Apa saja ciri-ciri atau gejala Penderita Disleksia?

Disleksia

Disleksia ( dyslexia ) adalah sebuah gangguan dalam perkembangan baca-tulis yang umumnya terjadi pada anak menginjak usia 7 hingga 8 tahun. Ditandai dengan kesulitan belajar membaca dengan lancar dan kesulitan dalam memahami.

Apa saja ciri-ciri atau gejala Penderita Disleksia ?

Rata-rata gejala disleksia akan mulai muncul sejak penderita berusia muda. Beberapa gejala Karakteristik Dan Ciri-ciri Penderita Disleksia umum yang telah diketahui antara lain:

  • Anak disleksia tampak sangat cerdas dan ceria. Namun mereka memiliki kemampuan rendah dalam membaca, menulis dan mengeja kata-kata. Hal ini menyebabkan mereka dicap sebagai ‘ceroboh’ dan ‘bodoh’.

  • Kreatif dan pandai walaupun kesulitan dalam membaca dan menulis.

  • Terlambat dalam belajar berbicara. Namun saat sudah bisa berbicara, mereka pintar dalam berbicara.

  • Kesulitan dalam belajar bahasa baru, terutama bahasa asing.

  • Kesulitan dalam mengikuti kegiatan di sekolah. Anak-anak disleksia cenderung merasa frustrasi dengan kegiatan membaca. Atau menghadapi berbagai tes tertulis di sekolah mereka.

  • Kesulitan dalam membaca arah.

  • Pendengaran yang lebih tajam namun memiliki masalah dengan pengelihatan meskipun hasilnya mungkin sebaliknya.

  • Khayalan yang kuat dan suka bercerita.

  • Memiliki kemampuan gambar-ruang (visual-spatial) yang baik.

  • Meskipun mereka memiliki tingkat tinggi IQ, anak-anak disleksia tidak unggul di bidang akademik. Mereka mungkin memiliki kemampuan yang baik dalam ujian lisan tapi akan kesulitan dalam memahami tes tertulis.

  • Anak-anak disleksia biasanya akan terlihat sangat berbakat dalam drama, seni, olahraga, bercerita, desainer dan merancang mesin.

  • Sering disebut kikuk atau memiliki masalah untuk berhubungan sosial

  • Anak-anak disleksia cenderung untuk belajar lebih baik melalui demonstrasi, alat bantu visual, pengamatan dan eksperimen.

Karakteristik anak disleksia amat bervariasi, tergantung dari masalahnya. Menurut Subini (2011), ciri-ciri anak yang mengalami disleksia adalah sebagai berikut:

  • Inakurasi dalam membaca seperti membaca lambat kata demi kata jika dibandingkan deng an anak seusianya, intonasi suara turun naik tidak teratur.

  • Tidak dapat mengucapkan irama kata-kata secara benar dan proposional.

  • Sering terbalik dalam mengenali huruf dan kata, misalnya antara “kuda” dengan “daku”.

  • Sering mengulangi dan menebak kata-kata atau frasa.

  • Ketidakberaturan terhadap kata yang hanya sedikit perbedaannya misalnya “buah” dan “bau”.

  • Kesulitan dalam memahami apa yang dibaca, dalam arti anak tidak mengerti isi cerita/teks yang dibacanya.

  • Kesulitan dalam mengurutkan huruf-huruf dalam kata.

  • Sulit menyuarakan fonem (satuan bunyi) dan memadukannya menjadi sebuah kata.

  • Sulit mengeja secara benar. Bahkan mungkin anak akan mengeja satu kata dengan ber macam ucapan.

  • Membaca satu kata dengan benar di satu halaman, tapi salah di halaman yang lainnya.

  • Sering terbalik dalam menuliskan atau mengucapkan kata. Misalnya, “kucing duduk di atas kursi” menjadi “kursi duduk di atas kucing”.

  • Rancu dengan kata- kata yang singkat, misalnya “ke”. “dari”,” dan”, “jadi”.

  • Lupa meletakkan titik dan tanda-tanda baca lainnya.

Bentuk-bentuk kesulitan membaca anak yang disleksia sebagai berikut (Subini, 2011):

  • Melakukan penambahan dalam suku kata (addition), misalnya “batu” menjadi “baltu”.

  • Menghilangkan huruf dalam suku kata (omission), misalnya “masak” menjadi “masa”.

  • Membalikan huruf, kata, atau angka dengan arah terbalik kiri kanan (inversion/mirroring), misalnya “dadu” menjadi “babu”.

  • Membalikan bentuk huruf, kata, atau angka dengan arah terbalik atas bawah (reversal) misalnya “papa” menjadi “qaqa”.

  • Mengganti huruf atau angka (substitution) misalnya “lupa” menjadi “luga”, “3” menjadi “8”.

Disleksia termasuk salah satu karakteristik yang dimiliki oleh anak kesulitan belajar dan masuk dalam kategori masalah prestasi akademis. Masalahnya dibagi dalam tiga aspek, yaitu :

  • Aspek decoding atau mengalami kesulitan dalam mengubah bahasa tulisan menjadi bahasa lisan, misalnya kesulitan dalam menyebutkan huruf-huruf yang membentuk kata topi, yaitu t,o,p, dan i.

  • Aspek kelancaran (fluency atau reading fluency), reading fluency adalah kemampuan untuk menge nali kata de mi kata deng an cepat, membaca kalimat atau wacana yang lebih panjang, dan dapat dengan mudah menghu bungkannya. Kemampuan ini mengindikasikan bahw a anak mengerti materinya.

  • Aspek memahami arti bacaan (comprehension).

