Apa saja dampak merkuri bagi kesehatan manusia?

Merkuri dalam darah

Kriteria World Heath Organization (WHO) tahun 1990 menyatakan bahwa kadar normal Hg dalam darah berkisar antara 5 µg/l – 10 µg/l, dalam rambut berkisar antara 1 mg/kg – 2 mg/kg, sedangkan dalam urine rata-rata 4 µg/l.

Pengaruh toksisitas merkuri pada manusia bergantung pada bentuk komposisi merkuri, rute masuknya kedalam tubuh dan lamanya ekspose. Intoksikasi keracunan merkuri dapat terjadi secara lokal maupun sistemik melalui panghirupan lewat mulut dan hidung, atau lewat penyerapan via kulit (Darmono, 2001)

Unsur merkuri yang ada pada krim pemutih akan diserap kulit, kemudian akan di alirkan melalui darah keseluruh tubuh dan merkuri itu akan mengendap di dalam ginjal yang dapat mengakibatkan gagal ginjal. Walau tidak seburuk efek apabila tertelan, merkuri yang diserap oleh kulit akan menimbulkan efek yang buruk bagi tubuh. Meskipun hanya dioleskan di permukaan kulit, merkuri mudah diserap masuk ke dalam darah, lalu memasuki sistem saraf tubuh (Dipi, 2007).

Manifestasi gejala keracunan merkuri akibat pemakaian krim pemutih kulit muncul sebagai gangguan sistem syaraf, seperti tremor (gemetar), insomnia (tidak bisa tidur), pikun, gangguan penglihatan, ataxia (gerakan tangan tak normal), gangguan emosi, depresi, dan sebagainya. Produk kosmetik khususnya krim pemutih wajah yang digunakan akan menyebabkan iritasi parah pada kulit yang terpapar, yakni berupa kulit yang kemerah-merahan dan menyebabkan kulit menjadi mengkilap secara tidak normal (Dipi, 2007).

  1. Pada Syaraf : Logam merkuri dan metal merkuri dengan mudah memasuki susunan saraf dan menambah efek racun. Senyawa merkuri mempengaruhi sistem Hem. Sistem Hem merupakan sistem yang mengandung zat penting bagi haemoglobin dan sitokrom. Pada tingkat pemakaian yang tinggi, senyawa-senyawa ini dapat menambah ensefalopati yang mengakibatkan gangguan fungsi kejiwaan pada anak-anak kecil, seperti gangguan kesadaran dan kelakuan.

  2. Pada Ginjal : Sebagai organ ekskresi utama dalam tubuh, ginjal menjadi organ sasaran keracunan logam merkuri. Merkuri memengaruhi sel tubulus proksimal ginjal, sehingga menyebabkan ekskresi protein molekul kecil, asam amino, dan glukosa bersama urin. Merkuri terkumpul dalam lisosom sel tubulus proksimal ginjal serta mengahambat enzim proteolitik dalam lisosom dan menyebabkan cidera pada sel.

  3. Pada Sistem Pernapasan : Sistem pernapasan merupakan organ sasaran utama bagi sebagian besar logam, salah satunya logam merkuri. Banyaknya logam merkuri yang terpajan menyebabkan iritasi dan radang saluran pernapasan.

Efek Merkuri Pada Manusia


Keracunan akut

Keracunan akut oleh merkuri bisa terjadi pada konsentrasi merkuri (Hg) uap sebesar 0,5-1,2 mg/m3. Penelitian terhadap kelinci dengan uap merkuri (Hg) 28,8 mg/m3 mengakibatkan kerusakan yang parah pada berbagai organ ginjal, hati, otak, jantung, paru-paru, dan usus besar. Keracunan akut karena terhirupnya uap merkuri (Hg) berkonsentrasi tinggi menimpa pekerja dalam industri pengolahan logam merkuri serta penambangan emas.

Keracunan akut yang ditimbulkan oleh logam merkuri dapat diketahui dengan mengamati gejala-gejala berupa iritasi gastrointestinal berupa mual, muntah, sakit perut dan diare. Keracunan Phenyl mercury (merkuri aromatis) menimbulkan gejala- gejala gastrointestinal, malaise dan mialgia. Keracunan metil merkuri menyebabkan efek pada gastrointestinal yang lebih ringan tetapi menimbulkan toksisitas neurologis yang berat berupa rasa sakit pada bibir, lidah dan pergerakan (kaki dan tangan),halusinasi, iritabilitas, gangguan tidur, sulit bicara, kemunduran cara berpikir, reflek tendon yang abnormal, dan pendengaran rusak.

