Apa saja dampak dari pencemaran air?

Pencemaran air

Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas dari air tersebut turun hingga batas tertentu yang menyebabkan air tidak berguna lagi sesuai dengan peruntukannya.

1. Banyak organisme air yang mati

Polusi air akan memberikan dampak yang pertama adalah memusnahkan kehidupan di air. Kehidupan di air ini termasuk juga kehidupan organisme yang ada di air. Air banyak sekali mengandung organisme, baik yang terlihat maupun tidak terlihat. organisme air ini meliputi juga fitoplankton dan juga zooplankton. Fitoplankton merupakan makhluk yang sangat berperan sebagai sumber makanan bagi banyak binatang-binatang air.

Binatang air akan sulit mendapatkan makanan dan lama- lama akan mati. Begitu juga dengan zooplankton. Zooplankton juga merupakan sumber makanan bagi beberapa jenis binatang air. Ketika zooplankton ini musnah, maka banyak binatang air yang tidak mendapatkan makanannya. Akibatnya akan banyak sekali binatang- binatang air yang akan musnah.

2. Banyak binatang dan tumbuhan air yang mati

Selain berdampak pada matinya organisme-organisme yang hidup di air. Polusi air juga bisa langsung berefek pada matinya binatang dan tumbuhan yang ada di air. Binatang dan tumbuhan merupakan kekayaan yang dimiliki oleh kehidupan air, tanpa adanya binatang dan tumbuh- tumbuhan maka kehidupan di air seperti tidak ada. Binatang dan tumbuhan juga mempunyai banyak manfaat bagi air itu sendiri.

Tumbuhan akan memberikan banyak stok Oksigen di dalam air karena tumbuhan air pun juga melakukan fotosintesis, sehingga membuat air seperti hidup. Selain itu, matinya binatang dan tumbuhan juga akan berdampak buruk bagi kelangsungan hidup manusia. Betapapun tumbuhan dan binatang air merupakan sumber makanan bagi manusia.

3. Kurangnya kandungan oksigen yang ada di air

Polusi air juga akan menyebabkan sedikitnya kandungan oksigen yang ada di air. Oksigen yang menjadi sumber pernafasan bagi bintang- binatang air akan berkurang jumlahnya sehingga akan menyebabkan air tampak keruh dan tidak sehat. Oleh karena oksigen yang ada di dalam air ini sangatlah sedikit maka air ini juga akan sepi dari binatang dan tumbuhan air. Akibatnya tidak akan ada kehidupan di air ini.

4. Membuat air menjadi kotor

Polusi air juga akan berdampak pada pemandangan air. Air yang sudah terpolusi akan tampak kotor dan tidak sehat. Air yang terkena polusi biasanya akan keruh atau juga mengalami perubahan pada warna. Air yang terkena polusi tidak akan jernih lagi seperti air yang masih murni. Air yang terjena polusi juga tidak akan sedap untuk dipandang mata, karena air ini merupakan air yang telah tercemar sehingga kurang layak untuk dikonsumsi

5. Menurunkan kualitas air tanah

Polusi air juga akan memberikan dampak buruk pada kualitas air tanah. Mengapa air tanah? Karena suatu sumber air pastilah tanah-tanah yang di dekat sumber air tersebut juga akan mengandung air yang sama dengan air yang ada di sumber air tersebut. Sehingga dengan kata lain kita bisa menyebutkan bahwa air tanah yang ada di sekitar sumber air yang terpolusi juga akan bisa terkena polusi.

Air tanah ini akan menurun kualitasnya. Hal ini sangat berbahaya, terlebih jika air tanah ini dikonsumsi oleh masyarakat. Maka dari itulah masyarakat yang hidup di sekitar sumber air yang terkena polusi akan mengonsumsi air yang lebih rendah kualitasnya (meskipun mereka tidak mengonsumsi air berpolusi secara langsung) dibandingkan dengan masyarakat yang jauh dari sumber air yang terkena polusi.

6. Menimbulkan berbagai macam penyakit

Dampak yang tidak bisa dipungkiri dari adanya polusi air ialah timbulnya berbagai macam jenis penyakit. Penyakit-penyakit ini dapat menimpa manusia maupun makhluk hidup lainnya, seperti binatang dan juga tumbuhan. Banyak sekali jenis penyakit yang dapat muncul akibat adanya polusi air. Sebagian penyakit yang sering muncul adalah kategori penyakit kulit dan juga pencernaan.

Hal ini karena selain dikonsumsi (diminum), air juga digunakan untuk membersihkan badan dan juga pakaian yang pada akhirnya akan digunakan pada badan. Penyakit ini dapat muncul dari virus- virus maupun zat yang ada pada air yang terkena polusi. Biasanya penyakit seperti ini akan bersifat massal (banyak orang yang akan menderita), karena memang selain air dikonsumsi untuk umum juga karena penyakit seperti ini biasanya akan menular.

