang terjadi di otak. Individu yang mengalami PTSD akan merasakan berbagai perubahan pada fisiknya. System saraf pusat dan sistem saraf otonom akan terpengaruh oleh kondisi ini.

Selain itu juga terjadi penurunan ukuran dari hipokampus dan amigdala yang over reaktif. Komponen yang paling penting adalah memori, karena kejadian traumatis akan berulang terus menerus melalui memori. Hipokampus dan amigdala adalah kunci dari memori manusia (Schiraldi, 2009).

Diyakini bahwa amigdala adalah fear center dari otak. Sehingga bisa kita pahami bahwa penderita PTSD akan mengalami amigdala yang over reaktif. Amigdala membantu otak dalam membuat hubungan antara situasi yang menimbulkan ketakutan di masa lalu dan karena kondisi ini berpasangan dengan situasi saat ini yang bisa saja netral.

Individu akan mempertahankan kondisi waspada yang konstan pada saat situasi yang tidak tepat, karena pada saat itu otak memerintahkan individu bahwa situasi ―aman‖ sedang menghadapi ancaman (Yulle, 1999).

Hipokampus juga memainkan peranan yang penting pada fungsi belajar dan memori. Beberapa ahli menyebutkan bahwa hipokampus adalah bagian yang menciptakan harapan-harapan terhadap situasi yang akan memberikan reward atau situasi yang akan menimbulkan punishment berdasarkan pada memori dan pengalaman belajar dari masa lalu. Pada penderita PTSD dengan kerusakan hipokampus, ditemukan bahwa otak akan mengalami kesulitan untuk belajar harapan-harapan baru untuk berbagai situasi yang terjadi setelah kejadian traumatis (PTSD Support Service , 2009; Yulle, 1999).

Pada penderita PTSD juga mengalami derajat hormon stress yang tidak normal. Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan PTSD memiliki hormon kortisol yang rendah jika dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami PTSD dan hormon epinefrin dan norepinefrin dalam jumlah yang lebih dari rata-rata. Ketiga hormon tersebut berperan penting dalam menciptakan respon terhadap situasi stress. Ini berarti bahwa individu dengan PTSD akan selalu berada dalam kondisi flight or fight. Individu dengan PTSD juga memiliki kadar natural opiate yang tinggi. Kondisi ini akan membuat individu untuk mengalami kembali trauma dalam hal untuk mencapai respon dari opiate (PTSD Support Service , 2009)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya amigdala dan berbagai struktur lainnya seperti hipotalamus, bagian abu-abu otak dan nucleus, mengaktifkan neurotransmitter dan endokrin untuk menghasilkan hormon-hormon yang berperan dari berbagai gejala PTSD. Bagian otak depan (frontal) sebenarnya berfungsi untuk menghambat aktivasi rangkaian ini, walaupun begitu pada penelitian terhadap orang-orang yang mengalami PTSD, bagian ini mengalami kesulitan untuk menghambat aktivasi system amigdala (Mayo Clinic , 2009).

Penyebab lain dari segi biologi seseorang akan menderita PTSD adalah adanya riwayat keluarga yang menderita gangguan jiwa seperti depresi dan kecemasan menurut PAHO (2009). Adanya faktor genetik juga berpengaruh dalam kemungkinan seseorang menderita PTSD atau tidak. Walaupun begitu, faktor genetik tidak merupakan penyebab utama terjadinya masalah PTSD.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dari aspek biologis PTSD terjadi karena adanya gangguan pada fungsi otak, terutama amigdala dan bagian-bagian lainnya, gangguan regulasi mekanisme kecemasan dan terakhir adanya faktor genetik.

2. Psikososial

Pengalaman hidup yang dialami oleh seseorang sepanjang hidupnya juga merupakan salah satu penyebab terjadinya PTSD. Pengalaman hidup ini mencakup pengalaman yang dialami dari masa kecil sampai dengan dewasa. Selain pengalaman hidup yang dialami, jumlah dan tingkat keparahan peristiwa traumatik yang dialami oleh individu tersebut juga memberikan pengaruh ( Mayo Clinic , 2009). Smith dan Segal (2005 dalam Adesla, 2009) menyebutkan peristiwa traumatik yang dapat mengarah kepada munculnya PTSD termasuk : perang (war) , pemerkosaan (rape), bencana alam (natural disasters), kecelakaan mobil / pesawat (a car or plane crash), penculikan (kidnapping) , penyerangan fisik (violent assault) , penyiksaan seksual / fisik (sexual or physical abuse), prosedur medikal - terutama pada anak-anak (medical procedures - especially in kids) .

Faktor psikologis lain yang ikut berkontribusi adalah faktor yang dibawa oleh individu dari lahir, yaitu sifat bawaan atau yang sering disebut dengan kepribadian seseorang juga merupakan penyebab terjadinya PTSD ( Mayo Clinic , 2009).

