Apa saja faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Derivatif Valuta Asing sebagai Alat Hedging bagi Bank di Indonesia?

faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Derivatif Valuta Asing sebagai Alat Hedging bagi Bank

Apa saja faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Derivatif Valuta Asing sebagai Alat Hedging bagi Bank di Indonesia ?

1. Hutang Valuta Asing

Aset merupakan sumber daya yang dimiliki bank untuk melaksanakan kegiatan usahanya. Namun, ketika kegiatan pengembangan usaha yang dilakukan bank besar dan sumber daya yang dimiliki tidak cukup untuk membiayai usaha yang berkembang, maka bank dapat mencari sumber daya yang berasal dari pihak lain. Salah satu cara untuk menambah sumber daya yang dimiliki adalah dengan mengajukan hutang alatu liabilitas.

Berkembanganya kegiatan perekonomian dan perbankan membuat bank tidak hanya dapat mengakses hutang dalam satu jenis mata uang, tetapi juga dalam bentuk mata uang asing. Hutang dalam bentuk valuta asing rentan terhadap risiko nilai tukar karena fluktuasi nilai tukar sewaktu-waktu dapat menambah jumlah hutang yang dimiliki ketika nilai hutang ditranslasikan ke mata uang domestik. Semakin besar jumlah hutang dalam valuta asing yang dimiliki, maka semakin besar pula risiko nilai tukar yang akan ditanggung. Oleh karena itu semakin besar pula penggunaan derivatif sebagai alat untuk lindung nilai pada bank.

2. Bank Size

Firm size atau ukuran dari suatu perusahaan sering digunakan sebagai salah satu variabel independen dalam berbagai penelitian keuangan dan dikaitkan sebagai salah satu faktor penentu aktivitas keuangan suatu perusahaan. Berbicara mengenai ukuran maka perusahaan akan terbagi menjadi perusahaan berskala kecil dan perusahaan berskala besar.

Dalam dunia perbankan, besar kecilnya bank tersebut ditentukan oleh jumlah asset yang dimiliki, sehingga beberapa penelitian yang menggunakan firm size sebagai salah satu faktor independennya akan menggunakan total aset sebagai proxy [Allayanis dan Ofek (1998), Nance, et. al. (1993), Kamau, et. al. (2014)] Sedangkan Geczy, et. al. (1997) menggunakan firm size sebagai salah satu proxy dari skala ekonomi untuk melihat bagaimana skala ekonomi perusahaan mempengaruhi proses pengambilan keputusan dari manajemen dalam menggunakan derivatif.

3. Cost of Financial Distress

Krisis keuangan dan kebangkrutan yang dialami oleh perusahaan akan sangat membebani kegiatan operasional karena biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan pun menjadi tidak sedikit (Jostarndt, 2007). Perusahaan dapat mengurangi probabilitas terjadinya bankrupcy cost dengan menggunakan hedging . Penelitian yang dilakukan oleh Smith dan Stulz (1985) telah membuktikan bahwa perusahaan dapat melakukan hedging untuk mengurangi expected cost of financial distress .

Ketika perusahaan membutuhkan banya biaya akibat financial distress dan perusahaan memiliki kesempatan untuk mengajukan hutang dalam sturktur modalnya, hedging dapat diartikan sebagai meningkatnya kemampuan perusahaan dalam mengajukan hutang. Dalam jumlah hutang tertentu, hedging dapat mengurangi probabilitas suatu bank akan mengalami situasi tidak mampu membayar hutang yang dimiliki. Sehingga jika financial distress akan memakan banyak biaya dan dirasa adanya keuntungan memiliki hutang dalam struktur modal, hedging dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas hutang (Froot, et al., 1993, p. 1632).

4. Net Open Position

Untuk memenuhi kebutuhan nasabah akan transaksi valuta asing, bank tidak hanya menjalankan jasanya dengan menggunakan mata uang lokal. Deposito hingga pinjaman kemudian diberikan dalam bentuk valuta asing. Dengan bertransaksi menggunakan valuta asing, bank mengalami risiko akibat terjadinya perubahan mata uang asing saat kontrak transaksi sendang berlangsung. Salah satu cara untuk mengatasi risiko nilai tukar tersebut adalah dengan menjaga Net Open Position (Comptroller’s Handbook, 1990). Posisi Devisa Neto (PDN) atau Net Open Position (NOP) merupakan selisih bersih antara aktiva dan pasiva dalam neraca untuk setiap valuta asing, ditambah dengan selisih bersih tagihan dan kewajiban, baik yang merupakan komitmen maupun kontijensi dalam rekening administratif (Loen dan Ericson, 2007). Menurut U.S. Department of Treasury Comptroller’s Handbook (1990) net open position merupakan posisi neto suatu bank dalam mata uang asing ketika aset, termasuk kontrak spot dan future untuk dibeli, serta liabilitas, termasuk kontrak spot dan future untuk dijual, berada posisi yang tidak sama berdasarkan suatu mata uang tertentu. Berdsarkan peraturan yang berlaku Bank harus menjaga rasio PDN setinggi-tingginya 20%.

Dalam catatan laporan keuangan, terdapat dua jenis rasio PDN, yaitu PDN neraca dan PDN keseluruhan. PDN neraca merupakan penjumlahan dari selisih bersih aset dan kewajiban dalam neraca untuk tiap mata uang asing. Sedangkan PDN keseluruhan merupakan penjumlahan dari nilai absolut untuk jumlah dari selisih bersih aset dan kewajiban dalam neraca serta selisih bersih aset dan kewajiban komitmen dan kontijensi di rekening administratif untuk tiap mata uang asing.