7. Perubahan tingkat keasaman (pH) pada air

Polusi air juga dapat merubah sifat-sifat asli yang dimiliki oleh air bersih/ air murni. Salah satu sifat yang akan dirubah oleh polusi air adalah tingkat keasaman atau pH. Tingkat keasaman ini jelas selalu dimiliki oleh air. Air yang normal atau air bersih biasnya memiliki tingkat keasaman sekitar 5 hingga 7. Sementara air yang telas terkena polusi biasanya memiliki tingkat pH dibawah atau di atas dari pH air normal yang sebenarnya. Tingkat keasaman pada air ini biasanya akan berdampak pada hal- hal tertentu yang akan mempengaruhi kemampuan atau manfaat air (baca: fungsi air hujan).

8. Timbulnya endapan, koloid, dan juga bahan-bahan terlarut di air

Dampak selanjutnya yang ditimbulkan dari polusi air adalah timbulnya endapan, koloid, ataupun bahan-bahan yang terlarut di dalam air. Biasanya benda-benda inilah yang menyebabkan polusi di dalam air. Benda-benda ini (endapan, koloid, dan bahan terlarut lainnya) bisa didapatkan dari bermacam- macam sumber seperti rumah tangga, industri, dan lain sebagainya. Benda- benda seperti ini akan bercampur di dalam air dan bisa saja berbentuk ampas maupun tidak. Benda-benda tersebut selai n menyebabkan polusi juga bisa mengotori air dan merubah warna, bau, rasa, hingga kandungan yang dimiliki oleh air itu sendiri.

Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air minum, meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan sebagainya. Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat (dari kegiatan pertanian) telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali (eutrofikasi berlebihan). Ledakan pertumbuhan ini menyebabkan oksigen, yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisi mereka menyedot lebih banyak oksigen. Sebagai akibatnya, ikan akan mati, dan aktivitas bakteri menurun.

Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi atas 4 kelompok, yaitu:

  1. Dampak terhadap kehidupan biota air
  2. Dampak terhadap kualitas air tanah
  3. Dampak terhadap kesehatan
  4. Dampak terhadap estetika lingkungan

1. Dampak terhadap kehidupan biota air

Banyaknya zat pencemaran pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga mengakibatkan kehidupan dalam air membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya. Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Panas dari industri juga akan membawa dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak didinginkan terlebih dahulu.

2. Dampak terhadap kualitas air tanah

Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah terjadi dalam skala yang luas, hal ini dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di Jakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut.

3. Dampak terhadap kesehatan

Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain:

  • Air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen,

  • Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit,

  • Jumlah air yang tersedia tidak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat membersihkan diri,

  • Air sebaga media untuk hidup vector penyakit.

4. Dampak terhadap estetika lingkungan

Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika lingkungan.

Selain itu, dampak yang ditimbulkan oleh polusi air, diantaranya:

  1. Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya kandungan oksigen
  2. Terjadinya ledakan ganggang dan tumbuhan air
  3. Pendangkalan dasar perairan
  4. Tersumbatnya penyaring reservoir, dan menyebabkan perubahan ekologi
  5. Dalam jangka panjang mengakibatkan kanker dan kelahiran cacat
  6. Akibat penggunaan pestisida yang berlebihan selain membunuh hama dan penyakit, juga membunuh serangga dan makhluk yang berguna terutama predator
  7. Kematian biota kuno, seperti plankton, ikan bahkan burung
  8. Dapat mengakibatkan mutasi sel kanker dan leukemia

Dampak Pencemaran Air

Pencemaran air dapat menyebabkan berkurangnya keanekaragaman atau punahnya populasi organisme perairan seperti benthos, perifiton, dan plankton. Dengan menurunnya atau punahnya organisme tersebut maka sistem ekologi perairan dapat terganggu. Sistem ekologi perairan (ekosistem) mempunyai kemampuan untuk memurnikan kembali lingkungan yang telah tercemar sejauh beban pencemaran masih berada dalam batas daya dukung lingkungan yang bersangkutan. Apabila beban pencemaran melebihi daya dukung lingkungannya maka kemampuan itu tidak dapat dipergunakan lagi. Pencemaran air selain mengakibatkan dampak buruk pada lingkungan dan menurunkan keanekaragaman serta mengganggu estetika juga berdampak negatif bagi kesehatan makhluk hidup, karena di dalam air yang tercemar selain mengandung mikroorganisme patogen, juga mengandung banyak komponen beracun (Nugroho, 2006 dalam Minyak, n. d.).

Penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan (tercemar) dapat menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan. Ganguan kesehatan tersebut dapat berupa penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Menurut Slamet (2002)

beberapa penyakit bawaan air yang sering ditemukan di Indonesia adalah (Pratiwi, 2007) :

Cholera, merupakan penyakit usus halus yang akut dan berat. Penyakit ini disebabkan oleh Vibrio cholera . Gejala utama dari penyakit ini adalah muntaber, dehidrasi dan kolaps, sedangkan gejala khasnya adalah tinja yang menyerupai air cucian beras.

Tipus Abdomalis, merupakan penyakit yang menyerang usus halus. Penyebab penyakit ini adalah Salmonella typhi . Gejala utamanya adalah panas yang terus menerus dengan taraf kesadaran yang semakin menurun.

Hepatittis A, merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis A . gejala utamanya adalah demam akut, dengan perasaan mual dan muntah, hati membengkak dan mata menjadi kuning.

Dysentrie, disebabkan oleh Entamoeba hystolitica. Gejala utamanya adalah tinja yang bercampur darah dan lendir.

Selain itu, adapula penyakit yang diakibatkan karena keracunan bahan kimia melalui air seperti keracunan cadmium, keracunan merkuri, dan keracunan kobalt.

Parameter Kualitas Air

Fisika

TDS (Total Dissolved Solid)

Total padatan terlarut merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak tersaring dengan kertas saring millipore dengan ukuran pori 0,45 μm. Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang terlarut dalam air, mineral, garam, logam, kation atau anion. Penyebab utama terjadinya TDS adalah bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan seperti sodium, kalsium, magnesium, bikarbonat, sulfat dan klorida. Sebagai contoh air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut air, misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri pencucian (Ekosistem, n.d.; What is TDS, n.d.).

TDS juga dapat berasal dari sumber organik seperti daun, lumpur, plankton, dan limbah industri serta limbah rumah tangga. Sumber-sumber lain berasal dari penggunaan pupuk dan pestisida yang digunakan pada rumput dan peternakan.

TDS diketahui dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya mengahambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya berpengaruh kepada proses fotosintesis perairan. Menurut Fardiaz (1992) padatan terlarut memiliki ukuran yang lebih kecil jika dibandingkan dengan padatan tersuspensi. TDS dinyatakan dalam satuan mg per satuan volume air (mg/L) atau juga dapat dinyatakan dalam parts per million (ppm) (Ekosistem, n.d.; What is TDS, n.d.).

Kekeruhan

Mahida (1993) mendefinisikan kekeruhan sebagai intensitas kegelapan di dalam air yang disebabkan oleh bahan-bahan yang melayang. Kekeruhan menggambarkan sifat optic yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan perairan umumnya disebabkan oleh adanya partikel-partikel suspensi seperti tanah liat, lumpur, pasir halus, bahan-bahan organik terlarut, bakteri, plankton dan organisme lainnya (Ekosistem, n.d.; NST, 2008).

Kekeruhan yang terjadi pada perairan tergenang (lentik) seperti danau lebih banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi berupa koloid dan parikel-partikel halus. Sedangkan kekeruhan pada sungai dalam keadaan banjir lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar, yang berupa lapisan permukaan tanah yang terbawa oleh aliran air pada saat hujan. (Ekosistem, n.d.; NST, 2008).

Menurut Koesoebiono (1979), pengaruh kekeruhan yang utama adalah penurunan penetrasi cahaya secara mencolok, sehingga aktivitas fotosintesis fitoplankton dan alga menurun, akibatnya produktivitas perairan menjadi turun. Kekeruhan yang tinggi juga dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi seperti pernafasan dan daya lihat organisme akuatik serta dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. Selain itu Effendi (2003) menyatakan bahwa tingginya nilai kekeruhan juga dapat menyulitkan usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air (Ekosistem, n.d.; NST, 2008).

Kimia

Phospat (PO4)

Phospat terjadi secara alami dalam batuan dan deposit mineral lainnya. Selama proses alami pelapukan, batuan secara bertahap mengurai sebagian ion phospat yang larut dalam air. Phospat memiliki tiga bentuk yaitu orthophosphate, metaphosphate (atau poliphospat) dan phospat organik terikat. Masing-masing senyawa mengandung fosfor dalam formula kimia yang berbeda. Bentuk orto yang diproduksi oleh proses alam dan ditemukan di limbah, sedangkan bentuk poli digunakan dalam deterjen. Dalam air, bentuk poli akan berubah menjadi bentuk orto.

Phospat masuk ke dalam air berasal dari kotoran manusia dan hewan, bebatuan yang kaya akan fosfor, kegiatan mencuci, limbah industri dan limpasan pupuk. Tingginya konsentrasi phospat akan mengakibatkan suatu perairan menjadi sangat subur sehingga dapat menyebabkan euterofikasi. Dampak lebih lanjut dari proses ini adalah terjadinya blooming alga dapat menyebabkan kematian kehidupan akuatik karena menurunkan kadar oksigen terlarut (Oram, n.d.).

