Apa saja bahaya Hedonisme menurut Islam?

Hedonisme

Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia.

Apa saja bahaya Hedonisme menurut Islam?

Hedonisme merupakan sifat atau pandangan dimana manusia akan menjadi bahagia dengan mencari kesenangan sebanyak-banyaknya dan menanggalkan kesedihan serta perasaan-perasaan yang menyakitkan. Seorang penganut hedonisme cenderung menjadikan kesenangan merupakan tujuan hidupnya.

Tentunya padangan ini berlawanan dengan ajaran islam untuk selalu dapat menerima semua peristiwa yang terjadi dengan ikhlas dan sabar. Serta menjalani hidup sebagaimana apa yang telah menjadi takdir dari sang pencipta.

Pandangan hedonisme merupakan paham yang dibawa oleh kaum non-muslim. Namun bukan berarti dalam islam kita tidak diperbolehkan mencari kesenangan dan bahagia dalam islam. Dalam firman Allah SWT berikut diterangkan mengenai pandangan islam tentang kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan yang berbunyi sebagai berikut :

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; Itulah keberuntungan yang besar”(QS. Al Buruj : 11).

Bahaya Hedonisme Dalam Islam

Sebagai bagian dari budaya yang mementingkan urusan akhirat Hedonisme memiliki bahaya jika sampai budaya ini masuk kedalam diri pribadi seorang muslim bahayanya adalah akan bertolak belakang dengan rukun islam , rukun iman , dasar hukum islam , fungsi iman kepada allah , dan sumber syariat islam . Sebagaimana dalam firman Allah berikut :

Katakanlah: “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun”(QS. An Nisa : 77).

1. Muncul Sifat Matrealistik

Sifat keduniaan yang terkandung dalam paham hedonisme sudah pasti akan menyebabkan kemumculan sifat matrealistik pada individu yang menganutnya. Matre merupakan sifat yang memandang segala sesuatu berdasarkan materi atau harta. Sifat ini sangat dibenci oleh Allah SWT dan Rasul. Sebagaimana dalam firman Allah berikut.

“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan perkerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali Neraka dan lenyaplah di akhirat apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” [Hud/11 :15-16]

2. Lebih Mementingkan Urusan Duniawi

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengisyaratkan keadaan mayoritas manusia ini dalam firman-Nya,

“Mereka hanya mengetahui yang lahir (nampak) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS. ar-Ruum: 7).

Allah SWT telah memprediksikan bahwa suatu masa akan datang dimana manusia lebih mementingakan sifat dan kepemtingan duniawi. Bisa jadi era moderen dan milenial seperti saat ini telah menjadi bagian dari masa ini.

Dimana paham hedonisme yang dibawa oleh mayoritas non-muslim telah menyebab kepada kelompok muslim. Tentunya ini bukanlah merupakan bagian dari tujuan penciptaan manusia, proses pencitaan manusia, hakikat penciptaan manusia, hakikat manusia dalam islam dan konsep manusia dalam islam agar sesuai dengan fungsi agama, dunia menurut islam, sukses menurut islam, sukses dunia dan akherat menurut islam dan cara sukses menurut islam

3. Bergaya Hidup Mewah

Penganut hedonisme selalu menunjulkkan kesan yang glamour dan mewah. Hal ini tidak lain adalah karena mereka tidak mau bahwa harta yang diperoleh tidak dapat dilihat dan dipamerkan pada orang lain. Padahal ajaran Rasullullah yang utama ialah bersilap hdup sederhana. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:

“Jauhilah gaya hidup bermewahan. Sesungguhnya hamba-hamba Allah itu bukan orang-orang yang bermewah-mewahan”.

4. Cenderung Menjadi Pribadi yang Sombong

Penganut paham hedonisme akan memiliki sifat sombong, karena merasa bahwa ialah yang paling banyak harta dan terhormat. Ia tidak percaya bajwa apa yang ia perolrh memiliki sumber yaitu pemberiaan Allah SWT. Ia brranggapan bahwa harta benda yabg dimiliki adalah hasil kerja kerasnya sendiri. Sebagaimana kisah Qarun pada zaman nabi Musa AS, Karena itu, Al-Qur’an menyebutnya,

“Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka.” (QS Al-Qashash, 76)

