Faktor Apa Saja Pembentuk Adversity Quotient pada Manusia?

Adversity Quotient

Adversity quotient adalah kecerdasan seseorang dalam menghadapi rintangan atau kesulitan secara teratur. Adversity quotient membantu individu memperkuat kemampuan dan ketekunan dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari seraya tetap berpegang teguh pada prinsip dan impian tanpa memperdulikan apa yang sedang terjadi.

Apa saja faktor-faktor pembentuk adversity quotient pada manusia ?

Faktor-faktor pembentuk adversity quotient menurut Stoltz (2000:92) adalah sebagai berikut :

Daya saing

Seligman (Stoltz, 2000: 93) berpendapat bahwa adversity quotient yang rendah dikarenakan tidak adanya daya saing ketika menghadapi kesulitan, sehingga kehilangan kemampuan untuk menciptakan peluang dalam kesulitan yang dihadapi.

Produktivitas

Penelitian yang dilakukan di sejumlah perusahaan menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara kinerja karyawan dengan respon yang diberikan terhadap kesulitan. Artinya respon konstruktif yang diberikan seseorang terhadap kesulitan akan membantu meningkatkan kinerja lebih baik, dan sebaliknya respon yang destruktif mempunyai kinerja yang rendah.

Motivasi

Penelitian yang dilakukan oleh Stoltz (2000: 94) menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai motivasi yang kuat mampu menciptakan peluang dalam kesulitan, artinya seseorang dengan motivasi yang kuat akan berupaya menyelesaikan kesulitan dengan menggunakan segenap kemampuan.

Mengambil resiko

Penelitian yang dilakukan oleh Satterfield dan Seligman (Stoltz, 2000:94) menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai adversity quotient tinggi lebih berani mengambil resiko dari tindakan yang dilakukan. Hal itu dikarenakan seseorang dengan adversity quotient tinggi merespon kesulitan secara lebih konstruktif.

Perbaikan

Seseorang dengan adversity quotient yang tinggi senantiasa berupaya mengatasi kesulitan dengan langkah konkrit, yaitu dengan melakukan perbaikan dalam berbagai aspek agar kesulitan tersebut tidak menjangkau bidang-bidang yang lain.

Ketekunan

Seligman menemukan bahwa seseorang yang merespon kesulitan dengan baik akan senantiasa bertahan.

Belajar

Menurut Carol Dweck (Stoltz, 2000: 95) membuktikan bahwa anak- anak yang merespon secara optimis akan banyak belajar dan lebih berprestasi dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki pola pesimistis.

Paul G. Stoltz dalam bukunya menggambarkan potensi dan daya tahan individu dalam sebuah pohon yang disebut pohon kesuksesan. Aspek- aspek yang adadalam pohon kesuksesan tersebut yang dianggap mempengaruhi adversity quotient seseorang, diantaranya (Stoltz, 2000):

Faktor Internal

  1. Genetika
    Warisan genetis tidak akan menentukan nasib seseorang tetapi pasti ada pengaruh dari faktor ini. Beberapa riset-riset terbaru menyatakan bahwa genetika sangat mungkin mendasari perilaku. Yang paling terkenal adalah kajian tentang ratusan anak kembar identik yang tinggal terpisah sejak lahir dan dibesarkan di lingkungan yang berbeda. Saat mereka dewasa, ternyata ditemukan kemiripan-kemiripan dalam perilaku.

  2. Keyakinan
    Keyakinan mempengaruhi seseorang dalam mengahdapi suatu masalah serta membantu seseorang dalam mencapai tujuan hidup.

  3. Bakat
    Kemampuan dan kecerdasan seseorang dalam menghadapi suatu kondisi yang tidak menguntungkan bagi dirinya salah satunya dipengaruhi oleh bakat. Bakat adalah gabungan pengetahuan, kompetensi, pengalaman, dan keterampilan.

  4. Hasrat atau kemauan
    Untuk mencapai kesuksesan dalam hidup diperlukan tenaga pendorong yang berupa keinginan atau disebut hasrat. Hasrat menggambarkan motivasi, antusias, gairah, dorongan, ambisi, dan semangat.

  5. Karakter
    Seseorang yang berkarakter baik, semangat, tangguh, dan cerdas akan memiliki kemampuan untuk mencapai sukses. Karakter merupakan bagian yang penting bagi kita untuk meraih kesuksesan dan hidup berdampingan secara damai.