Keracunan akut yang ditimbulkan oleh logam merkuri dapat diketahui dengan mengamati gejala-gejala berupa :

  • Gejala reaksi yang timbul pada alat pencernaan seperti :

    • Dalam rongga mulut timbul kelainan-kelainan seperti pembengkakan gusi yang terasa sakit, gigi mudah rapuh, koropos dan mudah terlepas.

    • Sembelit dan muntah-muntah

    • Perasaan mual-mual pada lambung

  • Gejala reaksi yang timbul pada jaringan saraf seperti :

    • Tremor

    • Sukar konsentrasi dalam berpikir

    • Gugup

    • Gangguan kejiwaan dan sering lelah

  • Gejala reaksi yang timbul pada kulit seperti :

    • Pada kulit yang tidak ditutupi seperti muka, lengan, kaki menjadi peka terhadap sinar matahari

    • Menimbulkan gelembung-gelembung yang mudah pecah

    • Mudah terjadi infeksi pada kulit

  • Pengeluaran air seni terus menerus dapat menimbulkan gangguan terhadap fungsi faal ginjal.

Keracunan Kronis

Keracunan kronis adalah keracunan yang terjadi secara perlahan dan berlangsung dalam selang waktu yang panjang.Penderita keracunan kronis biasanya tidak menyadari bahwa dirinya telah menumpuk sejumlah racun dalam tubuh mereka, sehingga pada batas daya tahan yang dimiliki tubuh, racun yang telah mengendap dalam selang waktu yang panjang tersebut bekerja. Pengobatan akan menjadi sangat sulit untuk dilakukan.

Keracunan kronis yang disebabkan oleh merkuri, peristiwa masuknya sama dengan keracunan akut, yaitu melalui jalur pernafasan dan makanan. Akan tetapi pada keracunan kronis, jumlah merkuri yang masuk sangat sedikit sehingga tidak memperlihatkan pengaruh pada tubuh. Namun demikian masuknya merkuri ini berlangsung secara terus-menerus. Sehingga lama kelamaan, jumlah merkuri yang masuk dan mengendap dalam tubuh menjadi sangat besar dan melebihi batas toleransi yang dimiliki tubuh sehingga gejala keracunan mulai terlihat.

Pada peristiwa keracunan kronis oleh merkuri, ada dua organ tubuh yang paling sering mengalami gangguan, yaitu gangguan pada sistem pencernaan dan sistem saraf. Radang gusi (gingivitis) merupakan gangguan paling umum yang terjadi pada sistem pencernaan. Gangguan terhadap sistem saraf dapat terjadi dengan atau tanpa diikuti oleh gangguan pada lambung dan usus.Ada dua bentuk gejala umum yang dapat dilihat bila korban mengalami gangguan pada sistem saraf sebagai akibat keracunan kronis merkuri, yaitu tremor (gemetar) ringan dan parkinsonisme yang juga disertai dengan tremor pada fungsi otot sadar.
Tanda-tanda seseorang penderita keracunan kronis merkuri dapat dilihat pada organ mata.Biasanya pada lensa mata penderita terdapat warna abu-abu sampai gelap, atau abu-abu kemerahan, yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop mata. Di samping itu, gejala keracunan kronis merkuri yang lainnya adalah terjadinya anemia ringan pada darah.

Dampak Merkuri

Implikasi Klinik Akibat Tercemar Oleh Merkuri (Hg). Pada studi epidemiologi ditemukan bahwa keracunan metil dan etil merkuri sebagian besar disebabkan oleh konsumsi ikan yang diperoleh dari daerah tercemar atau makanan yang berbahan baku tumbuhan yang disemprot dengan pestisida jenis fungisida alkil merkuri.

Pengaruh Toksisitas Merkuri Pada Manusia


Pengaruh langsung polutan (terutama pestisida) terha- dap ikan biasa dinyatakan sebagai lethal (akut), yaitu akibat-akibat yang timbul pada waktu kurang dari 96 jam atau sublethal (kronis), yaitu akibat-akibat yang timbul pada waktu lebih dari 96 jam (empat hari). Sifat toksis yang lethal dan sublethal dapat menimbulkan efek genetik maupun teratogenik terhadap biota yang bersangkutan (FAO, 1971 di dalam Budiono, 2003).

