Keluarga harmonis atau sejahtera merupakan tujuan penting. Oleh karena itu untuk menciptakan perlu diperhatikan faktor-faktor penunjang dalam membentuk keluarga yang harmonis.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keharmonisan keluarga ?
Keluarga harmonis atau sejahtera merupakan tujuan penting. Oleh karena itu untuk menciptakan perlu diperhatikan faktor-faktor penunjang dalam membentuk keluarga yang harmonis.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keharmonisan keluarga ?
untuk menciptakan keluarga yang harmonis terdapat beberapa faktor yang mempengeruhinya yaitu :
Selain faktor di atas yang telah disebutkan Gunarsa (1998) juga menyatakan bahwa suasana rumah dapat mempengaruhi keharmonisan keluarga. Suasana rumah adalah kesatuan serasi antara pribadi-pribadi. Kesatuan antara orang tua dan anak. Jadi suasana rumah menyenangkan akan tercipta bagi anak apabila terdapat kondisi :
Sedangkan menurut Sarlito (1982), keluarga harmonis adalah apabila dalam kehidupannya telah memperlihatkan faktor-faktor berikut :
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi keharmonisan keluarga adalah perhatian antar anggota keluarga suami dan istri, kedua orang tua dan anak, pengetahuan untuk menjalani sebuah rumah tangga, saling bekerja sama antar anggota keluarga, penyesuaian dengan anggota keluarga lain diluar keluarga inti, saling menghargai dan menghormati antar anggota keluarga adanya kesehatan rohani, fisik, dan perekonomian untuk menyeimbangkan kebutuahan di dalam rumah tangga .
Menurut Gunarsa (1993) faktor-faktor yang mempengaruhi keharmonisan keluarga ada tiga, yaitu:
1. Suasana Rumah
Suasana rumah adalah keserasian antar pribadi (antara orang tua dengan anak). Suasana rumah menyenangkan bagi anak apabila anak melihat ayah dan ibu pengertian, bekerjasama serta mengasihi satu sama lain. Anak merasakan orang tua mengerti diri anak, merasakan saudara-saudara menghargai dan memahami diri anak, serta merasakan kasih sayang yang diberikan saudara- saudara anak.
2. Kehadiran Anak dari Hasil Perkawinan
Kehadiran seorang anak akan lebih memperkokoh dan memperkuat ikatan dalam suatu keluarga, karena anak sering disebut sebagai tali yang menyambung kasih sayang antara kedua orang tua.
3. Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi diperkirakan berpengaruh terhadap keharmonisan suatu keluarga. Tingkat sosial ekonomi yang rendah seringkali menyebabkan terjadi suatu permasalahan dalam keluarga dikarenakan banyak permasalahan yang dihadapi dan kondisi keuangan keluarga yang kurang memadai.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keharmonisan keluarga menurut Mufidah (dalam Fauzi, 2014) adalah sebagai berikut.
Keterbukaan antara anggota dalam keluarga yaitu ayah ibu dan anak.
Terdapat kesepakatan antara ayah, ibu dan anak, tentang segala persoalan yang harus dijalankan untuk meningkatkan kedisiplinan dalam keluarga.
Cara mendidik anak yang penuh kasih sayang.
Meningkatkan interaksi dengan keluarga (sering berkumpul, memberi informasi, rekreasi, dsb).
Pendapat lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keharmonisan keluarga yaitu pendapat Hurlock (dalam Fauzi, 2014). Menurut Hurlock, keharmonisan keluarga dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut.
1. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi berfungsi sebagai sarana bagi individu untuk mengemukakan pendapat dan pandangan individu. Dengan memiliki komunikasi yang baik antar anggota keluarga, maka akan mudah untuk memahami pendapat setiap anggota di dalam keluarga. Tanpa komunikasi yang baik, kemungkinan besar akan menyebabkan kesalahpahaman dan berakibat memunculkan konflik dalam keluarga.
