Apa Saja Etika Profesi Tata Laksana Pendidikan bagi Generasi Milenial?

image
Seorang guru juga harus memenuhi etika profesi dalam proses pembelajaran.

Apa saja etika profesi tata laksana pendidikan bagi generasi milenial?

Membangun etika perlu adanya pemeriksaan lebih dalam hingga beberapa ahli pada akhirnya sepakat untuk memisahkan konsep etika dari konsep moralitas. Nilai-nilai dalam moralitas meliputi nasihat, kebijaksanaan, aturan, perintah, dan lain sebagainya. Nilai-nilai tersebut akan diwariskan dari generasi ke generasi dan dibentuk oleh budaya tertentu. Oleh karena itu, moralitas mengarahkan sejatinya manusia untuk dapat hidup dengan baik sehingga dapat menjadi manusia yang benar-benar baik.

Suseno mengarahkan bahwa etika merupakan ilmu dan bukan sekedar pemahaman doktrin, sedangkan moralitas menunjukkan bagaimana norma dapat menghidupkan orang seharusnya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pengertian etika pada umumnya adalah aturan atau standar yang dapat digunakan sebagai referensi untuk perilaku seseorang.

Era Milenial

Generasi milenial atau generasi Y merupakan lanjutan generasi setelah generasi X, yang mana tidak ada batasan pengelompokkan di mana harus berawal dan berakhir dari kelompok ini. Umumnya peneliti menggunakan awal tahun 80-an untuk menyatakan awal kelompok ini berada dan pertengahan 90-an hingga awal tahun 2000-an dikategorikan sebagai akhir kelahiran.

Etika profesi sering berfungsi sebagai tanda untuk mempertahankan loyalitas kepada organisasi, kolega atau pelanggan. Namun pada kenyataannya banyak millennium yang memaksa perusahaan untuk mengikuti sifat milenial jika tidak ingin kehilangan karyawan dengan cepat. Hal ini menunjukkan bahwa ada sedikit perubahan yang terjadi pada etika profesi yang masih dipertahankan hingga sekarang.

Aspek budaya yang berkaitan erat denga pandangan masyarakat akan apa yang cocok atautidak, dapat bergeser karena bergulirnya waktu. Perkembangan ini juga tidak luput dari pengembangan nilai-nilai etika profesi yang ada. Ketika pertukaran informasi berjalan sangat cepat, asimilasi, dan akulturasi budaya tidak dapat dihindari. Perbedaan yang mencolok antara budaya Timur dan Barat membuat etika profesi memiliki sedikit-banyak perbedaan di setiap wilayah. Oleh Karena itu seseorang harus memiliki kemamuan beradaptasi dengan baik. Proses penghargaan untuk mengenal diri sendiri dan lingkungan tentu akan sangat diharapkan, meskipun saat ini etika profesi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam hal tata laksana, masih akan tetap dijunjung tinggi.

Pengejawantahan Kurikulum dalam Merespon Budaya dan Teknologi

Pendidikan sejatinya berunsur dari kurikulum yang berbasis menyatukan bangsa. Unsur kurikulum yang perlu diperhatikan dimensi saat ini, ketika harus disatukan dengan teknologi. Menurut Misrli menyatakan kurikulum sekarang harus mengalami perubahan, ini dikarenakan para siswa yang dikategorikan milenial terlahir sebagai yang dekat dengan komputer. Pada dasarnya, ada beberapa tanggung jawab dari penggunaan teknologi untuk para peserta didik. Sebagai guru, mereka diwajibkan untuk memahami cara pemakaian teknologi terutama dalam lingkungan kelas.

Zhang menjelaskan adanya teknologi dihadirkan dalam kelas memberikan beberapa manfaat akan pengenalan moral, diantaranya untuk mengatasi pengajaran tradisional yang menggunakan papan, memberikan pengaruh terhadap penunjukkan konten pengajaran yang baik dan menyadari penggunaannya di dalam kelas, menciptakan situasi kelas di mana para siswa menjadi ter tarik dan merasa percaya diri, penyaluran pengetahuan yang besar sangat membantu pengembangan pembelajaran dalam segi simulasi kelas seperti penggunaan Augment Reality (AR), dan memberikan pemahaman sekaligus pembaharuan pengetahuan terhadap siswa.

Beberapa hal yang menjadi halangan terhadap penggunaan teknologi di dalam kelas yang tidak menguntungkan, diantaranya: guru tidak bisa menggunakan multimedia sederhana dalam pengajarannya sehingga menghasilkan kelas yang membosankan secara psikologis, komunikasi yang terjalin bisa melemahkan jika condong terhadap teknologi, pengetahuan para siswa melebihi pengajar sehingga sasaran dari pembelajaran di kelas menjadi sia-sia, media pengajar pun bisa mengganggu pelaksanaan proses pembelajaran, dan ketergantungan guru terhadap teknologi membuat sulit para siswa dalam pemberian energy untuk pembelajaran menggunakan proyek.

Hal yang penting disadari pula oleh guru adalah pendidikan akan dipandang sebagai bagian dari long life learning atau pembelajaran sepanjang hayat. Sekolah harus menata kembali kurikulum yang ada, sehingga hasil pembelajaran ke depannya bisa dipakai sebagai bekal untuk sepanjang hayat. Melatih pembelakaran seumur hidup dengan menggunakan teknologi, dihasilkan manfaat seperti: dapat mengatur dan mengembangkan skill, mendapat lisensi dan sertifikasi di berbagai area, mobilitas pekerjaan, dan mengingat pengalaman skill pekerjaan secara gampang. Teknologi bukan menghilangkan peradaban manusia, tetapi mendukung aau membantu keberlangsungan kehidupan sehingga para peserta didik mengalami pembelajaran seumur hidup melalui keberadaan teknologi.