Apa saja cabang-cabang ilmu Antropologi?

Antropologi adalah ilmu tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh pengertian ataupun pemahaman yang lengkap tentang keanekaragaman manusia

Dalam pembagian yang dilakukan oleh Koentjaraningrat (1996) berdasarkan perkembangan antropologi di Amerika Serikat, ruang lingkup dan batas lapangan perhatian kajian antropologi memfokuskan kepada sedikitnya lima masalah berikut ini (Koentjaraningrat, 1996), yaitu:

  1. masalah sejarah asal dan perkembangan manusia dilihat dari ciri-ciri tubuhnya secara evolusi yang dipandang dari segi biologi;
  2. masalah sejarah terjadinya berbagai ragam manusia dari segi ciri-ciri fisiknya.
  3. Masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya beragam kebudayaan di dunia;
  4. Masalah sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai macam bahasa di seluruh dunia.
  5. Masalah mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat-masyarakat suku bangsa di dunia.

Berikut adalah cabang-cabang dari keilmuan antropologi yang ada saat ini.

1. Antropologi Fisik/Biologi/Paleoantropologi


Antropologi Fisik atau Antropologi Biologi adalah cabang antropologi yang memfokuskan kajiannya pada manusia sebagai organisme biologis, yang salah satunya menekankan pada kajian masalah evolusi manusia.

Sementara kajian yang secara khusus meneliti sisa-sisa tubuh yang telah membatu (fosil) yang ditemukan dalam lapisan-lapisan tanah disebut paleoantropologi. Antropologi fisik ini mempelajari keragaman manusia di dunia dilihat dari segi fisiknya.

Ilmu ini mencoba untuk memahami sejarah terjadinya keragaman makhluk manusia berdasarkan

  • Ciri-ciri fisik atau tubuhnya yang tampak secara lahiriah (fenotipik), seperti warna kulit, indeks tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tinggi dan bentuk tubuh,
  • Ciri-ciri fisik bagian “dalam” (genotipik) seperti golongan darah.

Berdasarkan klasifikasi di atas, manusia dapat digolongkan ke dalam beberapa golongan yang disebut ras. Kita ketahui bahwa di dunia ini terdapat beberapa kategori ras seperti ras kaukasoid, melanesoid, negroid, dan sebagainya.

2. Antropologi Budaya


Antropologi Budaya adalah cabang antropologi umum yang berupaya mempelajari kebudayaan pada umumnya dan beragam kebudayaan dari berbagai bangsa di seluruh dunia. Ilmu ini mengkaji bagaimana manusia mampu berkebudayaan dan mengembangkan kebudayaannya dari masa ke masa.

Fokus yang dipelajari oleh ilmu ini adalah cara hidup manusia dalam memelihara dan mengubah lingkungannya. Cara hidup ini diperoleh manusia melalui proses belajar (sosialisasi) dan pengalaman hidup.

3. Prasejarah


Prasejarah atau prehistori mempelajari sejarah perkembangan dan persebaran semua kebudayaan manusia sebelum manusia mengenal tulisan.

Jika dilihat secara umum, maka perkembangan sejarah kebudayaan umat manusia dapat dibagi ke dalam 2 bagian. Pertama, masa sejak munculnya makhluk manusia sekitar 800.000 tahun yang lalu hingga masa di mana kebudayaan manusia belum mengenal tulisan, dan kedua, adalah masa kebudayaan manusia setelah mengenal tulisan.

Batas antara kedua masa tersebut tidaklah sama bagi semua kebudayaan yang ada di muka bumi ini. Beberapa kebudayaan tercatat telah mengenal tulisan sejak 4000 tahun S.M.; seperti kebudayaan Minoa yang bekas-bekasnya dapat ditemui di Pulau Kreta.

Beberapa kebudayaan lain mengenal tulisan kira-kira 3000 tahun S.M., seperti kebudayaan Yemdet Nasr di Irak Selatan dan kebudayaan Harapa-Mohenjodaro di daerah Sungai Sindu di Pakistan. Selain itu ada kebudayaan yang baru mengenal tulisan sekitar 100 tahun S.M., dan beberapa kebudayaan yang diketahui baru mengenal tulisan pada abad ke 20 (Koentjaraningrat, 1996).

Bahan penelitian dari ilmu prasejarah adalah bekas-bekas kebudayaan seperti benda-benda dan alat-alat (artefak) yang tertinggal di dalam lapisan-lapisan bumi.

Selain ilmu prasejarah, ilmu yang dikenal mempelajari bekas-bekas kebudayaan tersebut adalah arkeologi. Namun, arkeologi di Indonesia telah mendapat kekhususan dalam kajiannya, karena lebih memfokuskan kajiannya pada jaman prasejarah di Indonesia hingga masa jatuhnya negara negara Indonesia-Hindu dan lenyapnya kebudayaan Indonesia-Hindu tersebut. Ilmu prasejarah di Indonesia masih sangat muda, yaitu sekitar tahun 1930-an, yang dipelopori oleh A.J.J. Van Der Hoop dan C.T. Van Stein Callenfels.