2. Tingkat Ekonomi Keluarga
Tingkat ekonomi keluarga berpengaruh terhadap tinggi dan rendah stabilitas serta kebahagian keluarga. Tetapi belum tentu tingkat ekonomi keluarga yang rendah merupakan tanda tidak bahagia suatu keluarga. Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kebahagiaan keluarga, apabila tingkat ekonomi sangat rendah yang menyebabkan tidak terpenuhi kebutuhan dasar, sehingga dapat menimbulkan konflik di dalam keluarga.
3. Sikap Orang Tua
Sikap orang tua berpengaruh terhadap sikap dan perasaan anak. Apabila orang tua bersikap demokrastis maka akan membuat anak memiliki perilaku yang positif dan akan berkembang juga ke arah yang lebih positif, karena orang tua mendampingi dan memberikan arahan tanpa memaksakan sesuatu kepada anak.
4. Ukuran Keluarga
Keluarga yang memiliki ukuran keluarga lebih kecil atau dalam arti memiliki jumlah anggota keluarga yang lebih sedikit, mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk memperlakukan anak secara demokratis dan lebih baik dalam kedekatan antara anak dengan orang tua.
Keluarga harmonis atau sejahtera merupakan tujuan penting. Oleh karena itu untuk menciptakan perlu diperhatikan faktor-faktor berikut:
Yaitu menaruh hati pada seluruh anggota keluarga sebagai dasarutama hubungan yang baik antar anggota keluarga. Baik pada perkembangan keluarga dengan memperhatikan peristiwa dalam keluarga, dan mencari sebab akibat permasalahan, juga terdapat perubahan pada setiap anggotanya.
Perlunya menambah pengetahuan tanpa henti-hentinya untuk memperluas wawasan sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan keluarga. Sangat perlu untuk mengetahui anggota
keluaranya, yaitu setiap perubahan dalam keluarga, dan perubahan dalam anggota keluarganya, agar kejadian yang kurang diinginkan kelak dapat diantisipasi.
Terhadap semua anggota keluarga. Hal ini berarti pengenalan terhadap diri sendiri dan pengenalan diri sendiri yang baik penting untuk memupuk pengertian-pengertian. Bila pengenalan diri sendiri telah tercapai maka akan lebih mudah menyoroti semua kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam keluarga. Masalah akan lebih mudah diatasi, karena banyaknya latar belakang lebih cepat terungkap dan teratasi, pengertian yang berkembang akibat pengetahuan tadi akan mengurangi kemelut dalam keluarga.
Langkah lanjutan dari sikap pengertian adalah sikap menerima, yang berarti dengan segala kelemahan, kekurangan, dan kelebihannya, ia seharusnya tetap mendapatkan tempat dalam keluarga.Sikap ini akan menghasilkan suasana positif dan berkembangnya kehangatan yang melandasi tumbuh suburnya potensi dan minat dari anggota keluarga.
Setelah menerima keluarga apa adanya maka perlu meningkatkan usaha. Yaitu dengan mengembangkan setiap dari aspek keluarganya secara optimal, hal ini disesuaikan dengan setiap kemampuamn masing-masing, tujuannya yaitu agar tercipta perubahan-perubahan dan menghilangkan keadaan bosan.
Penyesuaian harus perlu mengikuti setiap perubahan baik dari fisik orangtua maupun anak. (Gunarsa, 1986) Keluarga harmonis atau keluarga bahagia adalah apabila dalam kehidupannya telah memperlihatkan faktor-faktor berikut:
Yaitu rendahnya frekwensi pertengkaran dan percekcokan di rumah, saling mengasihi, saling membutuhkan, saling tolong- menolong antar sesama keluarga, kepuasan dalam pekerjaan dan pelajaran masing-masing dan sebagainya yang merupakan indikator-indikator dari adanya jiwa yang bahagia, sejahtera dan sehat.
Serinnya anggota keluarga yang sakit, banyak pengeluaran untuk kedokter, untuk obat-obatan, dan rumah sakit tentu akan mengurangi dan menghambat tercapainya kesejahteraan keluarga.
Kemampuan keluarga dalam merencanakan hidupnya dapat menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran dalam keluarga. (Sarwono, 1982)