Ciri-Ciri Disleksia


Tanda-tanda disleksia tidaklah terlalu sulit apabila para orang tua dan guru memperhatikan mereka secara cermat. Anak yang menderita disleksia apabila diberi sebuah buku yang tidak akrab dengan mereka, mereka akan membuat cerita berdasarkan gambar-gambar yang ada di buku tersebut yang mana antara gambar dan ceritanya tidak memiliki keterkaitan sedikitpun.
Anak yang mengidap disleksia mengalami ketidakmampuan dalam membedakan dan memisahkan bunyi dari kata-kata yang diucapkan. Sebagai contoh: Dennis tidak dapat memahami makna kata “bat” (kelelawar) dan malahan mengeja satu per satu huruf yang membentuk kata lain.

Selain itu anak yang mengidap disleksia memiliki kesulitan dalam permainan yang mengucapkan bunyi-bunyi yang mirip, seperti salah mengucap “cat” dan “bat”. Berikut akan diberikan ciri-ciri anak disleksia, yaitu:

  • Membaca dengan amat lamban dan terkesan tidak yakin atas apa yang ia ucapkan.
  • Menggunakan jarinya untuk mengikuti pandangan matanya yang beranjak dari satu teks ke teks berikutnya.
  • Melewatkan beberapa suku kata, frasa atau bahkan baris-baris dalam teks.
  • Menambahkan kata-kata atau frasa-frasa yang tidak ada dalam teks yang dibaca.
  • Membolak-balik susunan huruf atau suku kata dengan memasukkan huruf- huruf lain.
  • Salah melafalkan kata-kata dengan kata lainnya, sekalipun kata yang diganti tidak memiliki arti yang penting dalam teks yang dibaca.
  • Membuat kata-kata sendiri yang tidak memiliki arti.
  • Mengabaikan tanda-tanda baca.

Semua anak pernah membuat kesalahan-kesalahan seperti di atas ketika mereka baru mulai belajar membaca. Akan tetapi pada anak-anak yang menderita disleksia kesulitan-kesulitan tersebut terus berlanjut dan menjadi masalah tersendiri bagi prestasi akademik mereka.
Sedang menurut Najib Sulhan dalam bukunya “Pembangunan Karakter pada Anak Manajemen Pembelajaran Guru Menuju Sekolah Efektif” dijelaskan bahwa ciri-ciri anak disleksia adalah sebagai berikut:

  • Tidak lancar dalam membaca
  • Sering terjadi kesalahan dalam membaca
  • Kemampuan memahami isi bacaan sangat rendah
  • Sulit membedakan huruf yang mirip
  • Selain ciri-ciri tersebut di atas, ketika belajar menulis anak-anak disleksia ini kemungkinan akan melakukan hal-hal berikut:11
  • Menuliskan huruf-huruf dengan urutan yang salah dalam sebuah kata.
  • Tidak menuliskan sejumlah huruf-huruf dalam kata-kata yang ingin ia tulis.
  • Menambahkan huruf-huruf pada kata-kata yang ia tulis.
  • Mengganti satu huruf dengan huruf lainnya, sekalipun bunyi huruf-huruf tersebut tidak sama.
  • Menuliskan sederetan huruf yang tidak memiliki hubungan sama sekali dengan bunyi kata-kata yang ingin ia tuliskan.
  • Mengabaikan tanda-tanda baca yang dalam teks-teks yang sedang ia baca.
    Ulasan ciri-ciri anak disleksia di atas dapat diketahui bahwa lebih sulit membaca dari pada mengenali kata-kata. Jika otak tidak mampu menghubungkan ide-ide yang baru diterima dengan yang telah tersimpan dalam ingatan, maka pembaca tidak mampu memahami atau mengingat konsep yang baru.

Gejala-Gejala Disleksia


Gejala disleksia sangat bervariasi dan umumnya tidak sama pada tiap penderita. Karena itu, gangguan ini biasanya sulit dikenali. Terutama sebelum sang anak memasuki usia sekolah.
Ada sejumlah gen keturunan yang dianggap dapat memengaruhi perkembangan otak yang mengendalikan fonologi, yaitu kemampuan dan ketelitian dalam memahami suara atau bahasa lisan. Misalnya membedakan kata “paku” dengan kata “palu”.

Pada balita, disleksia dapat dikenali melalui sejumlah gejala yang berupa:

  • Perkembangan bicara yang lebih lamban dibandingkan anak-anak seusianya.
  • Membutuhkan waktu lama untuk belajar kata baru, misalnya keliru menyebut kata “ibu” menjadi kata “ubi”
  • Kesulitan menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan diri, misalnya kesulitan untuk memilih kata yang tepat atau kesulitan menyusun kata dengan benar.
  • Kurang memahami kata-kata yang memiliki rima, contohnya “putrid menari sendiri”.

Gejala-gejala disleksia biasa akan lebih jelas ketika anak mulai belajar membaca dan menulis di sekolah. Anak akan mengalami beberapa kesulitan yang meliputi:

  • Kesulitan memproses dan memahami apa yang didengarnya
  • Lamban dalam mempelajari nama dan bunyi abjad
  • Sering salah atau terlalu pelan saat membaca
  • Lamban saat menulis dan tulisan yang tidak rapi
  • Kesulitan mengingat urutan, misalnya urutan abjad atau nama hari
  • Cenderung tidak bisa menemukan persamaan atau perbedaan pada “a”
  • Kesulitan mengeja, misalnya huruf ð´sering tertukar dengan huruf “b”. atau angka “6” dengan angka “9”
  • Lamban dalam menulis, misalnya saat didikve atau menyalin tulisan
  • Kesulitan mengucapkan kata yang baru dikenal
  • Memiliki kepekaan fonologi yang rendah. Contohnya, mereka akan kesulitan menjawab pertanyaan “bagaimana bunyinya apabila huruf “b” pada “buku” diganti dengan “s”?