Di Indonesia, ilmu prasejarah ini tidak menjadi bagian dari ilmu antropologi tetapi menjadi bagian dari arkeologi.

4. Antropologi Linguistik

Cabang ilmu antropologi budaya yang secara spesifik mengkaji masalah bahasa ini adalah antropologi linguistik (linguistic anthropology) atau etnolinguistik.

Manusia diberi kelebihan dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya dalam menciptakan simbol simbol yang terangkum dalam istilah bahasa. Bahasa sangat penting sebagai media berkomunikasi sehingga interaksi antarindividu atau antarkelompok akan menjadi lebih efektif.

Selain kemampuan menciptakan bahasa, manusia pun masih memiliki insting dalam berkomunikasi seperti halnya yang dimiliki oleh makhluk hidup lainnya. Hanya bedanya, makhluk hidup selain manusia tidak mampu menciptakan bahasa seperti manusia.

Bahasa merupakan lambang kepintaran yang dimiliki manusia yang diperolehnya melalui proses belajar. Oleh karena itu, bahasa merupakan ciri dari kehidupan manusia atau bahasa merupakan ciri dari kebudayaan manusia.

Bahasa yang diciptakan sekaligus dipelajari oleh manusia pada akhirnya akan berfungsi mengikat bagi manusia itu sendiri dalam menggunakannya. Dalam hal ini, bahasa menjadi salah satu unsur kebudayaan yang memiliki kaidah-kaidahnya sendiri yang berada “di luar” individu yang menggunakannya.

Sebagai contoh, jika Anda menemui ada individu sebagai anggota masyarakat di mana Anda berada menggunakan bahasa dengan kaidah-kaidah di luar ketentuan yang berlaku maka pesan yang ingin disampaikannya tidak akan diterima/dimengerti oleh orang lain begitu pula oleh Anda sendiri.

Bahasa merupakan kesepakatan bersama seluruh anggota masyarakat yang menggunakannya. Bahasa sebagai simbol untuk berkomunikasi saat ini telah berkembang sangat kompleks, walau pun mungkin masih ada beberapa suku bangsa yang hidup terpencil masih menggunakan bahasa yang relatif sederhana, baik dalam jumlah kata-kata atau pun tata bahasanya.

Bahasa memiliki fungsi sebagai media transmisi (sosialisasi) unsur-unsur kebudayaan dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Karena fungsinya itu, bahasa menjadi salah satu unsur penting untuk dipelajari oleh antropologi.

5. Etnologi dan Antropologi Sosial

Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas-asas manusia melalui kajiannya terhadap sejumlah kebudayaan suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia.

Antropologi dibedakan menjadi 2 bagian atas dasar perbedaan fokus kajiannya.

  • Pertama, ilmu yang lebih memfokuskan diri pada kajian bidang diakronik (kajian dalam rentang waktu yang berurutan), yang tetap menggunakan nama etnologi.

  • Kedua, ilmu yang lebih menekankan perhatiannya pada bidang sinkronik (kajian dalam aktu yang bersamaan), yang lebih akrab dengan sebutan antropologi sosial.

Di antara ahli antropologi yang mengembangkan teori-teori antropologi sinkronik adalah A.R. Radcliffe-Brown. Ia adalah seorang ahli antropologi Inggris yang mencoba mencari asas-asas kebudayaan dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan masyarakat.

Menurutnya, para ahli antropologi harus berbuat lebih dari yang dilakukan oleh para ahli pada fase kedua, yaitu yang hanya puas dengan mempelajari kebudayaan hanya untuk mengetahui sejarah dan persebaran kebudayaan-kebudayaan di muka bumi ini.

6. Etnopsikologi

Etnopsikologi atau antropologi psikologi adalah sebuah kajian antropologi yang menggunakan konsep-konsep psikologi dalam proses analisanya.

Berkembang sekitar awal abad ke 19 (tahun 1920-an) Kajian ini berkembang di Amerika dan Inggris manakala ada kebutuhan untuk mengetahui:

  • Kepribadian bangsa,
  • Peranan individu dalam proses perubahan adat-istiadat, dan
  • Nilai universal dari konsep-konsep psikologi.

Kebutuhan pertama muncul ketika hubungan antarbangsa mulai diperhatikan demi kepentingan hubungan internasional terutama sejak Perang Dunia I.

Sebetulnya beberapa kajian tentang kepribadian suatu suku bangsa pernah dilakukan oleh beberapa ahli terutama terkait dengan kepentingan untuk mengetahui kepribadian penduduk di daerah jajahan, tetapi konsep-konsep dan istilah-istilah yang digunakan tergolong masih kasar dan kurang cermat.

