Apa saja dampak apabila banyak terjadi perbuatan Ghibah ?

Ghibah

Ghibah, secara syar’i, adalah menceritakan tentang seseorang yang tidak berada ditempat dengan sesuatu yang tidak disukainya. Baik menyebutkan aib badannya, keturunannya, akhlaknya, perbuatannya, urusan agamanya, dan urusan dunianya.

Apa saja dampak apabila banyak terjadi perbuatan Ghibah ?

Manusia sebagai makhluk sosial, di saat berinteraksi terkadang disadari atau tanpa disadari ketika berkumpul perkataan yang diucapkan adalah penyakit lisan, yang dapat dikategorikan ghibah.

Mengeluarkan kata-kata yang bagaimanapun dari lisan sungguh teramat mudahnya. Akan tetapi, apa dampaknya dan bagaimana akibatnya, itulah yang sering tidak terpikirkan. Sepatah kata yang terucap sama sekali tidak akan membuat tubuh seseorang terluka, namun siapa yang tahu kalau justru hatinya yang tersayat-sayat. Atau sebaliknya, sepatah kata yang terucap, justru malah menjadi penyebab si pengucapnya mendapat celaka ataupun selamat, baik ketika di dunia maupun di akhirat kelak. Dalam kitab Hadits Arba’in Nawawiyah dituliskan bahwa ucapan ada tiga bagian : kebaikan yaitu tuntunan, keburukan yaitu yang diharamkan, dan laghum yaitu ucapan yang tidak berisikan kebaikan maupun keburukan.

Perkataan yang diucapkan lidah tidak akan keluar dari empat hal berikut ini;

  1. ucapan yang seluruhnya mengandung mudharat,
  2. ucapan yang seluruhnya mengandung manfaat,
  3. ucapan yang mengandung manfaat dan mudharat,
  4. ucapan yang tidak mengandung manfaat dan mudharat.

Rasulullah Saw bersabda :

Yang disebut muslim adalah bila saudaranya muslim yang lain merasa aman dari gangguan lisan dan tangannya, dan disebut muhajir adalah bila ia meninggalkan apa yang dilarang Allah.” (HR.Bukhari)

Di dalam tafsir al-Mishbah, dituliskan tentang ghibah yang ditulis oleh Thabathaba’i, bahwa ghibah merupakan perusakan bagian dari masyarakat satu demi satu sehingga dampak positif yang diharapkan dari wujudnya satu masyarakat menjadi gagal dan berantakan. Yang diharapkan dari wujud masyarakat adalah hubungan harmonis antar anggota-anggotanya, dimana setiap orang dapat bergaul dengan penuh rasa aman dan damai. Masing-masing mengenal anggota masyarakat lainnya sebagai seorang manusia yang disenangi, tidak dibenci atau dihindari. Adapun bila ia dikenal dengan sifat yang mengundang kebencian atau memperkenalkan aibnya, akan terputus hubungan dengannya sebesar kebencian dan aib itu. Sehingga gunjingan tersebut bagaikan rayap yang menggrogoti anggota badan yang digunjing, sedikit demi sedikit hingga berakhir dengan kematian. Tujuan manusia dalam membentuk masyarakat adalah agar masing-masing dapat hidup di dalamnya dengan satu identitas yang baik sehingga dalam interaksi sosialnya menarik dan memberi manfaat. Menggunjingnya mengantar yang bersangkutan kehilangan identitas itu bahkan merusak identitasnya serta menjadikan salah seorang dari anggota masyarakat tidak dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Dan jika pergunjingan meluas, pada akhirnya beralih kebaikan menjadi keburukan dan sirna ketenangan, keamanan, kedamaian bahkan obat pada akhirnya dapat menjadi penyakit.

Ghibah merupakan penyakit berbahaya dan menimbulkan kemudharatan yang lebih besar di dunia maupun di akhirat kelak. Dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh ghibah, dalam bermasyarakat diantaranya :

Timbulnya permusuhan

Ghibah dapat menimbulkan permusuhan, jika orang yang dighibahi mengetahui dirinya menjadi objek ghibah, maka ia akan merasa tidak senang dengan orang yang mengghibahinya. Dengan adanya ketidaksenangannya tersebut dapat menimbulkan permusuhan yang dapat memutuskan tali silaturrahmi antar keduanya. Terjadinya permusuhan di masyarakat, juga menimpa anggota majelis taklim diakibatkan ucapan yang mengandung ghibah. Biasanya saat bertemu saling bertegur sapa, dengan adanya ghibah berusaha menghindar dan jika keadaan membuat bertemu keduanya saling diam.

Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam pergaulan, manusia dihadapkan pada karakter manusia yang berbeda-beda satu sama lain. Tidak sedikit dari karakter seseorang yang ada dalam lingkungan kita, tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Dari tingkah laku maupun perkataan seseorang dapat menimbulkan pemikiran yang berbeda dalam hati kita, yang akan menimbulkan prasangka dan dari prasangka dapat menjadi ghibah. Setelah ghibah terjadi akan menimbulkan permusuhan antar keduanya.

