Apa Saja Bentuk-Bentuk dari Psikoneurosis?

psikoneurosis

Psikoneurosis juga dikenal dengan nama neurosis, ini adalah suatu kondisi gangguan mental yang hanya mempengaruhi sebagian kepribadian sehingga penderitanya masih dapat melakukan aktivitas seperti biasa. Biasanya diekspresikan secara tidak sadar dalam bentuk mekanisme pertahanan diri atau self defense mechanism.

2 Likes

Bentuk – bentuk neurosis adalah:

  1. Fugue

Asal katanya dari bahasa Latin Fugere yang berarti melarikan diri. Individu yang mengalami fugue bisa saja secara mendadak meninggalkan rumah dan semua yang dikenalnya lalu mengambil identitas baru. Hal ini biasanya terjadi karena seseorang berusaha lari dari kenyataan setelah mengalami tekanan berat. Fugue berbeda dengan amnesia, dan bukan merupakan gangguan kepribadian ganda karena identitas baru tersebut tidak selengkap identitas dalam kepribadian ganda.

  1. Somnabulisme

Berasal dari kata somnus yang berarti tidur dan ambulare yang berarti berjalan, definisi dari somnabulisme adalah tidur berjalan. Seperti dalam keadaan trance, penderita tidur sambil berjalan dan melakukan sesuatu hal. Walaupun sekilas hal ini tidak terlihat serius, nyatanya berjalan dalam tidur kerap mendatangkan bahaya bagi penderitanya.

  1. Multiple Personality

Sekarang disebut gangguan identitas disosiatif , merupakan kasus psikologi yang lebih rumit dimana penderitanya bisa memiliki dua atau lebih kepribadian di dalam dirinya. Gangguan ini biasanya muncul jika di masa kecil telah mengalami suatu trauma atau tekanan hebat.

  1. Fobia

Rasa takut yang berlebihan terhadap objek atau terhadap sesuatu tanpa bisa dijelaskan, dan tidak jarang menyebabkan stres atau depresi, cemas dan panik yang ekstrem.

  1. Obsesi

Yang dimaksud obsesi adalah ketika seseorang mengalami kecemasan berlebihan terhadap sesuatu dan menunjukkan usaha berlebihan untuk menghilangkan kecemasan tersebut.

  1. Histeria

Suatu bentuk gangguan mental yang timbul dari kecemasan yang intens. Histeria ditandai dengankejadian dimana ada kurangnya kontrol atas kesadaran dan emosi seseorang, lalu tiba – tiba mengalami ledakan emosional.

  1. Hipokondria

Hipokondria adalah gangguan psikologi dimana penderitanya merasa mengalami penyakit tertentu walaupun secara medis tidak ada gejala penyakit sama sekali. Penderita hipokondria selalu merasa takut akan terkena penyakit tertentu.

Kelainan jiwa yang disebut neurosis ditandai dengan bermacam-macam gejala. Dan berdasarkan gejala yang paling menonjol, sebutan atau nama untuk jenis neurosis diberikan. Dengan demikian pada setiap jenis neurosis terdapat ciri-ciri dari jenis neurosis yang lain, bahkan kadang-kadang ada pasien yang menunjukkan begitu banyak gejala sehingga gangguan jiwa yang dideritanya sukar untuk dimasukkan pada jenis neurosis tertentu (W.F. Maramis, 1980).

Bahwa nama atau sebutan untuk neurosis diberikan berdasarkan gejala yang paling menjonjol atau paling kuat.

Atas dasar kriteria ini para ahli mengemukakan jenis-jenis neurosis sebagai berikut (W.F. Maramis, 1980).

1. Neurosis Cemas (anxiety neurosis atau anxiety state)

Gejala-gejala neurosis cemas

Tidak ada rangsang yang spesifik yang menyebabkan kecemasan, tetapi bersifat mengambang bebas, apa saja dapat menyebabkan gejala tersebut. Bila kecamasan yang dialami sangat hebat maka terjadi kepanikan. Adapun gejala-gejala neurosis cemas adalah Gejala-gejala neurosis cemas :

  • Gejala somatis dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan seperti mengambang, lekas lelah, keringat dingan, dst.