Baru sekitar tahun 1920-an, para ahli antropologi mempelajari masalah kepribadian suatu suku bangsa dengan lebih cermat dan teliti dengan menggunakan konsep-konsep dan teori-teori psikologi. Dengan demikian, mereka dapat mendeskripsikan kepribadian suatu suku bangsa dengan lebih objektif dan teliti untuk menemukan kepribadian umum warga suatu bangsa atau suatu suku bangsa.

Pada tahun-tahun tersebut di Amerika Serikat juga dimulai suatu kajian antropologi yang memfokuskan diri pada peranan individu dalam proses perubahan adat-istiadat. Dalam kajian antropologi sebelumnya, pada umumnya keberadaan individu yang berperilaku menyimpang tidak mendapat perhatian, karena perhatian para ahli lebih terfokus pada pola-pola kehidupan yang telah mapan.

Baru disadari kemudian bahwa gejala perilaku individu yang menyimpang dapat dipahami dalam kaitannya dengan perubahan sosial-budaya dari kebudayaan suatu bangsa atau suatu suku bangsa. Atas dasar kajiannya terhadap gejala kepribadian suatu suku bangsa ini, para ahli antropologi juga dapat mengkritisi beberapa teori psikologi yang dihasilkan atas dasar suatu penelitian pada masyarakat Eropa. Atas kajiannya terhadap masyarakat di luar Eropa, beberapa teori psikologi yang ada saat itu ternyata belum tentu dapat diterapkan atau berlaku secara universal.

Oleh karena itu, masih perlu kehati-hatian dalam menerapkannya untuk mengkaji masalah kepribadian umum pada masyarakat di luar Eropa.

7. Antropologi Spesialisasi

Beragamnya keperluan dalam memahami suatu masalah kemasyarakatan menyebabkan para ahli sosial, termasuk antropologi, mencoba lebih memfokuskan pada bidang-bidang tertentu. Walaupun demikian, seorang ahli antropologi tetap akan memahami bidang yang ditelitinya pada konteks keseluruhan aspek kemasyarakatan (ingat pendekatan holistik). Kebutuhan pemecahan masalah pada bidang-bidang tertentu tersebut menyebabkan munculnya kekhususan-kekhususan pada antropologi.

Beberapa perkembangan antropologi yang menjurus pada lahirnya bidang-bidang spesial dari antropologi seperti antropologi ekonomi, antropologi politik, antropologi kependudukan, dan lain-lainnya.

Antropologi ekonomi

Pada tahun 1930-an, seorang ahli antropologi Inggris R. Firth memulai meneliti gejala ekonomi pedesaan seperti masalah permodalan, pengerahan tenaga kerja, sistem produksi, pemasaran sistem pertanian dan perikanan. Hal ini beliau lakukan di wilayah Osenia dan Malaysia.

Apa yang telah dilakukan R. Firth ini kemudian banyak diikuti oleh murid-muridnya bahkan para ahli antropologi lainnya yang mencoba mengadakan penelitian di daerah lain. Bahkan metode dan pendekatan yang digunakan R. Firth terus mengalami perkembangan sehingga menjadikan kajian antropologi terhadap kehidupan ekonomi masyarakat menjadi semakin mantap. Kajian ini secara luas dikenal dengan antropologi ekonomi.

Di Indonesia, beberapa kajian antropologi ekonomi cukup banyak mendapat perhatian terutama yang berupa upayaupaya para ahli baik dari Eropa dan Amerika maupun para sarjana antropologi Indonesia sendiri yang berusaha memahami masalah perekonomian para petani, nelayan, masyarakat di sekitar hutan, masyarakat meramu di Papua dan sebagainya.

Antropologi politik

Perbedaan asas-asas dalam menyelenggarakan pemerintahan dalam masyarakat modern (industri) dengan masyarakat nonindustri menjadi perhatian para ahli antropologi yang secara khusus memperhatikan masalah politik lokal (tradisional).

Perhatian ini sebenarnya telah lama berkembang sejalan dengan kebutuhan para negara jajahan pada waktu itu untuk memahami pola pemerintahan (kekuasaan) yang ada di negara-negara jajahannya.

Akhir-akhir ini para ahli antropologi lebih tertarik pada perilaku dan budaya politik yang ternyata tidak dapat dilepaskan dari pengaruh aspek sosial budaya, latar belakang sosial budaya, sistem nilai dan norma yang berlaku di masyarakat di mana para pelaku politik tersebut berada.

Perhatian ahli antropologi terhadap gejala-gejala politik atau pemerintahan semacam itu telah melahirkan satu kajian ilmu antropologi yang disebut antropologi politik.