Pengalaman pada masa lalu bisa menyebabkan seseorang menderita PTSD. Pengalaman masa lalu terkait pengalaman pada masa anak-anak, seperti menjadi korban kekerasan seksual, perpisahan dengan orang tua pada usia dini, perceraian, bahkan kemiskinan (Connor & Butterfield, 2003). Kurangnnya support sosial juga salah satu faktor yang bisa menimbulkan PTSD, disfungsi keluarga merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya PTSD (PAHO, 2009).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek psikososial yang menyebabkan terjadinya PTSD adalah pengalaman hidup yang terkait dengan trauma, sifat bawaan atau kepribadian individu tersebut, dan kurangnya support sosial. Faktor-faktor tersebut merupakan penyebab timbulnya PTSD jika dilihat dari faktor psikososial dari individu yang mengalami trauma.

Faktor yang terkait dengan traumatis, berasal dari penyebab terjadinya kejadian taumatis. Misalnya, penelitian telah menunjukkan bahwa sebanyak 100% dari anak-anak yang menyaksikan pembunuhan orang tua atau kekerasan seksual mengembangkan PTSD. Demikian pula, 90% anak-anak mengalami pelecehan seksual hampir selalu mengalami PTSD, 77% dari anak-anak terkena penembakan sekolah, dan 35% dari remaja perkotaan mengalami kekerasan masyarakat mengembangkan PTSD (J. Hamblen, 2007).

PTSD diakibatkan dari beberapa faktor baik faktor dari dalam diri korban, maupun faktor lingkungan. Kepribadian juga dianggap sebagai faktor pencetus terjadinya PTSD, seperti pesimisme dan introvet, menyalahkan diri sendiri, penyangkalan (Schiraldi, 2000).

Seperti halnya juga Brewin, Andrews, Valentine (2000) menurutnya banyak faktor yang berperan dalam apakah seseorang akan mendapatkan PTSD, faktor resiko yang membuat seseorang lebih mungkin menjadi PTSD, yakni :

  • Selama hidup pernah mengalami peristiwa berbahaya yang membuat trauma
  • Memiliki sejarah penyakit mental
  • Melihat orang terluka atau terbunuh
  • Merasa horor, ketidakberdayaan, atau ketakutan ekstrim
  • Minimnya dukungan sosial
  • Mengalami kejadian menyedihkan setelah kejadian, seperti kehilangan orang yang dicintai, atau kehilangan pekerjaan atau rumah.

Dari beberapa faktor resiko di atas dapat dibagi menjadi 2 yakni faktor resiko dari dalam diri (individu) dan faktor dari luar (lingkungan).

Menurur Charney DS (2004) selain faktor resiko yang bisa memicu terjadinya PTSD, adapula faktor proteksi yang justru dapat mencegah PTSD meliputi :

  • Dukungan lingkungan, baik teman-teman dan keluarga
  • Menemukan kelompok pendukung setelah peristiwa traumatis
  • Tidak menyalahkan diri sendiri, dan merasa mampu melewati masa-masa sulit
  • Memiliki strategi coping
  • Mampu bertindak dan merespons secara efektif meskipun merasa ketakutan.

Hingga saat ini, penyebab pasti PTSD belum diketahui secara pasti. Kendati demikian, terdapat dugaan tentang beberapa kondisi yang dapat menyebabkan gangguan stres pascatrauma ini, yaitu:

  • Tingkat hormon stres yang tidak normal. Dalam keadaan bahaya, tubuh mengeluarkan hormon stres adrenalin untuk memicu reaksi dari dalam tubuh. Reaksi tersebut berupa melawan atau menghindar guna mengatasi bahaya atau rasa sakit. Dalam kondisi PTSD, kadar hormon stres yang dikeluarkan sangat tinggi meski kondisi sebenarnya tidak membahayakan. Hal tersebut terjadi karena terpicu emosi yang dibangkitkan dari pengalaman traumatis.

  • Mekanisme perlindungan diri. Dalam kondisi PTSD, ingatan traumatis membuat kita bereaksi terlalu cepat sebagai upaya perlndungan diri. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya bahaya kembali di lain waktu.

  • Anatomi otak yang tidak normal. Saat mengalami PTSD, bagian otak yang bertanggung jawab terhadap ingatan dan emosi (hipokampus) terlihat berukuran lebih kecil dibanding bagian otak lain. Perbedaan ini diduga berkaitan dengan meningkatnya kegelisahan dan ketakutan. Fungsi hipokampus yang tidak dapat berjalan semestinya membuat tingkat kegelisahaan atau ketakutan tidak berkurang seiring waktu.