5. Menimbulkan Sikap Congkak dan Angkuh

Selain sombong, sifat yang pasti alan muncul juga ialah congkak dan angkuh. Kedua sifat ini sendiri sangat dibenci oleh Allah SWT, Sebagaimana firman Allah,

Artinya, ”(Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” (QS.Al-Qashash,76)

6. Ingin Selalu Dihormati

Paham hedonimsme yang mengerogoti individu juga kan membuatnya merasa selalu ingin dihormati. Baginya kehormata berasal dari sejumlah harta yang dimiliki. Semakin banyak harta maka akan semakin dihormati. Budaya inilah yang mulai munck saat ini, dimana mereka yang memiliki jabatan dan kekayaan melimpah akan dihormati dibanding mereka yang biasa-biasa saja.

7. Takabur

Satu lagi bahaya dari hedonisme yakni memunculkan adanya sifat takabur. Dimana manusia yang memegang paham hedonisme akan mulai melupakan penciptanya, dan menganggap bahwa apa yang ia miliki merupakan hasil yang ia lakukam sendiri tanpa campur tangga Allah SWT. Sesungguhnya Allah benar-benar membenci orang-orang yang takabur sebagaimana dalam firmannya berikut :

“Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).”

8. Menghilangkan Kepekaan Sosial

Tahukah anda, bahwa bahaya dari hedonisme yang lain ialah mengikis sifat kepekaan sosial. Dimana mereka yang memiliki paham ini, akan cenderung mementingkan kepentingan diri sendiri, dan enggan melihat apa yang dihadapi orang lain.

Rasa iba, dan kasihan seolah-olah tidak ia punyai lagi. Maka orang-orang yang seperti ini akan sangat di benci oleh Allah dan juga lingkungan masyarakatnya.

9. Mengurangi Hubungan dengan Sang Pencipta

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa paham hedonisme yang merasuk akan membuay individu menjadi mengejar urusan duniawi.

Maka lama-kelamaan urusan dengan sang pencipta akan terabaikan. Mereka akan mengejar kekeyaan dan kejayaan dunia sebanyak-banyaknya sehingga tidak memiliki waktu hanya untuk sekedar mengingat Allah apalagi beribadah kepadaNya.

10. Menjadi Pribadi yang Shopaholic

Bahaya sifat hedonisme yang lain ialah akan menciptakan pribadi yang gemar berbelanja. Karena mrmentingkan urusan dunia,maka tentu hal-hal duniawilah yang dipentingkan. Seperti kebiasaan belanja barang-baang mewah. Tentunya ini merupakam bagian dari budaya boros yang sangat dibenci oleh Allah seksligus Rasulnya. Sebagaimana Ali bin Tsâbit rahimahullah berkata:

“Kelemahan akal itu bangga diri dan emosi Dan penyakit harta itu pemborosan dan perampokan”.

11. Tidak Menyukai Kesederhanaan

Cenderung mementingkan kemewahan, maka tentu para penganut atau mereke yang terpengaruh paham hedonisme todak menyukai bentuk-bentuk kesederhanaan. Yang ada dalam benak mereka adalah kemewahan, kekeyaan dan kejayaan. Budaya hodup sederhana telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Sebagaimana juga Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Hai anak Adam, Pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. [al-A’râf/7:31].

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya hidup sederhana termasuk cabang dari iman.”

12. Menciptakan Pemimpin yang Korup

Bahaya paham hedonisme bagi para pemimpin atau pejabat, ialah akan dapat menciptakan keinginan untuk memperkaya diri sendiri.

Apalagi sebagai pejabat tentunya telah difasilitasi dan digaji dari uang rakyat, namun ketidakpuasan dan keserakahan akan kepentingan duniawi akan mempengaruhi mereka untuk dapat melakukan tindakan korupsi.

Dari ‘Adiy bin ‘Amirah Al Kindi Radhiyallahu ‘anhu berkata : Aku pernah mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Barangsiapa di antara kalian yang kami tugaskan untuk suatu pekerjaan (urusan), lalu dia menyembunyikan dari kami sebatang jarum atau lebih dari itu, maka itu adalah ghulul (belenggu, harta korupsi) yang akan dia bawa pada hari kiamat”.

13. Foya-foya

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah menegaskan dalam sabdanya, yang artinya:

“Makanlah, bersedekahlah, dan pakailah dalam keadaan tanpa menghamburkan uang dan kesombongan”.