Salah satu contoh dari kajian antropologi politik adalah masalah demonstrasi. Perilaku para pendemo dan tokoh intelektual yang ada di belakangnya menggambarkan bagaimana sistem nilai dan norma “bekerja” dalam kehidupan politik masyarakat.

Antropologi kependudukan

Antropologi kependudukan merupakan salah satu sub antropologi yang lahir cukup baru, yaitu ketika dunia menganggap penting untuk mengatasi masalah-masalah kependudukan. Ledakan penduduk yang cukup tinggi mengkhawatirkan sebagian pihak bahwa pada suatu saat akan terjadi kelaparan, karena semakin menipisnya sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Oleh karenanya muncul berbagai ide untuk mengurangi tingkat kelahiran bayi dengan meluncurkan program-program kependudukan di setiap negara yang pada intinya untuk menekan tingginya tingkat pertambahan penduduk dunia.

Berbagai kendala yang ditemui di lapangan dalam upaya menjalankan program kependudukan, seperti program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia, telah membawa para ahli antropologi untuk ikut membantu memecahkan persoalan kependudukan tersebut.

Diketahui bahwa beberapa kendala yang menghambat kelancaran program-program kependudukan tersebut adalah disebabkan oleh latar belakang dan kondisi sosial budaya masyarakatnya. Atas dasar ini berkembanglah metode dan pendekatan antropologi yang secara khusus digunakan untuk memahami gejala kependudukan. Spesifikasi baru dari antropologi ini dikenal dengan nama antropologi kependudukan.

Antropologi kesehatan

Antropologi Kesehatan merupakan salah satu sub antropologi yang lahir cukup baru, yaitu ketika masyarakat dunia sadar akan pentingnya upayaupaya untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan.

Ledakan penduduk yang cukup tinggi diiringi pula oleh munculnya masalah kesehatan, seperti masalah sanitasi lingkungan, masalah penyakit epidemi, dan beberapa penyakit lain yang menjangkit ke sebagian besar penduduk. Akhir-akhir ini diketahui bahwa masalah kesehatan bukan saja menyangkut aspek medis tetapi juga terkait dengan kebiasaan, pola hidup, dan kondisi lingkungan.

Wabah malaria misalnya sering kali terjadi di mana sebagian gejala ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang baik. Masih ditemui adanya perbedaan pandangan antara masyarakat modern dan masyarakat tradisional dalam memandang masalah sehat atau masalah penyakit. Akibatnya, metode, cara dan konsep pengobatan tentang penyakit pun berbeda-beda pada setiap kebudayaan.

Perhatian yang serius dari kalangan ahli antropologi terhadap masalah kesehatan ini memunculkan subdisiplin baru dalam antropologi yang disebut antropologi kesehatan. Disiplin ini mencoba memahami gejala kesehatan masyarakat dalam keterkaitannya dengan masalah adat-istiadat, nilai dan norma serta keyakinan yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan.

Berbagai kendala yang ditemui di lapangan dalam upaya menjalankan program kesehatan, seperti program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Indonesia, telah membawa para ahli antropologi dan sosiologi untuk ikut membantu memecahkan persoalan kesehatan tersebut. Beberapa kendala yang menghambat kelancaran program-program kesehatan tersebut adalah disebabkan oleh latar belakang dan kondisi sosial budaya masyarakatnya yang berbeda dalam melihat konsep sehat bagi ibu dan anak.

8. Antropologi Terapan

Gejala pembangunan masyarakat sejak Perang Dunia II membutuhkan bantuan berbagai disiplin ilmu termasuk antropologi di dalamnya. Dalam antropologi, antropologi pembangunan merupakan salah satu bidang ilmu yang tergolong ke dalam antropologi terapan, bersama-sama dengan spesialisasi lain yang lebih khusus, seperti misalnya antropologi ekonomi, antropologi kesehatan, dan antropologi pendidikan.

Sebagai ilmu terapan, maka penggunaan metode-metode, konsep-konsep, dan teori-teori antropologi, misalnya, diterapkan untuk lebih memahami masalah-masalah pedesaan, masalah pendidikan, adopsi teknologi oleh para petani, masalah kehidupan para buruh pabrik dan sebagainya.

Hasilnya adalah berupa data-data yang dapat digunakan sebagai masukan dalam pembuatan kebijakan pemerintah. Mengenai relevansi antropologi bagi pemecahan masalah-masalah sosial, adalah sebagaimana dikemukakan oleh Dr. Julfita Rahardjo dari LIPI berikut ini.