Pengaruh lethal disebabkan gangguan pada saraf pusat sehingga ikan tidak bergerak atau bernapas akibatnya cepat mati. Pengaruh sublethal terjadi pada organ-organ tubuh, menyebabkan kerusakan pada hati, mengurangi potensi untuk perkembangbiakan, pertumbuhan dan sebagainya (Caln, 1965 di dalam Budiono, 2003). Se- perti peristiwa yang terjadi di Jepang, dimana penduduk di sekitar teluk Minamata keracunan metil merkuri akibat hasil buangan dari suatu pabrik plastik. Metil merkuri yang terdapat dalam ikan termakan oleh pen- duduk disekitar teluk tersebut. Ikan-ikan yang mati disekitar teluk Minamata mempunyai kadar metil mer- kuri sebesar 9 sampai 24 ppm. Faktor-faktor yang ber- pengaruh di dalam proses pembentukan metil merkuri adalah merupakan faktor-faktor lingkungan yang menentukan tingkat keracunannya. (Budiono, 2003).

Telah banyak orang-orang yang mengetahui tentang merkuri dan kebanyakan mereka mengkonsumsi metil merkuri dari ikan dan hewan lain yang terkontaminasi merkuri dimana hewan tersebut merupakan rantai makanan bagi manusia. National Research Council di dalam beberapa laporannya tentang efek toxicological dari metil merkuri yang ditunjukkan bahwa populasi pada resiko yang paling tinggi adalah keturunan dari wanita-wanita yang mengkonsumsi sejumlah besar ikan dan makanan hasil laut. Laporan penyelidikan yang didapat, menyatakan bahwa lebih dari 60.000 anak yang lahir tiap tahunnya berhadapan dengan resiko neurode- velopmental yang kurang baik dalam kaitannya dengan kandungan metil merkuri (gambar 5). Environmental protection agency menyimpulkan bahwa merkuri meru- pakan sumber penyakit atau resiko bagi beberapa orang dewasa dan populasi hewan jika mengkonsumsi sejumlah besar air minum dan ikan yang terkontaminasi oleh merkuri (Anonim, 2000).

Merkuri merusak sistem pusat nerves , sistem endokrin, ginjal, dan organ bagian badan yang lain, dan akan mempengaruhi mulut , gusi, dan gigi. Uap air raksa/merkuri di udara jika terhirup oleh manusia dapat mengakibatkan kerusakan otak dan pada akhirnya menimbulkan kematian. Merkuri dan campurannya adalah senyawa yang terutama sekali meracuni janin dan bayi. Wanita-wanita yang telah mengkonsumsi merkuri di dalam kondisi hamil ter- kadang melahirkan anak-anak dengan cacat kelahiran yang serius (Anonim, 2007a).

Bentuk masalah merkuri yang sering terjadi dalam populasi adalah metil merkuri dari ikan yang ter- cemar, merkuri inorganik dari makanan, dan merkuri murni dari dental amalgam restoration. Jika distri- busi metil merkuri di dalam tubuh oleh kompar- temen, dan merkuri bercampur dengan unsur yang lebih kompleks maka dapat mengganggu jaringan otak dikarenakan unsur tersebut masuk ke dalam darah dan bercampur dengan darah tersebut. Jika unsur merkuri kompleks tersebut masuk ke dalam jaringan otak melalui aliran darah, maka penderita akan mengalami gangguan mental dan lama kela- maan akan mati.

Kebanyakan manusia keracunan merkuri akibat dental amalgam restoration dan mengkonsumsi ma- kanan dari hewan air dan mamalia yang terkon- taminasi oleh limbah pabrik. Limbah tersebut bisa berasal dari bahan sisa hasil pembuatan chlorine dan sodium hidroxide dengan menggunakan elektrolisis. Limbah tersebut selain dari elektrolisis, bisa juga berasal dari pembuatan alat listrik (batere, tombol, dan bohlam lampu neon). Limbah tersebut meracuni manusia melalui makanan baik dari hasil perairan maupun hewan yang hidup di sekitar limbah (Björkman, et. al., 2007)

Studi Kasus Pencemaran Oleh Logam Merkuri Di Minamata, Jepang


Minamata adalah sebuah desa kecil yang menghadap ke laut Shiranui (lihat gambar 6), bagian selatan Jepang sebagian besar penduduknya hidup sebagai ne- layan, dan merupakan pengkonsumsi ikan cukup tinggi, yaitu 286-410gram/hari (Setyorini, 2003).

