Apa saja Bentuk Emotional Abuse dalam Pacaran?

Emotional Abuse

Engel (Dinastuti, 2008) menyatakan emotional abuse, suatu bentuk kekerasan yang
menyelinap di masyarakat, bila dibiarkan akan menjadi kekerasan fisik ataupun non
fisik.

Apa saja Bentuk Emotional Abuse dalam Pacaran?

Emotional Abuse


Engel (Dinastuti, 2008) menyatakan Emotional Abuse , suatu bentuk kekerasan yang menyelinap di masyarakat, bila dibiarkan akan menjadi kekerasan fisik ataupun non fisik. Emotional Abuse pada korban yaitu perilaku dikontrol, diintimidasi, ditaklukkan, direndahkan, dihukum dan dikucilkan memalui kririk terus menurus secara halus melalui penggunaan rasa takut, penghinaan, intimidasi, rasa bersalah, pemaksaan, dan manipulasi. Hal ini dapat mencakup apa saja dari pelecehan verbal dan kritik terusmenerus untuk taktik yang lebih halus, seperti penolakan berulang atau bahkan penolakan pernah senang.

Kondisi Korban Emotional Abuse


Emotional Abuse dengan menggunakan kepercayaan diri korban, rasa harga diri, percaya pada persepsi mereka sendiri, dan konsep diri. Apakah itu dilakukan dengan memarahi konstan dan meremehkan, dengan intimidasi, atau di bawah kedok “bimbingan,” “mengajar”, atau "saran”. Hal ini menciptakan bekas luka yang mungkin jauh lebih dalam dan lebih tahan lama daripada luka fisik. Dengan pelecehan emosioanl, penghinaan, sindiriran, kritik serta tuduhan perlahan akan menggerogoti harga diri korban sampai dia tidak mampu menilai situasi secara realistis. Akhirnya, korban terpukul secara emosioanal dengan menyalahkan diri sendiri dengan harga diri yang rendah, korban akan terus menempel pada pelaku.sedangkan, El- Hakim, L. (2014) dalam bukunya menerangkan bahaya dari Emotional Abuse yang dialami remaja yaitu lebih mudah mengalami kecemasan perilaku, perilaku agresif, ide paranoid, gangguan pascatraumatik, gangguan depresi, dan peningkatan perilaku resiko bunuh diri dibandingkan yang tidak mengalami Emotional Abuse .

Engel (Dinastuti, 2008) menyatakan dampak atau kondisi yang akan terjadi bagi para korban Emotional Abuse diantaranya mengalami depresi, berkurangnya motivasi, kebingungan, kesulitan berkonsentrasi atau membuat keputusan, rendahnya kepercayaan diri, perasaan gagal atau tidak berarti, keputusasaan, menyalahkan diri

Faktor-Faktor Emotional Abuse


Menurut Susilowati (dalam Kharisma 2011) penyebab seseorang melakukan Emotional Abuse dalam hubungan berpacaran yaitu :

  • Pelaku melakukan intimidasi terhadap sikap orang tua mereka dalam memperlakukan orang lain.
  • Pelaku mengalami kekerasan dalam rumah tangga pada masa kecilnya.
  • Adanya persepsi bahwa hanya sedikit orang yang menyadari akibat dari kekerasan yang dilakukan.
  • Berusaha menjaga citra diri; misalnya dalam diri laki-laki ingin terlihat sebagai pemimpim dan hal ini dapat dukungan dari masyarakat.

Bentuk Emotional Abuse dalam Pacaran


Kharisma (2011) menyatakan secara umum bentuk-bentuk Emotional Abuse dalam hubungan berpacaran adalah sebagai berikut:

  • Dominasi : pelaku menggunakan kekuasaannya untuk mengontrol dan mengawasi pasangan seperti mengatur tingkah laku, menjadi orang yang menentukan peran pria dan wanita, membuat semua keputusan, mengontrol keuangan yang tujuannya membuat korban kepercayaan kepada pelaku.

  • Agresivitas verbal : mencela, menyumpahi, merendahkan dengan kata-kata yang buruk, mencaci-maki, mengancam kehidupan pasangan seperti melukai orang-orang terdekat, hewan kesayangan atau anak untuk korban yang sudah memiliki anak, mengancam akan meninggalkan korban atau mengancam bunuh diri.

  • Mengkritik dan menyalahkan : tidak pernah menghargai apa yang dilakukan pasangan, tidak mau disalahkan jika terjadi suatu masalah, menyangkal tidak ada kekerasan dan tidak memperdulikan secara serius.

  • Pengharapan yang salah ( abusive expectation ) : mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin dipenuhi oleh pasangan, karena pelaku tidak pernah puas dengan apapun yang dilakukan pasangan. Contohnya pelaku terbiasa minta uang kepada korban dan saat korban tidak memiliki uang, pelaku akan marah.