Begitu juga dalam posisi ekonomi, hampir tidak ada perempuan yang tidak terlibat dalam kerja produktif tetapi nilai ekonomi kerja perempuan hampir tidak tercatat. Untuk itu Yulfita melihat pentingnya studi antropologi mengenai kedudukan perempuan yang lebih spesifik, yang variabelnya tidak tunggal. Dia juga meningkatkan bahwa banyak konsep kehidupan kita yang dibentuk dari kacamata Barat yang boleh jadi tidak memahami keadaan kita. (Kompas, Senin 7 April 2003)

Secara makro, antropologi dibagi ke dalam dua bagian, yakni antropologi fisik dan antropologi budaya.

  1. ANTROPOLOGI FISIK

Antropologi fisik mempelajari manusia sebagai organism biologis yang melacak perkembangan manusia menurut evolusinya dan memnyelidiki variasi biologisnya dalam berbagai jenis (spesies). Melaui aktivitas analisis yang mendlam terhadap fosil-fosil dan pengamatan pada primate-primata yang pernah hidup, para ahli antropologi fisik berusaha melacak nenek moyang jenis manusia untuk mengetahui bagaimana, kapan, dan mengapa kita menjadi makhluk seperti sekaran ini (Haviland, 1999).

  1. ANTROPOLOGI BUDAYA

Antropologi budaya memfokuskan perhatiannya pada kebudayaan manusia ataupun cara hidupnya dalam masyarakat. Menrut Haviland (1999) cabang antropologi budaya ini dibagi-bagi lagi menjadi tiga bagian, yakni arkeologi, antropologi linguistik, dan etnologi.

Antropologi budaya juga merupakan studi tentang praktik-praktik social, bentuk- bentuk ekspresif, dan penggunaan bahasa, dimana makna diciptakan dan diujui sebelum digunakan oleh masyaraka manusia (Burke, 2000).

Biasanya, istilah antropologi budaya dikaitkan dengan tradisi riset dan penulisan antropologi di Amerika. Pada awal abad ke-20, Franz Boas (1940) mengajukan tinjauan kirtisnya terhadap asumsi-asumsi antropologi evolusioner serta implikasinya yang cenderung bersifat rasial. Dalam hal itu, boas menyoroti keberpihakan pada komparasi dan generalisasi amtropollogi tradisional yang dinilainya kurang tepat, selanjutnya ia mengembangkan alitan baru yang sering disebut antropologi boas.

Saat ini,kajian antropologi budaya lebih menekankan pada empat sapek yang tersusun :

  • Pertimbangan politik, di mana para antropolog budaya sering terjebak oleh kepentinga-kepentinga politik dan membiarkan dalam penulisannya masih terpaku oleh metode-metode lama yang sudah terbukti kurang layak untuk menyusun sebuah karya ilmiah, seperti yang dikeluhkan said dalam orientalism (1970).

  • Menyangkut hubungan kebudayaan dengan kekuasaan. Jika pada awalnmya bertumpu pada asumsasumsi kepatuhan dan penguasaan masing-masing anggota masyarakat terhadap kebudayaannya, sedangkan pada masa kini dengan munculnya karya Bourdieu (1977) dan Foucault (1977, 1978) kian menekankan pengguanaan taktis diskursus budaya yang melayani kalangan tertentu di masyarakat.

  • Menyangkut bahasa dalam antropologi budaya, di man aterjadi pergeseran makna kebudayaan dari homogenitas ke heterogenitas yang menekankan peran bahasa sebagai system formal abstraksi-abstraksi kategori budaya.

  • Preferensi dan pemikiran individual di mana terjadi hubungan antara jati diri dan emosi, sebab antara kepribadian dan kebudayaan memiliki keterkaitan yang erat.

Cabang antropologi budaya ini dibagi-bagi menjadi tiga bagian, yakni :

  • Arkeologi

Arkeologi adalah cabang antropologi kebudayaan yang mempelajari benda-benda peninggalan lama dengan maksud untuk menggambarkan erta menerangkan perilaku manusia karena dalam peninggalan-peninggalana lama itulah terpantul ekspresi kebudayaannya.

  • Antropologi linguistik

Ernest Cassirer (1951)mengatakan bahwa manuisa adalah makhluk yang paling mahir dalam menggunakan symbol-simbolsehingga manusia disebut homo Symbolicum. Karena itulah manusia dapat berbahasa, berbicara dan melakukan gerakan-gerakan lainnya yang yang juga banyak dilakukan oleh makhlik-makhluk lain yang serupa dengan manusia.akan tetapi, hanya manusia yang yang dapat mengembangkan system komunikasi lambing atau symbol yang begitu komplekskarena m,anusia memang memiliki kemampuan bernalar. Disinilah antropologi linguistic berperan. Ia merupakan deskripsi sesuatu bahasa ( cara membentuk kalimat atau mengubah kata kerja) maupun sejarah bahasa yang digunakan “(perkembngan bahasa yang saling mempengaruhi spanjang waktu). Dari kedua pendekatan tersebut menghasilkan informasi yang berharga, tidak hanya mengenai cara orang berkomunikasi, tetapi juga tentang bagaimana memahami dunia luar.

