Apa perbedaan antara Abrasi dan Erosi?

Abrasi dan erosi

Abrasi dan erosi merupakan istilah yang definisi nya hampir sama, yaitu peristiwa terkikisnya tanah atau batuan yang ada di permukaan bumi.
Tapi apakah bedanya ?

Abrasi
Abrasi adalah peristiwa terkikisnya bibir pantai oleh gelombang air laut. Tanah yang ada disekitarnya amblas dan daratan semakin berkurang.

Jadi :

  • Abrasi disebabkan oleh air laut
  • Hanya terjadi disekitar pantai

Jika dibiarkan terus, abrasi bisa semakin merangsek ke daratan dan terus menggerus tanah yang dijumpainya. Akibatnya banyak rumah warga yang ada disekitar pantai menjadi korban.

Erosi
Kalau abrasi hanya terjadi di sekitar laut, maka erosi terjadi di daratan. Daratan yang jauh dari laut atau pantai.

Contoh paling mudah adalah sungai…

Erosi bisa diartikan sebagai terkikisnya tanah oleh aliran air yang melintas disekitar sungai. Sehingga sungai menjadi semakin lebar karena banyak tanah yang amblas.

Tapi erosi tidak hanya disebabkan oleh air saja, Angin juga bisa.

Erosi oleh angin biasanya terjadi pada dataran tinggi. Berikut ini adalah contoh gambar erosi oleh angin :
1

Tanah atau bebatuan yang hilang pada gambar tergerus karena adanya gesekan dengan angin. Angin yang lewat dengan kecepatan tinggi menyenggol bagian luar tanah atau bebatuan dan sedikit demi sedikit terlepas. Sehingga terbentuklah bentuk seperti itu…

Untuk mengetahui perbedaan Abrasi dan Erosi, telebih dahulu kita mengetahui pengertian Abrasi dan Erosi. Menurut Hang Tuah dalam jurnal karya Ferli Fajri, Abrasi pantai adalah kerusakan garis pantai dari terlepasnya material pantai, seperti pasir atau lempung yang terus menerus dihantam oleh gelombang laut atau dikerenakan oleh terjadinya perubahan keseimbangan angkutan sedimen diperairan. Abrasi adalah suatu perubahan garis pantai yang berbeda dari semula garis pantai yang diakibatkan oleh aktivitas alam ataupun aktivitas manusia yang berdampak terhadap perubahan garis pantai.

Menurut Suripin Erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Proses erosi ini dapat menyebabkan merosotnya produktivitas tanah, daya dukung tanah dan kualitas lingkungan hidup. Permukaan kulit bumi akan selalu mengalami proses erosi, di suatu tempat akan terjadi pengikisan sementara di tempat lainnya akan terjadi penimbunan, sehingga bentuknya akan selalu berubah sepanjang masa. Peristiwa ini terjadi secara alamiah dan berlangsung sangat lambat, sehingga akibat yang ditimbulkan baru muncul setelah berpuluh bahkan beratus tahun kemudian” (Suripin, 2002). Erosi adalah proses hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang terangkut oleh air atau angin ke tempat lain. Tanah yang tererosi diangkut oleh aliran permukaan akan diendapkan di tempat-tempat aliran air melambat seperti sungai, saluran-saluran irigasi, waduk, danau atau muara sungai. Hal ini berdampak pada mendangkalnya sungai sehingga mengakibatkan semakin seringnya terjadi banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau (Arsyad, 2012).

Faktor-faktor Abrasi dan Erosi


1. Faktor penyebab Abrasi, diantaranya :
Terjadinya abrasi pantai dilihat dari tiga jenis komponen faktor-faktor abrasi yang memberikan pengaruh langsung terhadap kejadian-kejadian dari abrasi pantai. Faktor-faktornya yaitu :

  1. Gelombang yang disebabkan oleh tiupan angin
  2. Pasang surut yang diakibatkan oleh adanya tarik benda-benda angkasa. Pola arus laut akibat pengaruh pola sirkulasi arah dan kecepatan angin.

Faktor-faktor tersebut merupakan sebab-sebab kerusakan pantai pada umumnya. Tetapi abrasi pantai terjadi karena ketidakseimbangan sedimen dipantai. Ketidakseimbangan tersebut dapat terjadi karena berbagai hal baik alami maupun buatan. Abrasi pantai kerena proses alami seperti halnya:

  1. Sifat daratan pantai yang masih muda dan belum imbang, dimana sumber sedimen (source) lebih kecil dari kehilangan sedimen (sink)
  2. Subsidence
  3. Adanya sink didaerah lepas pantai
  4. Perubahan iklim gelombang
  5. Hilangnya perlindungan pantai (bakau, terumbu karang, sand dune)
  6. Naiknya arus air

2. Faktor penyebab Erosi, diantaranya :
Dibawah ini adalah pembahasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi erosi.

  1. Faktor Iklim

    Hujan merupakan faktor yang paling penting di daerah tropika sebagai agensi yang mampu merusak tanah melalui kemampuan energy kinetiknya yang dijabarkan sebagai intensitas, durasi, ukuran butir hujan dan kecepatan jatuhnya. Faktor iklim dibedakan dalam dua kategori yakni bila curah hujan tahunan < 2500 diperhitungkan daya rusaknya akan lebih kecil daripada > 2500 mm (Republik Indonesia, 2008).

