Apa saja Faktor-Faktor yang Memengaruhi Komunikasi Keluarga?

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Komunikasi Keluarga

Komunikasi dalam keluarga dapat terbentuk bila hubungan timbal balik selalu terjalin antara ayah, ibu dan anak (Gunarsa, 2006)

Apa saja Faktor-Faktor yang Memengaruhi Komunikasi Keluarga ?

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Komunikasi Keluarga


Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah-maslah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaam (Friendly, 2002).

Komunikasi dalam keluarga adalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi, kehidupan keluarga terasa hampa tanpa kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran akan hilang. Akibatnya kerawanan hubungan antara anggota keluarga sukar dihindari, oleh karena itu komunikasi antara suami dan istri, komunikasi antara orang tua dengan anak perlu dibangun secara harmonis dalam rangaka membangun hubungan yang baik dalam keluarga (Djamarah, 2014).

Dalam keluarga, ketika dua orang berkomunikasi, sebetulnya mereka berada dalam perbedaan untuk mencapai kesamaan pengertian dengan cara mengungkapkan dunia sendiri yang khas, mengungkapkan dirinya yang tidak sama dengan siapapun. Sekalipun yang berkomunikasi adalah antara suami dan istri antar ayah dan anak dan antara ibu dan anak, dan diantara anak dan anak hanya sebagian kecil mereka itu sama-sama tahu, dan sama pandangan (Djamarah, 2014). Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga, seperti yang akan diuraikan berikut ini (Djamarah, 2014) :

  1. Citra Diri dan Citra Orang Lain
    Citra diri atau merasa diri, maksudnya sama saja. Ketika orang berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain, dua mempunyai citra diri dia merasa dirinya sebagai apa dan bagaimana. Setiap orang mempunyai gambaran-gambaran tertentu mengenai dirinya statusnya, kelebihan dan kekurangannya. Gambaran itulah yang menentukan apa dan bagaimana ia bicara, menjadi menjaring bagi apa yang dilihatnya, didengarnya, bagaimana penilaiannya terhadap segala yang berlangsung di sekitarnya. Dengan kata lain, citra diri menentukan ekspresi dan persepsi orang. Tidak hanya citra diri, citra orang lain juga mempegaruhi cara dan kemampuan orang berkomunikasi. Orang lain mempunyai gambaran tentang khas bagi dirinya. Jika seorang ayah mencitrakan anaknya sebagai manusia yang lemah, ingusan, tak tahu apa-apa, harus diatur, maka ia berbicara secara otoriter. Akhirnya, citra diri dan citra orang lain harus saling berkaitan, saling lengkap melengkapi perpaduan kedua citra itu menentukan gaya dan cara komunikasi.

  2. Suasana Psikologis
    Suasana psikologis di akui mempengaruhi komunikasi. Komunikasi sulit berlangsung bila seseorang dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa iri hati, diliputi prasangka, dan suasana psikologis lainnya.

  3. Lingkungan Fisik
    Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, dengan gaya, dan cara yang berbeda. Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga berbeda dengan yang terjadi di sekolah. Karena memang kedua lingkungan ini berbeda. Suasana di rumah bersifat informal, sedangkan suasana di sekolah bersifat formal. Demikian juga komunikasi yang berlangsung dalam masyarakat. Karena setiap masyarakat memiliki norma yang harus diataati, maka komunikasi yang berlangsungpun harus taat norma.

  4. Kepemimpinan
    Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis. Dinamika hubungan dalam keluarga dipengaruhi oleh pola kepemimpinan. Karakteristik seorang pemimpin akan menentukan pola komunikasi bagaimana yang akan berproses dalam kehidupan yang membentuk hubungan-hubungan tersebut. Menurut Cragan dan Wright, kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan keefektifan komunikasi kelompok.

  5. Bahasa
    Dalam komunikasi verbal orang tua atau anak pasti menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan sesuatu. Pada suatu kesempatan bahasa yang dipergunakan oleh orang tua ketika secara kepada anaknya dapat mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat. Tetapi dilain kesempatan, bahasa yang digunakan itu tidak mampu mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat. Maka dari itu dalam berkomunikasi dituntut untuk menggunakan bahasa yang mudah dimengerti antara komunikator dan komunikan.

  6. Perbedaan Usia
    Komunikasi dipengaruhi oleh usia. Itu berarti setiap orang tidak bisa berbicara sekehendak hati tanpa memperhatikan siapa yang diajak bicara. Berbicara kepada anak kecil berbeda ketika berbicara kepada remaja. Mereka mempunyai dunia masing-masing yang harus dipahami.