  6. Kinerja
    Merupakan bagian yang mudah dilihat orang lain sehingga seringkali hal ini sering dievaluasi dan dinilai. Salah satu keberhasilan seseorang dalam menghadapi masalah dan meraih tujuan hidup dapat diukur lewat kinerja.

  7. Kecerdasan
    Bentuk-bentuk kecerdasan kini dipilah menjadi beberapa bidang yang sering disebut sebagai multiple intelligence. Bidang kecerdasan yang dominan biasanya mempengaruhi karier, pekerjaan, pelajaran, dan hobi.

  8. Kesehatan
    Kesehatan emosi dan fisik dapat memepengaruhi seseorang dalam menggapai kesuksesan. Seseorang yang dalam keadaan sakit akan mengalihkan perhatiannya dari msalah yang dihadapi. Kondisi fisik dan psikis yang prima akan mendukung seseorang dalam menyelesaikan masalah.

Faktor Eksternal

  1. Pendidikan
    Pendidikan dapat membentuk kecerdasan, pembentukan kebiasaan yang sehat, perkembangan watak, keterampilan, hasrat, dan kinerja yang dihasilkan. Penelitian yang dilakukan Gest. Dkk… (1999 dalam McMillan dan Violato, 2008) menyebutkan bahwa meskipun seseorang tidak menyukai kemalangan atau kesengsaraan yang diakibatkan oleh pola hubungan dengan orang tua, namun permasalahan orang tua secara langsung ikut berperan dalam perkembangan ketahanan remaja. Salah satu sarana dalam pembentukan sikap dan perilaku adalah melalui pendidikan.

  2. Lingkungan
    Lingkungan tempat individu tinggal dapat mempengaruhi bagaimana individu beradaptasi dan memberikan respon kesulitan yang dihadapinya. Individu yang terbiasa hidup dalam lingkungan sulit akan memiliki adversity quotient yang lebih tinggi. Menurut Stoltz, individu yang terbiasa berada di lingkungan yang sulit akan memiliki adversity quotient yang lebih besar karena pengalaman dan kemampuan beradaptasi yang lebih baik dalam mengatasi masalah yang dihadapi.

Adversity qoutient terbentuk melalui proses pembelajaran yang didapat sejak kecil hingga dewasa. Kecerdasan ini didapat setelah seseorang melewati suatu perkembangan dimana sangat berpengaruh bagi perkembangan daya juangnya menghadapi kesulitan. Terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi adversity qoutient antara lain:

  • Pola asuh orang tua
    Orang tua sebagai pendidik utama dalam keluarga memegang peranan penting dalam menciptakan kesejahteraan melalui bimbingan dan pendidikan serta menanamkan kepribadian yang baik kepada anak- anaknya. Cara orang tua mendidik akan sangat berpengaruh terhadap adversity qoutient anak. Untuk itu diperlukan pola asuh yang baik dimana orang tua memberikan bimbingan dan mengajarkan keterampilan-keterampilan dalam menghadapi kesulitan hidup sebagai bekal anak dalam menghadapi tantangan globalisasi yang semakin hari semakin sulit.

  • Pengaruh lingkungan keluarga

    • lingkungan keluarga,
    • lingkungan tempat tinggal.
    • ingkungan sekolah, dan
    • lingkungan masyarakat.

    Dalam lingkungan keluarga, orang tua diharapkan bisa menjadi panutan bagi anak-anak mereka. Keluarga menjadi tempat yang utama dalam mendidik anak dari lahir sampai menuju kedewasaannya. Karena keluarga merupakan pengaruh yang sangat penting dalam membentuk karakter anak. Segala tingkah laku yang diperlihatkan baik itu secara halus maupun kasar menjadi faktor pendukung pembentukan tersebut.

  • Pengaruh lingkungan sekolah
    Sekolah merupakan wadah dalam mencari ilmu. Tidak hanya itu, sekolah juga mampu memberikan masukan bagi anak dalam membentuk karakternya. Karena disekolah anak menemukan berbagai macam hal yang bisa mempengaruhi dirinya, terutama pergaulan teman sebaya. Dimana dalam pergaulan tersebut anak mulai mengelompok dan bisa menentukan mana teman yang bisa dijadikan satu kelompok.

  • Pengaruh lingkungan masyarakat
    Lingkungan masyarakat dapat berupa lingkungan tetangga maupun lingkungan tempat tinggal. Apabila lingkungan yang diterima baik, maka baik pula pengaruhnya. Tetapi apabila lingkungan yang diterima kurang baik, maka buruk pula pengaruh yang didapat.