Minamata disease , kadang-kadang dikenal sebagai Chisso-Minamata disease , adalah suatu neurological syndrome yang disebabkan oleh racun merkuri. Geja- lanya meliputi kehilangan keseimbangan, numbness di tangan dan kaki, kelemahan otot umum, penglihatan yang terbatas dan kerusakan pada pendengaran dan suara. Di dalam kasus yang tinggi, penyakit gila, kelumpuhan, pingsan dan kematian bisa terjadi dalam hitungan minggu dari serangan dari gejala. Suatu bentuk congential dari penyakit dapat juga mempengaruhi janin di dalam kandungan (Pabico, 2006).

Minamata disease merupakan yang pertama dite- mukan di dalam kota Minamata di Kumamoto, Je- pang, 1956. Racun merkuri disebabkan oleh pelepa- san metil merkuri di dalam wastewater industrial oleh pabrik kimia Chisso corporation dari 1932 hingga 1968. Bioaccumulated terjadi pada ikan di daerah teluk Minamata dan laut Shiranui, dimana dikonsumsi oleh masyarakat lokal yang mengandung racun merkuri.

Sejak Maret 2001, 2.265 korban telah secara resmi diketahui terkontaminasi merkuri dan meninggal. Lebih dari 10,000 penderita telah menerima ganti- rugi keuangan dari Chisso. Penuntutan perkara dan klaim untuk ganti-rugi berlanjut sampai hari ini. Dampak selanjutnya yang telah diketahui setelah Minamata disease, terjadi di dalam daerah adminis- trasi Niigata tahun 1965. Kedua-duanya baik Mina- mata disease dan Niigata Minamata disease meru- pakan dua di antara empat bencana polusi yang besar di Jepang.

Usaha medis yang dilakukan untuk mengatasi masalah mercury disease sebagai berikut :

  • Mendorong institusi pelayanan kesehatan sepanjang / seluruh daerah untuk bergabung ke dalam Mercury Free health care.

  • Menghasilkan kesadaran dari mercury’s health and environmental hazards , bersama dengan ketelitian dan keterkaitan dari alternatif dengan mendidik para pekerja pelayanan kesehatan, manajemen, para sis- wa, para guru dan masyarakat.

  • Mengumpulkan dan berbagi ilmu agar bisa dengan jelas mempertunjukkan bukti ilmiah yang kuat dari mercury’s hazards dan alternatif untuk kelangsu- ngan hidup.

  • Menilai praktek manajemen air raksa, melakukan inventaris air raksa, membuat daftar nama, kebija- kan, petunjuk dan protokol.

  • Menambahkan pendidikan tentang merkuri untuk mengorganisir program orientasi, dan membuat data dasar dari rumah sakit. Menghubungi semua rumah sakit di daerah untuk menghapuskan setahap demi setahap air raksa dari pelayanan kesehatan, dengan perolehan dan membangun mercury free medical device (Pabico, 2006)

1 Like

Toksisitas Merkuri


Pengaruh toksisitas merkuri terhadap manusia tergantung dari bentuk komposisi merkuri, rute masuknya kedalam tubuh dan lamanya terpajan. Toksisitas uap merkuri pada tubuh melalui saluran pernafasan biasanya menyerang sistem syaraf pusat, sedangkan toksisitas kronik dapat menyerang ginjal (Darmono, 2001; Iman .R, 2005). Pekerja yang peka dan terpajan dengan uap merkuri sebesar 0,05 mg/m3 di udara secara terus-menerus, dapat menimbulkan gejala nonspesifik berupa neuroasthenia (Idris, 1998). Menurut ATSDR (2011), merkuri dapat menembus darah-otak dan plasenta. Diketahui pula bahwa pada anak-anak peningkatan risiko toksisitas pada paru-paru mungkin terjadi dan dapat berkembang menjadi gangguan dalam pernafasan (sulit bernafas).

Menurut Silalahi (2005), Hg berpengaruh terhadap proses ateroskelorsis (penyempitan dan penebalan pembuluh darah) karena Hg dapat membentuk radikal bebas yang dapat merusak sel. Kandungan merkuri tinggi, yaitu sebesar > 2,0 mg/g pada rambut pria dewasa dapat berkolerasi dengan peningkatan risiko PJK, dan atau infarksi miokardial 2-3 kali lipat dibandingkan dengan yang memiliki kandungan merkuri rendah.