  • Gejala psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi, perasaan tidak mampu, dst.

Faktor penyebab neurosis cemas

Menurut Maramis (1980), faktor pencetus neurosis cemas sering jelas dan secara psikodinamik berhubungan dengan faktor- faktor yang menahun seperti kemarahan yang dipendam.

Terapi untuk penderita neurosis cemas

Terapi untuk penederita neurosis cemas dilakukan dengan menemukan sumber ketakutan atau kekuatiran dan mencari penyesuaian yang lebih baik terhadap permasalahan. Mudah tidaknya upaya ini pada umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita.

2. Histeria

Gejala-gejala histeria

Histeria merupakan neurosis yang ditandai dengan reaksi-reaksi emosional yang tidak terkendali sebagai cara untuk mempertahankan diri dari kepekaannya terhadap rangsang- rangsang emosional. Pada neurosis jenis ini fungsi mental dan jasmaniah dapat hilang tanpa dikehendaki oleh penderita. Gejala- gejala sering timbul dan hilang secara tiba-tiba, teruma bila penderita menghadapi situasi yang menimbulkan reaksi emosional yang hebat.

Jenis-jenis histeria

Histeria digolongkan menjadi 2, yaitu reaksi konversi atau histeria minor dan reaksi disosiasi atau histeria mayor.

  • Histeria minor atau reaksi konversi

Pada histeria minor kecemasan diubah atau dikonversikan (sehingga disebut reaksi konversi) menjadi gangguan fungsional susunan saraf somatomotorik atau somatosensorik, dengan gejala: lumpuh, kejang-kejang, mati raba, buta, tuli, dst.

  • Histeria mayor atau reaksi disosiasi

Histeria jenis ini dapat terjadi bila kecemasan yang yang alami penderita demikian hebat, sehingga dapat memisahkan beberapa fungsi kepribadian satu dengan lainnya sehingga bagian yang terpisah tersebut berfungsi secara otonom, sehingga timbul gejala-gejala : amnesia, somnabulisme, fugue, dan kepribadian ganda.

Faktor penyebab histeria

Menurut Sigmund Freud, histeria terjadi karena pengalaman traumatis (pengalaman menyakitkan) yang kemudian direpresi atau ditekan ke dalam alam tidak sadar. Maksudnya adalah untuk melupakan atau menghilangkan pengalaman tersebut. Namun pengalaman traumatis tersebut tidak dapat dihilangkan begitu saja, melainkan ada dalam alam tidak sadar (uncociousness) dan suatu saat muncul kedalam sadar tetapi dalam bentuk gannguan jiwa.

Terapi terhadap penderita histeria

Ada beberapa teknik terapi yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan hysteria yaitu :

  • Teknik hipnosis (pernah diterapkan oleh dr. Joseph Breuer)
  • Teknik asosiasi bebas (dikembangkan oleh Sigmund Freud)
  • Psikoterapi suportif
  • Farmakoterapi

3. Neurosis Fobik

Gejala-gejala neurosis fobik

Neurosis fobik merupakan gangguang jiwa dengan gejala utamanya fobia, yaitu rasa takut yang hebat yang bersifat irasional, terhadap suatu benda atau keadaan. Fobia dapat menyebabkan timbulnya perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, mual, panik, berkeringat, dst. Ada bermacam-macam fobia yang nama atau sebutannya menurut faktor yang menyebabkan ketakutan tersebut, misalnya :

  • Hematophobia : takut melihat darah
  • Hydrophobia: takut pada air
  • Pyrophibia : takut pada api
  • Acrophobia : takut berada di tempat yang tinggi

Faktor penyebab neurosis fobik

Neurosis fobik terjadi karena penderita pernah mengalami ketakutan dan shock hebat berkenaan dengan situasi atau benda tertentu, yang disertai perasaan malu dan bersalah. Pengalaman traumastis ini kemudian direpresi (ditekan ke dalam ketidak sadarannya). Namun pengalaman tersebut tidak bisa hilang dan akan muncul bila ada rangsangan serupa.