  • Etnologi

Pendekatan etnologi adalah etnografi, lebih memusatkan perhatiaanya pada kebudayaan-kebudayaan zaman sekarang, telaahnyapun terpusat pada perilaku manusianya, sebagaimana yang dapat disaksikan langsung, dialami, sreta didiskusiakan dengan pendukung kebudsayaannya. Dengan demikian, etnologi ini mirip dengan arkeologi, bedanya dalam etnologi tentyang kekinian yang dialami dalam kehidupan sekarang, sedangkan arkeologi tentang kelampauan yang sangat klasik. Oleh karena itu, benar ungkapan Kluckhohn (1965) yang mengatakan bahwa ahli etnografi adalah ahli arkeologi yang m,engamati arkeologinya hidup-hidup.

Antropologi pada hakikatnya mendokumentasikan kondisi manusia pada masa lampau dan masa kini. Perhatian utamanya adalah pada masyarakat-masyarakat eksotis, masa prasejarah, bahasa tak tertulis, dan adat kebiasaan yang aneh. Akan tetapi, itu semata- mataadalah cara natropolog mengungkapkan perhatian terhadap tempat-tempat dan saat ini. Cara yang ditempuh antropolog ini memberikan sumbnagan unik kepada pengetahuan kita tentang apa yan sedang terjadi di dunia. Kita tidak dapat memahami diri sendiri laepas dari pemahaman kita tentang budaya. Tak peduli betapa primitif, betapa kuno, atau betapapun remeh kelihatannya. Semenjak tersingkap oleh suatu peradaban eropa yang sedang berekspansi, bangsa-bangsa primitive terus menerus melayang mangambang adi benak orang-orang pemikir bak arwah nenek moyang, senatiasa memancing–mancing kuriositas antropologis ini. “Kembali ke yang primitive” hanya demi (kembali ke)yang primitive itu sendiri, akam merupakan kedunguan, mereka yang masih berperadaban rendah (savage) bukanlah para bangsawan alam dan keberadaan hidup mereka tidak juga Firdausi (Kapplan dan Manners, 1999).

Secara keseluruhan, yang termasuk bidang-bidang khusus secara tematis dalam antropologi lainnya, adalah :

1. Antropologi Ekonomi

Bidang ini merupakan cara manusia dalam mempertahankan dan mengekspresikan diri melalui penggunaan barang dan jasa material (Gudeman, 2000). Antropologi ekonomi berusaha merangkum aspek etnografis dan teoretis, sekalipun kedua acap kali bertentangan. Sebab di satu bidang kajian ini pun membantu pengujian atas teori-teori ekonomi pada umumnya.di sisi lain, bidang lain pun dipengaruhi cabang-cabang lain dari ilmu ekonomi, khususnya aliran mikro dan neoklasik.

Melalui pengkajian pendekatan neoklasik, membuat para pemerhati antropologi ekonomi pun meyakini asumsi-asumsinya, seperti rasionalitas setiap individu, pengutamaan kalkulasi, optimalisasi, dan sebagainya yang tidak begitu relevan terhadap pendekatan-pendekatan lain yang lebih umum dalam antropologi (Gudeman, 2000). Sedangkan ekonomi makro ternyata tidak banyak member pengaruh, walaupun cakupannya begitu besar (makro) bahkan yang leb ih unik lagi adalah aliran marxisme, justru member pengaruh terhadap antropologi ekonomi.

2. Antropologi Medis

Antropologi medis merupakan subdisiplin yang sekarang paling populis di Amerika Serikat, bahkan tumbuh pesat di mana-mana. Antropologi medis ini banyak membahas hubungan antara penyakit dan kebudayaan yang tampak mempengaruhi evolusi manusia, terutama berdasarkan hasil-hasil penemuan paleopatologi (Foster dan Anderson, 1986).

Begitu luasnya ruang lingkup antropologi medis tersebut, sampai sekarang tidak mudah untuk didefinisikan subjek kajiannya.namun, yang jelas minat meneliti berbagai reaksi orang dalam masyarakat dan budaya tertentu terhadap tubuh yang menderita penyakit, telah menjadi cirri antropologi medis sejak sejak awal mula terbentuknya sampai masa sekarang. Terutama yang berjasa dalam perkembanngan disiplin ini adalah Foster dan Anderson yang menulis karyanya Medical Anthropology.