Dalam berkomunikasi hendaklah memperhatikan faktor-faktor yang memengaruhi untuk menciptakan komunikasi yang efektif, seperti bahasa yang digunakan haruslah sopan saat anak berkomunikasi dengan orang tua, antar suami dengan istripun harus memerhatikan faktor-faktor tersebut juga, seperti faktor psikologis pasangan, apakah saat diajak berkomunikasi suasana psikologisnya sedang baik atau buruk sehingga tidak terjadi kesalah pahaman saat melakukan komunikasi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam Keluarga

1. Citra Diri dan Citra Orang Lain

Citra diri atau merasa diri, maksudnya sama saja. Ketika orang berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain, dia mempunyai citra diri, dia merasa dirinya sebagai apa dan bagaimana. Setiap orang mempunyai gambaran tertentu mengenai dirinya, statusnya, kelebihan dan kekurangannya. Gambaran itulah yang menetukan apa yang dilihatnya, didengarnya, bagaimana penilaiannya terhadap segala yang berlangsung di sekitarnya. Dengan kata lain, citra diri menentukan ekspresi dan persepsi orang. Manusia belajar menciptakan citra diri melalui hubungan dengan orang lain, terutama manusia lain yang dianggapnya penting bagi dirinya, seperti ayah, ibu, guru, atau atasan. Melalui kata-kata maupun komunikasi tanpa kata (perlakuan, pandangan mata, dan sebagainya) dari orang lain ia mengetahui apakah dirinya dicintai atau dibenci, dihormati atau diremehkan, dihargai atau direndahkan.

Tidak hanya citra diri, citra orang lain juga mempengaruhi cara dan kemampuan orang berkomunikasi. Orang lain mempunyai gambaran yang khas bagi dirinya. Jika seorang ayah mencitrakan anaknya sebagai manusia yang lemah, ingusan, tidak tahu apa-apa, harus diatur, harus diawasi, maka ia berbicara kepada anaknya itu secara otoriter, yaitu lebih banyak mengatur, atau melarang, atau memerintah. Tetapi, jika seorang ayah mencitrakan anaknya sebagai manusia cerdas, kreatif, dan berpikiran sehat, maka ia mengkomunikasikan sesuatu kepada anaknya dalam bentuk anjuran dari pada perintah, pertimbangan dari pada larangan, kebebasan terpimpin dari pada banyak mengatur. Akhirnya, citra diri dan citra orang lain saling berkaitan, lengkapmelengkapi, perpaduan kedua citra itu menetukan, gaya dan cara komunikasi.

2. Suasana suasana psikologi Psikologis

Komunikasi sulit berlangsung bila seseorang dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa iri hati, diliputi prasangka, dan suasana psikologis lainnya. Seseorang dalam keadaan marah lebih banyak dipengaruhi oleh nafsu amarahnya sehingga sulit untuk diajak bicara. Oleh karena marahnya seseorang sulit untuk dikendalikan oleh orang lain. Oleh karena lepas dari kendali akal sehat, ucapan yang keluar dari mulutnya teramat menyakitkan untuk didengar. Bahkan terkadang di sela-sela marah itu, seseorang memukul tubuh orang yang dimarahi. Kemarahan ternyata mempersempit kesempatan bicara.

3. Lingkungan Keluarga

Komunikasi dapat berlangsung di mana saja dan kapan saja, dengan gaya dan cara yang berbeda. Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga berbeda dengan terjadi di sekolah. Karena memang kedua lingkungan ini berbeda. Susasana di rumah bersifat informal, sedangkan suasana di sekolah bersifat formal. Demikian juga komunikasi yang berlangsung dalam masyarakat. Karena setiap masyarakat memiliki norma yang harus ditaati, maka komunikasi yang berlangsung pun harus taat norma.

Etnik keluarga tertentu memiliki tradisi tersendiri yang harus ditaati. Kehidupan keluarga yang menunjang tinggi norma agama memiliki tradisi kehidupan yang berbeda dengan kehidupan keluarga dengan yang meremehkan norma agama. Dengan demikian keluarga kaya dan keluarga miskin memiliki gaya kehidupan yang berbeda. Kehidupan keluarga dengan semua perbedaannya itu memiliki gaya dan cara komunikasi yang berlainan. Oleh karena itu, lingkungan fisik, dalam hal ini lingkungan keluarga, memengaruhi seseorang dalam berkomunikasi.

Referensi

http://repositori.uin-alauddin.ac.id/6306/1/JUSMAWATI%20(2).pdf