Terapi untuk penderita neurosis fobik

Menurut Maramis, neurosa fobik sulit untuk dihilangkan sama sekali bila gangguan tersebut telah lama diderita atau berdasarkan fobi pada masa kanak-kanak. Namun bila gangguan tersebut relatif baru dialami proses penyembuhannya lebih mudah. Teknik terapi yang dapat dilakukan untuk penderita neurosis fobik adalah:

  • Psikoterapi suportif, upaya untuk mengajar penderita memahami apa yang sebenarnya dia alami beserta psikodinamikanya

  • Terapi perilaku dengan deconditioning, yaitu setiap kali penderita merasa takut dia diberi rangsang yang tidak menyenagkan

  • Terapi kelompok

  • Manipulasi lingkungan

4. Neurosis Obsesif-Kompulsif

Gejala-gejala neurosis obsesif-kompulsif

Istilah obsesi menunjuk pada suatu ide yang mendesak ke dalam pikiran atau menguasai kesadaran dan istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk tidak dilakukan, meskipun sebenarnya perbuatan tersebut tidak perlu dilakukan.

Contoh obsesif-kompulsif antara lain :

  • Kleptomania : keinginan yang kuat untuk mencuri meskipun dia tidak membutuhkan barang yang ia curi.

  • Pyromania : keinginan yang tidak bisa ditekan untuk membakar sesuatu.

  • Wanderlust : keinginan yang tidak bisa ditahan untuk bepergian.

  • Mania cuci tangan : keinginan untuk mencuci tangan secara terus menerus.

5. Neurosis Depresif

Gejala-gejala neurosis depresif

Neurosis depresif merupakan neurosis dengan gangguang utama pada perasaan dengan ciri-ciri: kurang atau tidak bersemangat, rasa harga diri rendah, dan cenderung menyalahkan diri sendiri. Gejala-gejala utama gangguan jiwa ini adalah :

  • Gejala jasmaniah : senantiasa lelah.
  • Gejala psikologis : sedih, putus asa, cepat lupa, insomnia, anoreksia, ingin mengakhiri hidupnya, dst.

Faktor penyebab neurosis depresif

Menurut hasil riset mutakhir sebagaimana dilakukan oleh David D. Burns (1988), bahwa depresi tidak didasarkan pada persepsi akurat tentang kenyataan, tetapi merupakan produk “keterpelesetan’ mental, bahwa depresi bukanlah suatu gangguan emosional sama sekali, melainkan akibat dari adanya distorsi kognitif atau pemikiran yang negatif, yang kemudian menciptakan suasana jiwa, terutama perasaan yang negatif pula.

Burns berpendapat bahwa persepsi individu terhadap realitas tidak selalu bersifat objektif. Individu memahami realitas bukan bagaimana sebenarnya realitas tersebut, melainkan bagaimana realitas tersebut ditafsirkan. Dan penafsiran ini bisa keliru bahkan bertentangan dengan realitas sebenarnya. Konsepsi tersebut kemudian oleh Burns dijelaskan dengan visualisasi sebagai berikut (1988).

Terapi untuk penderita neurosis depresif

Untuk menyembukan depresi, Burns (1988) telah mengembang-kan teknik terapi dengan prinsip yang disebut terapi kognitif, yang dilakukan dengan prinsip sebagai berikut:

  • Bahwa semua rasa murung disebabkan oleh kesadaran atau pemikiran ang bersangkutan.

  • Jika depresi sedang terjadi maka berarti pemikiran telah dikuasai oleh kekeliruan yang mendalam.

  • Bahwa pemikiran negative menyebabkan kekacauan emosional.

Terapi kognitif dilakukan dengan cara membetulkan pikiran yang salah, yang telah menyebabkan terjadinya kekacauan emosional. Selain terapi kognitif, bisa pula penderita depresi mendapatkan farmakoterapi.

6. Neurasthenia

Gejala-gejala neurasthenia

Neurasthenia disebutjuga penyakit payah. Gejala utama gangguan ini adalah tidak bersemangat, cepat lelah meskipun hanya mengeluarkan tenaga yang sedikit, emosi labil, dan kemampuan berpikir menurun. Di samping gejala-gejala utama tersebut juga terdapat gejala- gejala tambahan, yaitu insomnia, kepala pusing, sering merasa dihinggapi bermacam-macam penyakit, dst.

