Apa Saja Aspek-Aspek Keharmonisan Keluarga?

keharmonisasian keluarga

Apa saja aspek-aspek keharmonisasian keluarga ?

Menurut Gunarsa (2000) ada beberapa aspek keharmonisan keluarga adalah :

  1. Kasih sayang antar anggota keluarga

    Anggota keluarga menunjukkan saling menghargai dan saling menyayangi, mereka bisa merasakan betapa baiknya keluarga. Anggota keluarga mengekspresikan penghargaan dan kasih sayang secara jujur. Penghargaan itu mutlak diperlukan, karena dengan demikian masing-masing anggota merasa sangat dicintai dan diakui keberadaannya.

  2. Saling pengertian sesama anggota keluarga

    Selain kasih sayang, pada umumnya para remaja sangat mengharapkan pengertian dari orangtuanya. Dengan adanya saling pengertian maka tidak akan terjadi pertengkaran-pertengkaran antar sesama anggota keluarga.

  3. Dialog atau komunikasi efektif yang terjalin di dalam keluarga Anggota keluarga mempunyai keterampilan berkomunikasi dan banyak waktu digunakan untuk itu. Dalam keluarga harmonis ada beberapa kaidah komunikasi yang baik, antara lain :

    • Menyediakan cukup waktu

      Anggota keluarga melakukan komunikasi yang bersifat spontan maupun tidak spontan (direncanakan). Bersifat spontan, misalnya berbicara sambil melakukan pekerjaan bersama, biasanya yang dibicarakan hal-hal sepele. Bersifat tidak spontan, misalnya merencanakan waktu yang tepat untuk berbicara, biasanya yang dibicarakan adalah suatu konflik atau hal penting lainnya. Mereka menyediakan waktu yang cukup untuk itu.

    • Mendengarkan

      Anggota keluarga meningkatkan saling pengertian dengan menjadi pendengar yang baik dan aktif. Mereka tidak menghakimi, menilai, menyetujui, atau menolak pernyataan atau pendapat pasangannya. Mereka menggunakan feedback, menyatakan/ menegaskan kembali, dan mengulangi pernyataan.

    • Pertahankan kejujuran

      Anggota keluarga mau mengatakan apa yang menjadi kebutuhan, perasaan serta pikiran mereka, dan mengatakan apa yang diharapkan dari anggota keluarga.

    • Mempunyai waktu bersama dan kerjasama dalam keluarga Keluarga menghabiskan waktu (kualitas dan kuantitas

      waktu yang besar) diantara mereka. Kebersamaan di antara mereka sangatlah kuat, namun tidak mengekang. Selain itu, kerjasama yang baik antara sesama anggota keluarga juga sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Saling membantu dan gotong royong akan mendorong anak untuk bersifat toleransi jika kelak bersosialisasi dalam masyarakat.
      Sedangkan, Prof Nick Stinnet dan John DeFrain dalam Hawari (2004) mengemukakan enam aspek sebagai suatu pegangan hubungan perkawinan bahagia :

    • Menciptakan kehidupan beragama

      Sebuah keluarga yang harmonis ditandai dengan terciptanya kehidupan beragama dalam rumah tersebut. Hal ini penting karena dalam agama terdapat nilai-nili moral dan etika kehidupan, seperti mengajarkan anak untuk beribadah, mengingatkan anak untuk menjalankan perintah agama, mengajak diskusi masalah agama. Berdasarkan beberapa penelitian ditemukan bahwa keluarga yang tidak religius yang penanaman

      komitmennya rendah atau tanpa nilai agama sama sekali cenderung terjadi pertentangan konflik dan percekcokan dalam keluarga, dengan suasana yang seperti ini maka anak akan merasa tidak betah dirumah dan kemungkinan besar anak akan mencari lingkungan lain yang dapat menerimanya.

    • Mempunyai waktu bersama

      Keluarga yang harmonis selalu mneyediakan waktu bersama keluarganya, baik itu hanya sekedar berkumpul bersama walaupun sibuk, makan bersama, dalam kebersamaan ini anak akan merasa dirinya diperhatikan oleh orang tuanya, sehingga anak akan betah tinggal dirumah.

    • Mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga Komunikasi merupakan dasar bagi terciptanya keharmonisan dalam keluarga. Anak akan merasa aman apabila orang tuanya tampak rukun, karena kerukunan tersebut akan memberikan rasa aman dan ketenangan bagi anak, komuikasi yang baik dalam keluarga juga akan dapat membantu anak untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya diluar rumah nantinya, seperti anak menceritakan masalah kepada orang tua.

    • Saling menghargai antar sesama anggota keluarga

      Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang memberikan tempat bagi anggota bagi setiap anggota keluarga menghargai perubahan yang terjadi dan mengajarkan keterampilan berinteraksi sedini mungkin pada anak dengan lingkungan yang lebih luas, yang meliputi menghargai pendapat anak, begitu pula pujian antar anggota keluarga.

    • Kualitas dan kuantitas konflik yang minim (mengatasi berbagai macam krisis yang mungkin terjadi dengan cara positif dan konstruktif)
      Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam menciptakan keharmonisan keluarga adalah kualitas dan kuantitas konflik yang minim, jika dalam keluarga sering terjadi perselisihan dan pertengkaran maka suasana dalam keluarga sering terjadi perselisihan dan pertengkaran maka suasana dalam keluarga tidak lagi menyenangkan. Dalam keluarga harmonis setiap anggota keluarga berusaha menyelesaikan masalah dengan kepala dingin dan mencari penyelesaian terbaik dari setiap permasalahan.

    • Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga Hubungan yang erat antar anggota keluarga juga menentukan harmonisnya sebuah keluarga, apabila dalam suatu keluarga tidak memiliki hubungan yang erat maka antar kebersamaan akan kurang. Hubungan yang erat antar anggota keluarga ini dapat diwujudkan dengan adanya kedekatan antara anak dan orang tua, kemudian antara saudara kandung akrab, antar anggota keluarga saling membantu ketika ada masalah, dan antar anggota keluarga saling mengasihi satu sama lain.

      Dari beberapa aspek di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yang harmonis adalah adanya kasih sayang anggota keluarga yang dieskpresikan dengan penghargaan dan kasih sayang secara jujur, saling pengertian sesama anggota keluarga, komunikasi efektif, saling bekerja sama antar anggota keluarga, serta menciptakan kehidupan bergama dengan begitu minimnya terjadi konflik di dalam rumah.

Keharmonisan keluarga merupakan faktor yang mendukung perkembangan individu dalam berbagai aspek untuk menunjang kehidupan individu, baik kehidupan sekarang maupun di kemudian hari. Menurut Ahmadi (2007) keluarga yang harmonis adalah keluarga yang memiliki keutuhan dalam interaksi keluarga yang berlangsung secara wajar.

Menurut Qaimi (2002) keluarga yang harmonis adalah keluarga yang seimbang. Menurut David (dalam Shochib, 2000) keluarga seimbang adalah keluarga yang memiliki keharmonisan keluarga yang ditandai terdapat hubungan yang baik antar ayah dengan ibu, ayah dengan anak, serta ibu dengan anak. Dalam keluarga, orang tua bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Setiap anggota keluarga saling menghormati dan saling memberi tanpa harus diminta.

Menurut Mace (dalam Stinnet dan Defrain, 1999) kekuatan keluarga ( family strength ) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuk keharmonisan keluarga. Kekuatan keluarga adalah sifat-sifat hubungan yang berpengaruh terhadap kesehatan emosional dan kesejahteraan keluarga. Keluarga yang menyatakan sebagai keluarga yang kuat mengungkapkan antara anggota keluarga saling mencintai, hidup dalam kebahagiaan dan harmonis.

Menurut Hawari (dalam Fauzi, 2014) keharmonisan keluarga akan terwujud apabila masing-masing unsur dalam keluarga dapat berfungsi dan berperan dengan wajar dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai agama.

Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1991) keluarga disebut harmonis bila seluruh anggota keluarga merasa bahagia, dengan ciri berkurang kekecewaan dan merasa puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan diri individu sebagai anggota keluarga.

