Apa perbedaan kompres hangat dan dinging?

image
Saat demam tentunnya sangat mengganggu. Salah satu penanganan yang dilakukan adalah dengan kompres. Namun masih ada yang kebingungan mengenai kompres hangat dan dingin, pada saat kapan kedua kompres itu dibutuhkan?

Kompres Dingin

Kompres dingin merupakan praktik yang rutin dilakukan setelah menghadapi cedera akut, seperti terkilir, dan otot yang tertarik. Selain itu, kompres dingin juga memiliki peran dalam penanganan pasien pasca operasi otot maupun sendi, seperti operasi sendi lutut. Kompres sendi umumnya ada dalam bentuk berupa kantung es maupun kemasan gel dingin, yang ditempelkan pada area cedera dengan menggunakan perban.

Kompres dingin bermanfaat untuk menghilangkan nyeri, mengurangi bengkak, dan mempercepat penyembuhan.

Bagaimana cara kerjanya? Pemberian suhu dingin secara lokal akan menekan aktivitas metabolik jaringan-jaringan sekitar area yang cedera, dengan begitu rangsangan yang dapat merusak jaringan (rangsangan timbul pasca terjadinya cedera) akan berkurang.

Suhu dingin pada kompres dingin ini menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah, sehingga mengurangi aliran darah penyebab bengkak, iritasi lokal, sampainya zat kimiawi penyebab nyeri, dan mengurangi pembengkakan.

Di samping itu, kompres dingin juga dapat mengurangi nyeri karena menyebabkan penghantaran saraf berkurang. Kompres dingin diyakini paling efektif dan bermanfaat bila diberikan secepatnya setelah kejadian cedera berlangsung.

Kompres Hangat

Kompres hangat sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kompres dingin. Efek yang ditimbulkan oleh kompres panas ini juga dapat menyebabkan serangkaian respon dalam otot dan sendi yang cedera. Pada kasus cedera otot, pemberian terapi hangat dapat meningkatkan elastisitas jaringan sehingga dapat mencegah kelanjutan proses cedera otot yang terjadi.

Peningkatan suhu secara terkontrol diketahui dapat meningkatkan kekuatan otot. Otot yang ‘dihangatkan’ juga diketahui dapat menyerap lebih banyak energi, sehingga mampu menahan beban yang lebih banyak serta lebih tahan terhadap kelelahan.

Penghangatan otot sebelum aktivitas fisik diketahui dapat meningkatkan jangkauan gerak sendi dan pencegahan cedera berupa ketegangan otot.

Namun demikian, pemberian terapi hangat melalui kompres hangat tidak bisa dilakukan pada keadaan segera pasca cedera, dan terapi dingin menggunakan kompres dingin lebih bermanfaat dalam kondisi akut.

Oleh sebab itu, tidak heran mengapa praktik aplikasi kompres dingin dan kompres hangat banyak dilakukan untuk menangani cedera sendi, mengingat manfaat yang diberikan dan hasil proses penyembuhan yang lebih baik.

Ketika diaplikasikan pada kondisi yang sesuai, perubahan lokal suhu jaringan dapat memberikan efek positif melalui perubahan metabolisme, aliran darah, dan pengahantaran saraf.

Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh (Maharani dalam Wardiyah 2016).

Manfaat dan Tujuan

Manfaat dan tujuan pemberian kompres hangat adalah (Poltekkes Kemenkes Maluku, 2011) :

  • Menurunkan suhu tubuh

  • Memperlancar sirkulasi darah

  • Mengurangi rasa sakitatau mengurangi nyeri

  • Memperlancar pengeluaran getah radang/ cairan eksudat

  • Memberi rasa hangat dan nyaman

Indikasi

Kompres hangat diberikan pada klien dengan indikasi (Poltekkes Kemenkes Maluku, 2011) :

  • Klien dengan perut kembung

  • Klien dengan hipertermi

  • Klienyang mengalami radang, misalnya radang persendian

  • Kekejangan otot

  • Adanya abses atau akibat penyuntikan

  • Tubuh dengan abses atau hematoma.

Pelaksanaan Tindakan

Pemberian kompres hangat pada anak dibutuhkan beberapa persiapan alat antara lain (Poltekkes Kemenkes Maluku, 2011):

  • Air hangat sesuai kebutuhan (30-32oC)

  • Handuk bersih atau washlap

  • Kom dan bengkok

Penggunaan kompres hangat dilakukan selama 10 – 15 menit dengan temperature air 30-32oC, akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan. Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena pada daerah tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak (Ayu, 2015).