Faktor penyebab neurasthenia

Neurasthenia dapat terjadi karena beberapa faktor (Zakiah Daradjat, 1983), yaitu sebagai berikut:

  • Terlalu lama menekan perasaan, pertentangan batin, kecemasan.
  • Terhalanginya keinginan-keinginan.
  • Sering gagal dalam menghadapi persaingan-persaingan

Terapi untuk penderita neurasthenia

Upaya membantu penyembuahan penderita neurasthenia dapat dilakukan dengan teknik terapi sebagai berikut:

  • Psikoterapi supportif
  • Terapi olah raga
  • Farmakoterapi

Psikoneurosa atau dengan singkat dapat disebutkan neurosa saja, adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian daripada kepribadian, sehingga orang-orang yang mengalaminya masih bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa atau masih bisa belajar dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.

Neurosis adalah suatu keadaan yang ditandai oleh kecemasan sabagai gejala utama, yang dapat dirasakan oleh individu dan diekspresikan secara langsung atau diatasinya tidak sadar dengan menggunakan mekanisme psikologik.

Neurosis adalah depresi menyatakan pola berfikir dan perilaku yang maladaptif dan berulang yang menyebabkan depresi. Pasien sering kali penuh kecemasan, obsesi, dan rentan terhadap somatisasi. Dalam klasifikasi menurut Pedoman Penatalaksanaan diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III, gangguan ini masuk dalam kategori diagnostik gangguan distimia dalam gangguan suasana perasaan (mood/afektif) menetap.

Penyebab Psikoneurosis

Gejala-gejala depresi yang paling umum terlihat adalah kesedihan, kemurungan, ini akan menetap secara terus menerus dan ditambah kecenderungan untuk lebih sering menangis, jika ada kejadian yang menyedihkan sedikit saja, atau bahkan tanpa merasa sedih sama sekali.

Adapun gejala-gejalanya sebagaimana rekomendasi J.P. Chaplin dalam kutipan Kartini Kartono sebagai berikut:

  • Pengamatan dini terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi tidak utuh;

  • Biasanya penderita banyak meredam konflik batin;

  • Memiliki reaksi-reaksi kecemasan yang tinggi;

  • Terjadinya kerusakan parsial atau semakin melemahnya parsial sari struktur kepribadiannya;

  • Sering dihinggapi (namun tidak selalu) fobia, gangguan pencernaan dan tingkah-laku obsesif kompulsif.

Jenis Psikoneurosis

  • Neurosis Anxietas (cemas). Anxiety Neurosis adalah bentuk neurosa dengan gejala paling mencolok adalah ketakutan yang tidak bisa diindikasikan dengan suatu sebab khusus, dan dalam banyak hal menembus ke wilayah-wilayah (aspek-aspek) kehidupan seseorang.

  • Neurosis Fobik. Neurosis fobik merupakan gangguang jiwa dengan gejala utamanya fobia, yaitu rasa takut yang hebat yang bersifat irasional terhadap suatu benda atau keadaan. Fobia dapat menyebabkan timbulnya perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, mual, panik, berkeringat dst.

  • Neurosis Obsesif – Kompulsif. Istilah obsesi menunjuk pada suatu ide yang mendesak ke dalam pikiran atau menguasai kesadaran dan istilah kompulsif menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk tidak dilakukan meskipun sebenarnya perbuatan tersebut tidak perlu dilakukan.

  • Neurosis Depresif. Neurosis depresif merupakan neurosis dengan gangguan utama pada perasaan dengan ciri-ciri: kurang atau tidak bersemangat, rasa harga diri rendah, dan cenderung menyalahkan diri sendiri.

  • Neurasthenia. Neurasthenia disebut juga penyakit payah. Gejala utama gangguan ini adalah tidak bersemangat, cepat lelah meskipun hanya mengeluarkan tenaga yang sedikit, emosi labil dan kemampuan berpikir menurun