Narsistik berasal dari mitologi Yunani mengenai Narcissus, seorang pemuda tampan yang jatuh cinta pada cerminan dirinya sendiri. Kepribadian narsistik memiliki perasaan yang berlebihan mengenai pentingnya diri sendiri dan okupasi dengan pemikiran dan ketertarikan diri sendiri yang berlebihan (Wade dan Tavris 2007).
Narcissistic Personality Disorder adalah bentuk dari narsisme yang bersifat patologis., Secara istilah narsisme adalah cinta diri sendiri yang sangat ekstrim, paham yang menganggap diri sendiri sangat superior dan sangat penting ada extreme self-impotency. (Kartono, 2000).
Orang yang berperilaku narsisme cenderung menjadi sangat self-consciousness (Chaplin, 2003), yakni perhatian yang sangat berlebihan pada diri sendiri dan apabila kecenderungan ini semakin gawat maka muncul Imaginary Audience dalam pikirannya.
Menurut aliran psikoanalisis, narsisme ialah perhatian yang sangat berlebihan kepada diri sendiri, dan kurang atau tidak adanya perhatian kepada orang lain.
Narsisme menurut Raskin dan Terry (1998) merupakan kekaguman pada diri sendiri yang ditandai dengan kecenderungan ke arah ide-ide yang mengagumkan, kebiasaan berfantasi, eksibisionisme, bersikap defensive dalam menanggapi kritik, hubungan interpersonal yang ditandai dengan perasaan menuntut hak, bersikap eksploitatif, dan kurangnya empati. Penelitian menunjukan bahwa individu narsis dinilai oleh atasan mereka sebagai individu yang kurang efektif, terutama ketika harus membantu individu lain (Robbins, 2008).
Ciri-Ciri Kecenderungan Narsistik
Individu dengan kecenderungan narsisistik mempunyai ciri-ciri, antara lain: suka bersolek, suka berdandan, dan suka mengagumi dirinya sendiri secara berlebihan.
Campbell berpendapat bahwa seseorang narsistik mempunyai ciri-ciri, antara lain:
- Mempunyai konsep diri yang selalu positif tentang dirinya (berpikir bahwa dirinya baik dalam hampir segala hal).
- Egosentrisme (memikirkan dirinya sendiri tanpa mau mendengarkan pandangan orang lain).
- Merasa diri spesial atau unik.
- Mempunyai hubungan interpersonal yang kurang baik.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder – Fourth Edition (DSM-IV) menyatakan bahwa individu dapat dianggap mengalami gangguan kepribadian narsistik meliputi:
- Merasa diri paling hebat namun seringkali tidak sesuai dengan potensi atau kompetensi yang dimiliki.
- Percaya bahwa dirinya adalah special dan unik.
- Dipenuhi dengan fantasi tentang kesuksesan, kekuasaan, kepintaran, kecantikan atau cinta sejati.
- Memiliki kebutuhan yang eksesif untuk dikagumi.
- Merasa layak untuk diperlakukan istimewa.
- Mengeksploitasi hubungan interpersonal
- Seringkali memiliki rasa iri pada orang lain atau menganggap bahwa orang lain iri padanya.
- Angkuh
Gejala kecenderungan narsistik menurut Taufik (2014), antara lain:
- Kebutuhan ekstrem untuk dipuji
- Iri pada orang lain
- Kecenderungan memanfaatkan orang lain
- Terfokus pada keberhasilan
- Kecerdasan dan kecantikan diri
- Perasaan kuat bahwa mereka berhak mendapatkan sesuatu