Penggunaan kompres hangat dapat dilakukan di daerah lipatan- lipatan tubuh (seperti lipatan ketiak (aksila), lipatan selangkanga, dll), karena di lipatan-lipatan tubuh biasanya terdapat pembuluh darah yang cukup besar sehingga mempercepat vasodilatasi dan proses evaporasi panas tubuh. Mengompres dilakukan dengan handuk atau washlap yang dibasahi dengan dibasahi air hangat (30ºC) kemudian dikompres atau diletakkan padalipatan-lipatan tubuh. Penurunan suhu tubuh terjadi saat air menguap dari permukaan kulit. Oleh karena itu, anak jangan “dibungkus” dengan lap atau handuk basah atau didiamkan dalam air karena penguapan akan terhambat. Tambah kehangatan airnya bila demamnya semakin tinggi (Irdawati, 2017).

kompres dingin yaitu suatu cara untuk menurunkan suhu tubuh, mencegah meluasnya peradangan, mengurangi kongesti, mengurangi perdarahan setempat, mengurangi rasa sakit, demikianlah pendapat Asmadi (2008). Menurut Ernst dalam Nurjanah (2016) bahwa inti dari terapi dingin adalah menyerap kalori area lokal cedera sehingga terjadi penurunan suhu. Semakin lama waktu terapi, penetrasi dingin semakin dalam. Umumnya terapi dingin pada suhu 3,5o C selama 10 menit dapat mempengaruhi suhu sampai dengan 4 cm dibawah kulit. Jaringan otot dengan kandungan air yang tinggi merupakan konduktor yang baik sedangkan jaringan lemak merupakan isolator suhu sehingga menghambat penetrasi dingin.

Efek Fisiologis Terapi Dingin / Kompres Dingin

Arovah (2016) mengungkapkan bahwa dingin lebih mudah menembus jaringan dibandingkan dengan panas. Pada terapi dingin, efek pendinginan yang terjadi tergantung jenis aplikasi terapi dingin, lama terapi dan konduktivitasnya. Pada dasarnya agar terapi dapat efektif, lokal cedera harus dapat diturunkan suhunya dalam jangka waktu yang mencukupi. Menurut Peterson & Renstrom (2001), terapi dingin memberikan efek penghilang rasa sakit lokal yang membuat atlet yang cedera merasa lebih baik dan dapat mendorong kembalinya aktivitas olahraga. Secara fisiologis, pada 15 menit pertama setelah pemberian aplikasi dingin (suhu 10oC) terjadi vasokontriksi arteriola dan venula secara lokal. Vasokontriksi ini disebabkan oleh aksi reflek dari otot polos yang timbul akibat stimulasi sistem saraf otonom dan pelepasan epinerphin dan norepinephrin. Walaupun demikian apabila dingin tersebut terus diberikan selama 15 sampai dengan 30 menit akan timbul fase vasodilatasi yang terjadi intermiten selama 4 sampai 6 menit. Periode ini dikenal sebagai respon hunting. Respon hunting terjadi untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan akibat dari jaringan mengalami anoxia jaringan. (Arovah, 2016).

Indikasi Terapi Dingin

Menurut Fondy, (2012) paling mudah dan sederhana memberikan pertolongan pertama pada kaum awam bila mengalami cedera pada otot kaki adalah dengan metode pendinginan. Selain itu terapi dingin sangat efektif, mudah dilakukan, cepat, dan ekonomis diantara terapi yang lain. Terapi dingin dapat ditangani dengan berbagai kondisi antara lain:

  1. cedera (sprain, strain, dan kontusi),

  2. sakit kepala 18 (migrain, tension headache dan clustes headache),

  3. gangguan temporomandibular (TMJ disorder),

  4. testicular dan scrotal pain,

  5. nyeri post operasi,

  6. fase akut arthritis (peradangan pada sendi),

  7. tendinitis dan bursitis,

  8. nyeri lutut,

  9. nyeri sendi, dan

  10. nyeri perut (Arovah, 2016).

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Peterson & Renstrom (2001) bahwa manfaat terapi dingin yaitu pasien dengan cepat merasakan adanya perbaikan pada gejala, perawatan mudah dilakukan, dan ditoleransi dengan baik, sedikit resiko, dan tidak mahal.