Terzhalimi

Orang yang dighibahi jika mereka mengetahuinya akan merasa terzhalimi, ia akan merasakan sakit tapi bukan tubuhnya yang terasa sakit, melainkan hatinya dan perasaannya. Dan yang membuatnya sakit dikarenakan ucapan tentang dirinya yang tidak disukainya, yang diucapkan ketika ia tidak hadir di majelis kemudian ucapan tersebut diketahuinya. Agar ucapan tidak menzhalimi orang lain, sudah seharusnya menjaga ucapan yang akan dikeluarkan, jangan sampai terjebak dalam perrbuatan ghibah. Adapun hak orang yang terzhalimi adalah mendapatkan pengganti kedzaliman yang diterimanya. Jika tidak di dunia maka ia pasti akan menggantinya di akhirat.60

Kesempurnaan iman seseorang, di antaranya memiliki rasa kasih sayang terhadap makhluk Allah dengan mengucapkan yang baik, diam dari keburukan, melakukan hal yang bermanfaat atau meninggalkan sesuatu yang membahayakan. Ghibah merupakan perbuatan yang tidak bermanfaat dan akan menyakiti orang lain.

Merusak kehormatan orang lain

Ghibah merupakan membuka aib seseorang, yang secara otomotis telah menghinanya, dan akan mencemarkan nama baiknya. Maka Allah Swt juga akan membuka aib orang yang berghibah, sebagaimana sabda Rasulullah Saw :

“Dari Usman ibn Abi Syaibah dari al-Aswad ibn ‘Amir dari Abu Bakar ibn Iyasy dari al-A’masy dari Said ibn Abdillah ibn Juraij dari Abi Barzakh al-Aslami berkata, Rasulullah saw. bersabda “Wahai golongan orang yang menjaga lidahnya dan iman belum masuk ke dalam hatinya”Janganlah kalian menggibah (menggunjing) orang-orang Islam dan mencari-cari aib dan kesalahannya karena barang siapa mencari-cari kesalahan mereka, Allah akan mencari-cari kesalahanya pula dan barang siapa yang dicari-cari kesalahannya oleh Allah, maka Allah akan membuka aibnya di rumahnya.”

Jika aib seseorang telah terbuka mengakibatkan kehormatan orang tersebut akan tercemar di masyarakat. Adapun yang perlu dilakukan adalah mencegah terjadinya ghibah, dengan mencegahnya berarti menjaga kehormatan orang tersebut, maka Allah akan melindungi dari api neraka.

Rasulullah Saw bersabda :

"Barangsiapa yang mencegah (terjadinya ghibah) terhadap kehormatan saudaranya, maka Allah akan melindungi wajahnya dari api neraka pada hari kiamat."

Ghibah akan membuka kekurangan (aib) seseorang maka kehormatan orang tersebut akan tercemar, dan secara otomatis akan membunuh karakter seseorang di dalam bermasyarakat. Maka dalam al-Qur’an dan hadits ghibah sangat dilarang, dan dianjurkan untuk mencegah terjadinya ghibah.

Memecah ukhuwah Islamiyah

Dalam bermasyarakat, diperlukan akhlakul karimah yang merupakan perilaku manusia yang mulia, sesuai fitrahnya seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw, yang berpedoman pada kitab suci al-Qur’an yang diturunkan melalui wahyu Allah Swt.63 yang menjadi landasan dan sumber ajaran Islam secara keseluruhan sebagai pola hidup dan menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk.

Ghibah dapat menimbulkan perpecahan di masyarakat yang akan merusak ukhuwah Islamiyah. Dalam al-Qur’an dijelaskan agar persatuan dan ukhuwah Islamiyah dijaga dengan baik. Allah Swt berfirman Qs. Ali Imran ayat 103:

Artinya:Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada ditepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk".

Mahmud Yunus berpendapat, “pergaulan sesama muslimin yaitu menjaga perdamaian dan persaudaraan sesama mereka, karena itu merupakan jalan untuk mengokohkan persatuan.”

Referensi
  • Maulana Muhammad Yusuf, Muntakhab Ahadits, Dalil-Dalil enam sifat utama , Yogyakarta, Ash Shaff, 2007.
  • Muhammad bin Shalih al’utsaimin, Hadis Arba’in Nawawiyah , Yogyakarta, Absolut, 2005,
  • Abdullah bin Jarullah, Awas bahaya Lidah, Jakarta, Gema Insani Press, 1993
  • Wahid Abdus Salam Bali, 40 Dosa Lisan Perusak Iman, Solo, Al-Qowam, 2005
  • Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, Amzah, Jakarta, 2007