Dalam islam berfoya-foya merupakan hal yang sama sekali tidak dianjurkan dan termasuk kedalam akhlaq yang tidak terpuji. Secara langsung pengaruh paham hedonisme akan berpengaruh pada imdividu dalam memanfaatkan uang yang diperoleh.

Mereka akan cenderung mengambur hamburkannya, karena bagi mereka kenikmata dan kesenangan dunia ialah segala-galanya.

Dalam buku Akhlak Tasawuf karangan Abudin Nata terdapat beberapa dampak dari perilaku hedonis yaitu sebagai berikut :

  • Desintegrasi Ilmu Pengetahuan
    Kehidupan modern antara lain ditandai oleh adanya spesialisasi dibidang ilmu pengetahuan. Masing-masing ilmu pengetahuan memiliki paradigma (cara pandang) nya sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Jika seseorang mengalami masalah kemudian pergi kepada kaum teolog, ilmuwan, politisi, ekonom psikolog dan lain-lain, ia akan memberikan jawaban yang berbeda-beda sehingga dapat membingungkan manusia.

  • Kepribadian yang Terpecah
    Karena kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang coraknya keringdari nilai-nilai spiritual dan berkotak-kotak itu, maka manusia menjadi pribadi yang terpecah. Kehidupan manusia modern diatur oleh rumus ilmu yang eksak dan kering. Akibatnya hal ini dapat menghilangkan nilai rohaniah, jika keilmuan yang berkembang itu tidak berada dibawah kendali agama maka proses kehancuran manusia akan terus berjalan.

  • Penyalahgunaan IPTEK
    Sebagai akibat dari lepasnya ilmupengetahuan dan tekologi dari ikatan spiritual, maka iptek telah disalahgunakan dengan segala implikasi negatifnya. Kemampuan membuat senjata telah diarahkan untuk penjajahan satu bangsa. Kemampuan di bidang rekayasa genetika diarahkan untuk jual beli manusia. Sehingga semua itu dapat terlihat akan rusaknya moral umat dan lain sebagainya.

  • Pendangkalan Iman
    Sebagai akibat dari pola fikir keilmuan diatas, khususnya ilmu-ilmu yang hanya mengakui fakta-fakta yang bersifat empiris menyebabkan manusia dangkal imannya. Ia tidak tersentuh oleh informasi yang diberikan oleh wahyu, bahkan informasi yang diberikan oleh wahyu kadang hanya menjadi bahan tertawaan karena tidak ilmiah.

  • Pola Hubungan Materialistik
    Semangat persaudaraan dansaling tolong menolong yang didasarkan akan panggilan iman sudah tidak nampak lagi. Pola hubungan satu sama lain hanya dilihat dari sejauh mana seseorang memberikan manfaat secaramaterial terhadap lainnya. Akibatnya ia menempatkan pertimbangan material diatas pertimbangan akal sehat, nurani, hati, kemanusiaan dan keimanannya.

  • Menghalalkan Segala Cara
    Sebagai akibat lebih jauh dari dangkalnya iman dan pola hidup materialistik sebagaimana yang disebutkan diatas, maka manusia mudah menggunakan prinsip menghalalkan berbagai cara dalam mencapai tujuannya. Jika ini terus berlanjut akan terjadi kerusakan akhlak dalam berbagai bidang kehidupan.

  • Stres dan Frustasi
    Kehidupan modern yang kompetitif seperti ini mengakibatkan manusia terus bekerja dan bergerak tanpa mengenal batas dan kepuasaan. Hal ini mengakibatkan tidak pernah ada rasa syukur yang muncul dari hati manusia. Ketika mengalami kegagalan terkadang mereka stress dan frustasi, sehingga mereka tidak dapat berpikir dengan jernih akibat darijauhnya kehidupan mereka dari nilai-nilai spiritual.

  • Kehilangan Harga Diri dan Masa Depannya
    Ada sebagian orang yang terjerumus atau salah mengambil keputusan. Masa mudanya dihabiskan untuk memperturutkan hawa nafsunya, dan ketika sudah tua, ketika fisik sudah tidak berdaya lagi, segala fasilitas dan kemewahan tidak berguna lagi. Maka ketika inilah mereka merasa kehilangan harga diri dan masa depannya, dan ketika ini pula mereka merasa perlunya bantuan dari kekuatan yang berada di luar dirinya, yaitu bantuan Tuhan.