Soerjono (dalam Ermawati, 2016) menyebutkan keluarga yang harmonis adalah keluarga yang dibina atas dasar kesesuaian dan keserasian hubungan diantara anggota keluarga. Hubungan akan terwujud dalam bentuk interaksi dua arah dengan dasar saling menghargai antar anggota keluarga.

Daradjat (dalam Awi dkk., 2016) mengemukakan keluarga harmonis adalah keluarga dimana seluruh anggota menjalankan hak dan kewajiban masing-masing, terjalin kasih sayang, saling pengertian, komunikasi dan kerjasama yang baik antara anggota keluarga.

Menurut Nick (dalam Awi dkk., 2016, hlm. 5) keluarga harmonis merupakan tempat yang menyenangkan dan positif untuk hidup, karena anggota keluarga telah belajar beberapa cara untuk saling memperlakukan satu sama lain dengan baik. Anggota keluarga dapat saling mendukung, memberikan kasih sayang dan memiliki sikap loyalitas, berkomunikasi secara terbuka antara anggota keluarga, saling menghargai dan menikmati kebersamaan.

Disimpulkan keharmonisan keluarga adalah suatu kondisi dimana di dalam keluarga terdapat sikap saling menghormati dan menghargai, saling pengertian, terdapat kasih sayang antar anggota keluarga, tercipta rasa bahagia (merasa puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan diri), serta memiliki komunikasi dan mampu bekerjasama dengan baik antar anggota keluarga.

Aspek Keharmonisan Keluarga

Terdapat beberapa aspek dalam keharmonisan suatu keluarga. Defrain (1999) mengemukakan aspek-aspek keharmonisan keluarga sebagai berikut:

  • Commitment (Komitmen)*. Keluarga yang harmonis memiliki komitmen saling menjaga dan meluangkan waktu untuk keluarga demi kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga. Masing- masing anggota keluarga meluangkan waktu dan energi untuk kegiatan keluarga dan tidak membiarkan pekerjaan atau kegiatan lain mengambil waktu keluarga.

  • Appreciation and Affection (Apresiasi dan Afeksi). Keluarga yang harmonis mempunyai kepedulian antar anggota keluarga, saling menghargai sikap dan pendapat anggota keluarga, memahami pribadi masing-masing anggota keluarga dan mengungkapkan rasa cinta secara terbuka.

  • Positive Communication (Komunikasi yang Positif). Keluarga yang harmonis sering mengidentifikasi masalah dan mencari jalan keluar dari masalah dengan cara mengkomunikasikan secara bersama-sama. Keluarga yang harmonis juga sering menghabiskan waktu untuk berkomunikasi dan saling mendengarkan satu sama lain, walaupun persoalan yang di bicarakan tidak terlalu penting.

  • Time Together (Mempunyai Waktu Bersama). Keluarga yang harmonis selalu memiliki waktu untuk bersama, seperti: berkumpul bersama, makan bersama, mengontrol anak bermain dan mendengarkan masalah dan keluhan-keluhan anak.

  • Spiritual Well-Being (Menanamkan Nilai-Nilai Spiritual dan Agama). Keluarga yang harmonis memegang nilai-nilai spiritual dan keagamaan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dikarenakan di dalam agama terdapat nilai-nilai moral dan etika bagi kehidupan.

  • Ability to Cope with Stress and Crisis (Kemampuan untuk Mengatasi Stres dan Krisis). Keluarga yang harmonis memiliki kemampuan untuk mengelola stres sehari- hari dengan baik dan krisis hidup dengan cara yang kreatif dan efektif. Keluarga yang harmonis tahu bagaimana mencegah masalah sebelum terjadi, dan bekerja sama menyelesaikan masalah dengan cara mencari penyelesaian terbaik dari setiap permasalahan.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, aspek-aspek dari keharmonisan keluarga yaitu

  • Terdapat komitmen dalam keluarga,

  • Mengapresiasi dan memiliki rasa kasih sayang di antara anggota keluarga,

  • Terjalin komunikasi yang positif dalam keluarga,

  • Meluangkan waktu bersama untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama,

  • Menanamkan nilai-nilai spiritual dan keagamaan dalam keluarga, serta memiliki

  • kemampuan yang baik untuk mengatasi stres dan krisis yang dialami dalam keluarga.