Organ Hg pada induk (µg/g) Hg pada janin (µg/g)
Ginjal 518 5,8
Paru-paru 77,5 0,6
Hati 8 10,1
Cerebrum 10,9 0,05
Cerebellum 5,8 0,24
Jantung 3,2 0,15
Limpa 5,2 1,8
Darah 15 µg/100 ml 2,35 µg/100 ml

Keracunan Merkuri

Paparan merkuri dapat menimbulkan efek negatif bagi kesehatan, yaitu berupa keracunan merkuri. Peristiwa keracunan merkuri tersebut telah terjadi di berbagai Negara dan memakan banyak korban, baik yang cidera maupun korban yang meninggal. Hal ini seperti yang dijelaskan pada table di bawah ini :

Lokasi Tahun Akibat
Minamata-Jepang 1953-1960 111 orang meninggal cidera
Irak 1961 35 orang meninggal 321 orang cidera
Pakistan Barat 1963 4 orang meninggal 34 orang cidera
Lokasi Tahun Akibat
Guatemala 1966 20 orang meninggal 45 orang cidera
Nigata-Jepang 1968 5 orang meninggal 25 orang cidera

Keracunan oleh logam merkuri tersebut dibagi menjadi dua jenis, yaitu keracunan merkuri akut dan kronis.

Keracunan Akut


Keracunan akut terjadi karena adanya pemaparan merkuri secara langsung dan dalam dosis yang besar (Irwan, 2009). Gejala yang ditimbulkan dari kejadian keracunan akut adalah pharyngitis (peradangan tekak), dyspaghia, sakit pada bagian perut, mual-mual dan muntah, murus disertai dengan darah dan shok. Apabila gejala tersebut tidak diatasi, maka dapat terjadi efek lanjutannya yaitu pembengkakan pada kelenjaran ludah, radang ginjal (nephritis) dan radang pada hati (hepatitis) (Palar, 1994). Menurut Kamitsuka et al. (1984) dalam W. Hartono (2003), beberapa kasus Keracunan merkuri akut telah terjadi pada pekerja tambang emas tradisional yang sedang mengekstraksi emas dan pada neonates yang terinhalasi merkuri dari thermometer yang pecah, dengan gejala seperti batuk, nyeri dada, sesak nafas, bahkan dapat menimbulkan bronchitis dan pneumonitis.

Di dalam tubuh, senyawa atau garam-garam merkuri yang merupakan penyebab dari keracunan akut akan mengalami proses ionisasi. Akibat dari adanya proses ionisasi tersebut adalah daya racun dari senyawa atau garam-garam merkuri tersebut dapat menjadi berlipat ganda. Adapun proses ionisasi yang terjadi adalah sebagai berikut (Palar, 1994):

Hg(CN)2 Hg2+ + CN

Keracunan Kronis


Keracunan kronis adalah kejadian keracunan yang terjadi dalam kurun waktu yang lama dengan kadar merkuri yang sedikit dan terjadi secara perlahan-lahan dan terus-menerus, sehingga dapat mengendap dalam tubuh dan menimbulakan gejala keracunan. Keracunan ini dapat terjadi karena menghirup uap atau debu merkuri atau melakukan kontak dengan merkuri melalui kulit. Tanda-tanda yang ada pada pekerja yang terpajan merkuri secara kronik meliputi: pengeluaran ludah berlebih (hipersaliva), sariawan, gigi menjadi tanggal, guratan biru pada gusi, nyeri dan mati rasa pada bagian kaki dan tangan, nephritis, diare, gelisah, sakit kepala, penurunan berat badan, anoreksia, jiwa tertekan, halusinasi, dan kemunduran mental secara jelas (W. Hartono, 2003).

Selain itu, menurut Widowati (2008), toksisitas kronis dapat berupa gangguan sistem pencernaan, gingivitis (radang gusi), dan sistem syaraf, berupa tremor, parkinson, gangguan lensa mata berwarna abu-abu sampai abu-abu kemerahan, serta anemia ringan. Hal tersebut juga sejalan dengan Palar (1994), yang menyatakan bahwa secara umum terdapat dua organ yang akan mengalami gangguan akibat keracunan kronis tersebut, yaitu sistem pencernaan dan sistem syaraf. Gejala dapat berupa gingivitis, tremor ringan dan parkinsonisme disertai dengan tremor pada otot sadar. Gejala tremor dimulai dari ujung jari tangan/ kaki dan menjalar sampai otot wajah dan pangkal tenggorokan.

1 Like