Faktor-Faktor yang memengaruhi Job Burnout
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya burnout dapat dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu:
1. Faktor Internal
Karakteristik demografis: Burnout berhubungan dengan jenis kelamin, usia, pendidikan, status perkawinan, dan lain sebagainya (Ahola, 2007)
Diantara karyawan yang lebih muda tingkat burnout dilaporkan lebih tinggi daripada di antara mereka yang berumur lebih dari 30 atau 40 tahun. Usia dengan pengalaman kerja yang masih sedikit, sehingga burnout tampaknya lebih berisiko sebelumnya dalam karir seseorang (Maslach, Schaufeli dan Leiter, 2001).
Variabel demografis seks belum menjadi prediktor kuat burnout (meskipun beberapa pendapat bahwa burnout lebih dari pengalaman perempuan). Beberapa studi menunjukkan burnout yang lebih tinggi bagi perempuan, beberapa menunjukkan skor yang lebih tinggi untuk laki-laki, dan yang lain tidak menemukan perbedaan keseluruhan. Perbedaan seks yang kecil tapi konsisten adalah bahwa laki-laki sering skor lebih tinggi pada cynicism. Ada juga kecenderungan dalam beberapa penelitian bagi perempuan untuk skor sedikit lebih tinggi pada exhaustion (Maslach, Schaufeli dan Leiter, 2001).
Pendidikan baik dasar dan kejuruan memiliki efek utama yang signifikan pada burnout. Tingkat burnout adalah sedikit lebih tinggi diantara perempuan yang tidak menyelesaikan sekolah komprehensif dari pada mereka yang menyelesaikannya.
Perempuan yang memiliki pendidikan kejuruan memiliki tingkatan sedikit agak lebih tinggi pada exhaustion dan berkurangnya profesionalitas daripada wanita dengan pendidikan tingkat lembaga (institute). Dan lebih tinggi pada cynicism daripada wanita dengan pendidikan tingkat sekolah (Ahola, 2007).
Berkaitan dengan status perkawinan, mereka yang belum menikah (terutama laki-laki) tampaknya lebih rentan terhadap burnout dibandingkan dengan mereka yang sudah menikah. Orang yang berstatus single tampaknya mengalami tingkat burnout lebih tinggi daripada mereka yang bercerai (Maslach, Schaufeli dan Leiter, 2001).
Efek dari status perkawinan diantara laki-laki adalah signifikan untuk setiap dimensi burnout. Tingkat burnout lebih tinggi diantara laki-laki yang belum menikah (Ahola, 2007)
Individu yang mempunyai tipe kepribadian locus of control eksternal lebih rentan terhadap burnout daripada individu yang mempunyai tipe kepribadian locus of control internal (Jaya dan Rahmat, 2005).
Orang-orang mempunyai harapan yang berbeda dalam bekerja. Dalam beberapa kasus ini harapan yang sangat tinggi, baik dari segi sifat pekerjaan (misalnya menarik, menantang, menyenangkan) dan kemungkinan mencapai keberhasilan (misalnya menyembuhkan pasien, mendapatkan promosi). Apakah seperti harapan yang tinggi dianggap idealis atau realistis.
Salah satu hipotesis adalah bahwa mereka merupakan faktor risiko untuk burnout. Harapan yang tinggi membuat orang bekerja terlalu keras dan melakukan terlalu banyak, sehingga mengarah ke exhaustion dan cynicism, akhirnya ketika upaya yang tinggi tidak menghasilkan apa yang mereka harapkan (Maslach, Schaufeli dan Leiter, 2001).
2. Faktor Eksternal
Umumnya, beban kerja adalah yang paling langsung berhubungan dengan aspek kelelahan dari burnout (Maslach, Schaufeli dan Leiter, 2001). Kelebihan beban kerja atau work overload merupakan salah satu prediktor yang paling penting dari burnout (Nirel, at., all, 2008).
Kelebihan beban kerja merupakan suatu tekanan pekerjaan yang dapat menimbulkan penurunan kondisi tubuh karyawan. Hal tersebut dikarenakan tuntutan kerja yang harus dikerjakan oleh karyawan dengan kurun waktu tertentu dan membutuhkan banyak kemampuan yang dimilik oleh karyawan tersebut.
Prediktor job burnout adalah linkungan dan individu itu sendiri. Prediktor dari lingkungan adalah sumber stres, seperti kelebihan beban kerja, konflik peran, ambiguitas peran (Knežević, 2011).
Menurut Rush dalam Sulistyantini (1997), burnout dapat hilang dengan menghilangkan terlebih dahulu stres yang dialami individu, yaitu salah satunya dengan mengaktifkan dukungan sosial (Lailani, 2001).
Parasuraman, dkk; menyatakan bahwa dukungan sosial berhubungan dengan burnout . Dukungan sosial yang diterima dari atasan, teman kerja, dan keluarga mempunyai andil yang besar untuk meringankan beban seseorang yang mengalami burnout (Andarika, 200)
- Kondisi Fisik Tempat Kerja
Penelitian yang dilakukan oleh Khotimah (2010), tentang hubungan antara persepsi lingkungan kerja psikologis dengan burnout pada perawat RSU Budi Pekalongan, menunjukkan arah hubungan negatif yang signifikan antara persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis dengan burnout . Semakin negatif persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis maka semakin tinggi burnout , demikian pula sebaliknya semakin positif persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis maka semakin rendah burnout .
Karyawan diharapkan untuk memberikan lebih dalam hal waktu, tenaga, keterampilan, dan fleksibilitas, sedangkan mereka menerima lebih sedikit dari segi peluang karir, pekerjaan yang lama, keamanan kerja, dan sebagainya. Pelanggaran kontrak psikologis cenderung untuk menimbulkan burnout (Maslach, Schaufeli dan Leiter, 2001).
Tuntutan pekerjaan kuantitatif (misalnya terlalu banyak bekerja untuk waktu yang tersedia) telah dipelajari oleh para peneliti burnout, dan temuan itu mendukung pendapat umum bahwa
burnout merupakan respon terhadap kelebihan beban kerja. Begitu pula dengan tuntutan pekerjaan yang bersifat kualitatif (Maslach, Schaufeli dan Leiter, 2001).
Menurut Simamora dalam Rahman (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi burnout antara lain:
- Kurangnya dukungan sosial dari atasan
- Imbalan yang diberikan tidak mencukupi atau tidak tepat
- Pekerjaan yang berulang-ulang atau sedikit memberikan ruang gerak bagi kreativitas
- Kondisi kerja yang tidak menyenangkan atau menekan
- Pekerjaan yang monoton atau tidak variatif.
Baron dan Greenberg dalam Andarika (2004), mengemukakan bahwa terdapat 2 faktor yang mempengaruhi munculnya burnout, yaitu:
-
Faktor eksternal, yang meliputi kondisi kerja yang buruk, kurangnya kesempatan untuk promosi, adanya prosedur/aturan-aturan yang kaku, gaya kepemimpinan yang kurang konsiderasi dan tuntutan pekerjaan.
-
Faktor internal, yang meliputi jenis kelamin, usia maupun harga diri.
Maslach dan Leiter (1997) dalam Gunarsa (2004) mengungkapkan bahwa sumber/penyebab terjadinya burnout dapat ditelusuri ke dalam 6 macam bentuk ketidaksesuaian antara orang dan pekerjaannya, yaitu:
- Kelebihan beban kerja.
- Kurangnya kontrol.
- Sistem imbalan yang tidak memadai.
- Terganggunya sistem komunitas dalam pekerjaan.
- Hilangnya keadilan.
- Konflik nilai.