Biological Oxygen Demand (BOD)

Biological Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan organisme hidup di dalam air lingkungan untuk memecah (mendegradasi/mengoksidasi) bahan-bahan buangan organik yang ada di dalam air lingkungan tersebut. Penguraian bahan buangan organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan adalah proses alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup (Wardhana, 2004).

Semakin tinggi nilai BOD menunjukan semakin tingginya aktivitas organisme untuk menguraikan bahan organik atau dapat dikatakan semakin besarnya kandungan bahan organik di suatu perairan tersebut. Oleh karena itu, tingginya kadar BOD dapat mengurangi jumlah oksigen terlarut suatu perairan. Apabila kandungan oksigen terlarut di dalam air lingkungan menurun, maka kemampuan bakteri aerobik untuk memecah bahan buangan organik juga

menurun. Apabila oksigen yang terlarut sudah habis, maka bakteri aerobik dapat mati. Dalam keadaan seperti ini bakteri anaerobik akan menganbil alih tugas untuk memecah bahan buangan organik yang ada di dalam air lingkungan. Hasil pemecahan oleh bakteri anaerobik menghasilkan bau yang tidak enak misalnya anyir atau busuk (Sukmadewa, 2007; Wardhana, 2004).

Chemical Oksigen Demand (COD)

Chemical Oksigen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia (Wardhana, 2004). Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dari BOD karena banyak bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dapat teroksidasi.

Persamaan yang digunakan dalam uji COD yaitu (Sukmadewa, 2007) : Organik + Cr2O7-2 + H+ à CO2 + H2O +2Cr2+3

Dalam hal ini bahan buangan organik akan dioksidasi oleh Kalium bikchromat atau K2Cr2O7 menjadi gas CO2 dan H2O serta jumlah ion crhom. K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen. Warna larutan air lingkungan yang mengandung bahan buangan organik sebelum reaksi oksidasi adalah kuning. Setelah reaksi oksidasi selesai maka akan berubah menjadi hijau. Jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk reaksi oksidasi terhadap barang buangan organik sama dengan jumlah kalium bikromat. Makin banyak kalium bikromat yang dipakai pada reaksi oksidasi, berarti makin banyak oksigen yang diperlukan. Ini berarti air lingkungan makin banyak tercemar oleh bahan buangan organik. Dengan demikian maka seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan dapat ditentukan (Sukmadewa, 2007; Wardhana, 2004).

Dissolved Oxygen (DO)

Dissolved Oxygen (DO) atau Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses

difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000 dalam Salmin 2005).

Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan serta oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik. Keperluan organisme terhadap oksigen bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktivitasnya. Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Oksigen terlarut (DO) dilaporkan sebagai miligram oksigen per liter air (mg/L) yang bisa disebut bagian berat per juta (ppm) (Volunteer Monitoring Factsheet Series, 2006).

Bakteriologis

Bakteri Fecal coli secara alami ada di usus hewan berdarah panas dan manusia. Sebagian besar bakteri Fecal coli yang ada di dalam feces (tinja) terdiri dari E. coli , dan serotipe E. coli 0157: H7 yang diketahui dapat menyebabkan penyakit serius pada manusia. Bakteri Fecal coli yang ditemukan dalam air sungai menunjukkan kontaminasi oleh limbah kotoran manusia atau hewan yang dapat mengandung bakteri lain, virus, atau organisme penyebab penyakit. Hal inilah yang menyebabkan bakteri Fecal coli dianggap “organisme indikator”. Adanya bakteri Fecal coli di dalam air merupakan peringatan adanya organisme penyebab penyakit (Water Stewardship Information Series, 2007).

Baku Mutu

KepGub Kepala DKI No. 582 Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai/Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta menyebutkan bahwa baku mutu air sungai/badan air adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat energi atau komponen lain yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang adanya dalam air pada sumber air tertentu sesuai peruntukannya.

Sebagai komponen lingkungan hidup air dapat mempengaruhi kondisi lingkungan sekitarnya, dimana penurunan kualitas air akan menurunkan kualitas lingkungan sekitarnya. Akan tetapi semakin banyaknya jumlah manusia dengan berbagai aktivitasnya berpotensi menimbulkan dampak negatif, antara lain berupa pencemaran yang dapat mengancam kesediaan air yang berkualitas.

Menurut KepGub Kepala DKI No. 582 Tahun 1995 peruntukan sungai/badan air di DKI Jakarta menurut golongan air sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu

  • Golongan A : air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

  • Golongan B : air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

  • Golongan C :air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

  • Golongan D : air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air.