3. Antropologi Psikologi*

Bidang ini merupakan wilayah antropologi yang mengkaji tentang hubungannya antara individu dengan makna dan nilai dengan kebiasaan social dari system budaya yang ada (White, 2000). Adapun ruang lingkup antropologi psikologi tersebut sangat luas dan menggunakan berbagai pendekatan pada masalah kemunculan dalam interaksi antara pikiran, nilai, dan kebiasaan social. Kajian ini dibentuk secara khusus oleh percakapan interdisipliner antara antropogi dan lingkup lain dalam ilmu-ilmu social serta humaniora (Schwartz, 1992). Sedangkan fokus kajian bidang ini terpusat pada individu dalam masyarakat makin mendekatkan hubungan dengan psikologi dan psikiatri disbanding dengan mainstream antropologi. Namun, secara historis bidang antropologi psikologi tersebut lebih dekat pada psikoanalisis daripada psikologi eksperimental.

4. Antropologi Sosial

Bidang ini mulai dikembangkan oleh James George Frazer di Amerika Serikat pada awal abad ke-20. Dalam kajiannya, antropologi social mendeskripsi proyek evolusionis yang bertujuan untuk merekonstruksi masyarakat primitive asli dan mencatat perkmebangannya melalui berbagai tingkat peradaban.selanjutmya, pada tahun 1920-an di bawah pengaruh Brosnilaw Malinowski dan A.R. Radecliffe-Brown, penekanan pada antropologi social Inggris bregerak menjadi suatu studi komperatif masyarakat kontemporer (Kuper, 2000).

Prancis merupakan salah satu Negara eropa barat yang secara gigih memberikan pengaruh kuat terhadap perkembangan antropologi social di eropa. Pada tahun 1989, didirikan European Association of Social Anthropologists, yang kemudian dengan berbagai konferensi dan
publikasinyapda tahu 1992 diterbitkan jurnal Social Anthropology, dan bersamaan itu pula banayk diciptakan berbagai teori social kontemporer (Kuper, 1992), mereka bereksperimen dengan suatu kisaran yang luas dari strategi penelitian yang bersifat komparatif, historis, dan etnografis. Sedangkan tradisi penelitian lapangan etnografi tetap kuat, di mana Eropa sekarang pun merupakan salah satu pusat para peneliti antropologi social.

Antropologi membagi keilmuannya dalam beberapa cabang. Ada yang membagi dalam empat cabang besar, yaitu antropologi biologi, arkeologi, antropologi linguistik dan antropologi budaya pembagian seperti ini adalah pembagian yang banyak dilakukan di benua Amerika Utara juga Kanada (Barnad. 2004:4). Ada juga yang membagi dalam dua cabang besar yaitu antropologi fisik dan antropologi budaya (lihat Hoebel. 1976:7).

1. Antropologi biologi


Antropologi biologi menelaah biologi manusia, khususnya yang berkaitan dengan antropologi dan dikonsepsikan secara luas – suatu ilmu tentang manusia. Kadang-kadang subdisiplin ini disebut juga dengan istilah lama, yaitu antropologi fisik, yang cenderung mencerminkan minat dalam anatomi komparatif. Perbandingan anatomi itu meliputi khususnya hubungan antara spesies manusia dan primat yang lebih tinggi (seperti simpanse dengan gorilla) dan hubungan antara manusia dengan nenek moyangnya (seperti Homo erectus dengan Australopithecus africanus).Pembandingan anatomis ‘ras-ras’ kini semakin berkurang digantikan oleh kemajuan yang cepat di bidang genetika manusia. Genetika bersama dengan aspek-aspek demografi, ilmu forensik.

  1. Paleo – antropologi adalah ilmu bagian yang meneliti asal-usul atau terjadinya dan evolusi manusia dengan mempergunakan sisa-sisa tubuh yang telah membatu (fosil-fosil manusia).
  2. Antropologi fisik adalah bagian dari ilmu antropologi yang mencoba mencapai suatu pengertian tentang sejarah terjadinya beragam manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya.

2. Antropologi budaya


Antropologi budaya adalah cabang antropologi yang berfokus pada penelitian variasi kebudayaan di antara kelompok manusia. Antropologi budaya mengumpulkan data mengenai dampak proses ekonomi dan politik global terhadap realitas budaya lokal.