  • Pemerasan emosional ( emosional blackmail ): yaitu pelaku melakukan manipulasi rasa takut, bersalah atau kasih sayang pasangannya untuk mengikuti kehendak pelaku. Tujuannya membuat korban lebih tergantung dengan pelaku dalam mengambil keputusan dan mendefinisikan kenyataan.

  • Respon tidak terduga : perubahan mood atau suasana hati yang cepat dan drastis, ledakan emosi secara tiba-tiba tanpa alasan yang tidak jelas, serta respon yang berbeda terhadap stimulus yang sama.

  • Selalu ingin menciptakan konflik atau krisis : pelaku selalu sengaja memulai pertengkaran atau konflik dengan korban atau dengan orang lain dan senang bila dalam kondisi pertikaian.

  • Pembunuhan karakter ( character assasination), : mempermaluka korban di depan umum, membuat korban seperti pelayan, menyebarkan kebohongan kepada teman korban, membesar-besarkan masalah, serta mengecilkan prestasi korban.

  • Gaslighting : memanipulasi pasangan agar meragukan persepsi, ingatan dan kewarasan korban.

  • Pelecehan seksual ( sexual harassment ) yaitu dengn melakukan manipulasi dan ancaman untuk mendapatkan sex, menyentuh bagian-bagian tubuh tertentu dengan cara yang kasar atau tidak sopan.

  • Intimidasi : membuat korban takut dengan tatapan dan gerak tubuh, merusak barang-barang kesayangan, memamerkan senjata tajam.

  • Mengisolasi, yaitu membatasi ruang lingkup korban, mengawasi apa yang dilakukan korban, siapa saja yang ditemui dan diajak bicara, membatasi keterlibatan pihak luar, menjatuhkan dari orang-orang terdekat seperti keluarga dan sahabat, mengunakan alasan cemburu untuk membenarkan tindakannya.

Kekerasan dalam berpacaran atau emotional abuse sendiri meliputi kekerasan fisik, kekerasan emosional atau psikis, dan kekerasan seksual. Bentuk dan jenis kekerasan yang dialami korban berbeda-beda berikut merupakan penjabarannya:

1. Kekerasan verbal dan emosi

Kekerasan verbal dan emosi merupakan ancaman yang dilakukan pasangan terhadap pacarnya dengan perkataan maupun mimik wajah. Perilaku seperti ini dapat berupa keinginan untuk mengendalikan korban dengan merendahkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk mandiri secara tingkah laku.

2. Kekerasan fisik

Kekerasan fisik merupakan perilaku yang mengakibatkan pacar terluka secara fisik, seperti memukul, menampar, menendang dan sebagainya. Kekerasan berupa tamparan, tendangan, pukulan, penggunaan senjata atau benda yang berakibat adanya cedera atau luka pada tubuh korban. Macam-macam kekerasan fisik :

  • Memukul, Mengalahkan, mendesak, mendorong

Ini merupakan tipe kekerasan yang dapat dilihat dan diidentifikasi, perilaku ini diantaranya adalah memukul, menampar, menggigit, mendorong ke dinding dan mencakar baik dengan menggunakan tangan maupun dengan menggunakan alat.

  • Menahan

Perilaku ini dilakukan pada saat menahan pasangan mereka untuk tidak pergi meninggalkan mereka, misalnya menggengam tangan atau lengannya terlalu kuat.

3. Kekerasan seksual

Kekerasan seksual merupakan sentuhan bagian intim yang tidak dikehendaki, memaksa dengan kekerasan untuk melakukan hubungan seksual, perkosaaan dan percobaan perkosaan, melakukan hubungan seksual dengan orang yang sedang mabuk atau dalam pengaruh alkohol atau obat-obatan terlarang. Pemaksaan untuk melakukan hubungan seksual tanpa alat pengaman yang menyebabkan kekhawatiran akan terinfeksi HIV-Aids. Berikut ini adalah macammacam kekerasan seksual :

  • Perkosaan saat kencan

Melakukan hubungan seks tanpa ijin pasangannya atau dengan kata lain disebut dengan pemerkosaan. Biasanya pasangan mereka tidak mengetahui apa yang akan dilakukan pasangannya pada saat itu.

  • Sentuhan yang tidak diinginkan

Sentuhan yang dilakukan tanpa persetujuan pasangannya, sentuhan ini kerap kali terjadi di bagian dada, bokong dan yang lainnya.

  • Ciuman yang tidak diinginkan

Mencium pasangannya tanpa persetujuan pasangannya, hal ini bisa terjadi di area publik atau di tempat yang tersembunyi.