  1. Prehistori mempelajari sejarah perkembangan dan penyebaran semua kebudayaan manusia di bumi sebelum manusia mengenal huruf.
  2. Etnolinguistik atau antropologi linguistik adalah bagian dari kajian mengenai bahasa, khususnya yang terkait dengan keragaman. Jadi kajian antropologi linguisti oebih kecil dibandingkan dengan kajian ilmu linguistik secara keseluruhan.
  3. Etnologi adalah ilmu bagian yang mencoba mencapai pengertian tentang asas-asas manusia, dengan mempelajari kebudayaankebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari sebanyak mungkin suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi pada masa sekarang ini.
  • Discriptive integration adalah golongan dalam penelitian etnologi yang menekankan pada bidang diakronis. Diakronis berarti berturut-turut dalam berjalannya waktu. Tujuannya adalah untuk mencari pengertian tentang sejarah perkembangan dari suatu daerah. Misalnya, untuk membuat suatu descriptive integration suatu kebudayaan suku bangsa X, maka seorang peneliti mengumpulkan bahan tentang kehidupan masyarakat dan kebudayaan masyarakat X tersebut, serta memperhatikan juga fosil-fosil yang ada dan artefak yang digali atau ditemukan. Dengan mengolah menjadi satu semua bahan itu, peneliti mencoba mencapai pengertian tentang asal mula dan sejarah perkembangan dari suku bangsa X.
  • Generalizing approach adalah golongan dalam penelitian etnologi yang menekankan pada bidang sinkronik. Sinkronik berarti bersamaan dalam satu waktu. Tujuannya mencari asas persamaan beragam masyarakat dari kelompok-kelompok manusia di muka bumi ini. Dalam metode ini pengertian tentang asas-asas masyarakat dan kebudayaan manusia dicapai melalui sifat keragaman atau diversitasnya.
  1. Etnopsikologi adalah ilmu baru dalam antropologi, sekitar tahun 20-an (Koentjaraningrat, 2009:15-16). Ilmu bagian ini melakukan penelitian-penelitian antropologi yang dalam analisisnya banyak menggunakan konsep psikologi. Etnopsikologi inin berkembang di Amerika Serikat dan Inggris. Penelitian-penelitian seperti ini dimulai karena timbulnya perhatian terhadap tiga macam masalah, yaitu:
  • Kepribadian bangsa,
  • Peranan individu dalam proses perubahan adat-istiadat; dan
  • Masalah nilai universal dari konsep-konsep psikologi.Sekitar tahun 1920 ada beberapa ahli antropologi berhasrat mendiskripsikan kepribadian bangsa dengan lebih cermat, juga mempersoalkan cara ilmiah kebenaran tentang konsep ‘kepribadian bangsa’. Untuk mempelajari masalah itu, seorang ahli antropologi tentu perlu mengetahui banyak tentang ilmu psikologi serta konsep dan teori yang dikembangkan di dalamnya. Masalah peranan individu dalam proses perubahan adat istiadat dipelajari ketika muncul kesadaran bahwa adanya tindakan perilaku individu yang menyimpang dari adat istiadat merupakan pangkal dari proses perubahan kebudayaan. Tindakan yang menyimpang dari tindakan umum inilah yang menyebabkan para ahli antropologi menaruh perhatian terhadap konsep-konsep dan teori-teori psikologi. Melalui ilmu psikologilah seluk beluk kelakuan dan tindakan individu itu dapat dipelajari dan dipahami.
  1. Antropologi spesialisasi adalah cabang-cabang dalam antropologi yang berkembang karena adanya perubahan-perubahan dalam masyarakat yang menuntut pendekatan antropologi.
  • Antropologi ekonomi adalah bagian ilmiah yang coba menuturkan tingkah laku ekonomi manusia dalam lingkup histori, geografis serta budaya.
  • Antopologi politik menyuguhkan adaptasi kebudayaan dan metode pendekatan tingkah laku dalam mengantisipasi dan memberikan rumusan jalan ke luar terhadap masalah-masalah disintegrasi bangsa dan kesenjangan komunikasi gerakan arus bawah dengan elite politik sebagai alternatif kebijakan negara.
  • Antropologi kependudukan mempelajari cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah kependudukan. Beberapa kendala yang menghambat kelancaran program kependudukan adalah disebabkan oleh latar belakang dan kondisi sosisl budaya masyarakat.
  • Antropologi kesehatan mendiskripsikan system medis naturalistic maupun personalistik untuk mengetahui konsepsi dan sikap penduduk tentang kesehatan, sakit, dukun dan obat-obat tradisional.
  • Antropologi pendidikan
  • Antropologi perkotaan adalah pendekatan-pendekatan antropologi mengenai masalah perkotaan. Yang dimaksud dengan masalahmasalah perkotaan adalah muncul dan berkembang dalam kehidupan kota dan menjadi ciri-ciri dari hakekat kota itu sendiri.
  1. Antropologi terapan merupakan cabang antropologi yang mengkhususkan diri pada perubahan kebudayaan yang direncanakan. Tujuan kerja antropologi terapan adalah untuk memperkenalkan suatu perubahan tertertu pada cara hidup suatu masyarakat tertentu – pada umumnya berupa makanan baru, sistem sanitasi, program kesehatan atau proses pertanian. Antropologi terapan tergantung pada pengetahuan seorang ahli antropologi mengenai hukum-hukum yang menguasahi aneka ragam kebudayaan dan perubahan kebudayaan (Ihromi. 1984:122).
Referensi

http://repositori.kemdikbud.go.id/5590/1/ANTROPOLOGI%20KELOMPOK%20KOMPETENSI%20A.pdf