    Utomo juga menjelaskan bahwa “curah hujan tinggi dalam suatu waktu mungkin tidak menyebabkan erosi jika intensitasnya rendah. Demikian pula bila hujan dengan intensitas yang tinggi tetapi terjadi dalam waktu singkat. Hujan akan menimbulkan erosi jika intensitasnya cukup tinggi dan jatuhnya relatif lama. Ukuran butir hujan juga sangat berperan dalam menentukan erosi. Hal tersebut disebabkan karena dalam proses erosi energy kinetik merupakan penyebab utama dalam penghancuran agregat-agregat tanah. Besarnya energi kinetik hujan tergantung pada jumlah hujan, intensitas dan kecepatan jatuhnya hujan. Kecepatan jatuhnya butir-butir hujan itu sendiri ditentukan oleh ukuran butir-butir hujan dan angin” (Utomo, 1989).

  2. Faktor Topografi

    Menurut Harjadi dan Farida “topografi adalah faktor yang sanagt berpengaruh terhadap erosi, salah satunya kelerengan. Pembagian kelas lereng yang dikemukaan oleh tim New Zealand untuk keperluan pemetaan inventarisasi sumber daya lahan hutan di Indonesia dimaksudkan untuk memberikan kriteria pemanfaatan kelas lereng dalam rangka mengoptimalkan penggunaan lahan. Kelas lereng tidak berpengaruh langsung terhadap nilai T (batas nilai erosi) yang diperhitungkan, karena nilai T lebih banyak dipengaruhi oleh jenis tanah dan penggunaan lahan yang ada pada saat itu” (Harjadi dan Farida, 1996).

    Lebih lanjut Triwanto menerangkan bahwa “faktor topografi yang paling dominan pengaruhnya terhadap erosi adalah panjang dan kecuraman lereng. Komponen ini akan mempengaruhi kecepatan dan volume air permukaan sampai dimana air aliran permukaan masuk ke dalam saluran-saluran (sungai), atau aliran telah berkurang akibat perubahan kelerengan (datar) sehingga kecepatan dan volume dipencarkan ke berbagai arah” (Triwanto, 2012).

    Selanjutnya menurut Asdak bahwa “kemiringan dan panjang lereng adalah dua faktor yang menetukan karakteristik topografi suatu daerah aliran sungai. Kedua faktor tersebut penting untuk terjadinya erosi karena faktor-faktor tersebut sangat menentukan besarnya kecepatan dan volume air larian. Kecepatan air larian yang besar umumnya ditentukan oleh kemiringan lereng yang tidak terputus dan panjang serta terkonsentrasi pada saluran sempit yang mempunyai potensi besar untuk terjadinya erosi alur dan erosi parit. Kedudukan lereng juga menetukan besar kecilnya erosi. Lereng bagian bawah lebih mudah tererosi pada lereng bagian atas kerena momentum air larian lebih besar dan kecepatan air larian lebih terkonsentrasi ketika mencapai lereng bagian bawah. Daerah tropis dengan topografi bergelombang dan curah hujan tinggi sangat potensial untuk terjadinya erosi dan tanah longsor” (Asdak, 2010).

  3. Faktor Tanah

    Utomo menuturkan bahwa “tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang sangat menentukan kemampuan tanah untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Tekstur tanah akan mempengaruhi kemampuan tanah menyimpan dan menghantarkan air, menyimpan dan menyediakan unsur hara tanaman. Untuk keperluan pertanian berdasarkan ukurannya, bahan padatan tanah digolongkan menjadi tiga partikel yaitu pasir, debu, dan liat. Tanah berpasir yaitu tanah dengan kandungan pasir >70%, porositasnya rendah <40%, aerasi baik, daya hantar air cepat, tetapi kemampuan menyimpan air dan zat hara rendah. Tanah berliat, jika kandungan liatnya >35%, kemampuan menyimpan air dan hara tanaman tinggi” (Utomo, 1989).

    Menurut Suripin “secara fisik, tanah terdiri dari partikel-partikel mineral dan organik dengan berbagai ukuran, partikel-pertikel tersusun dalam bentuk materi dan pori-porinya kurang lebih 50% sebagian terisi oleh air dan sebagian lagi terisi oleh udara. Secara esensial, semua penggunaan tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah” (Suripin, 2002). Selanjutnya Arsyad mengemukakan bahwa “beberapa sifat yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman, sifat lapisan tanah, dan tingkat kesuburan tanah, sedangkan kepekaan tanah terhadap erosi yang menunjukkan mudah atau tidaknya tanah mengalami erosi ditentukan oleh berbagai sifat fisik tanah” (Arsyad, 2010). Asdak juga menjelaskan bahwa “kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi berupa kemunduran sifat-sifat kimia dan fisika tanah seperti kehilangan unsure hara dan bahan organik, dan meningkatnya kepadatan serta ketahanan penetrasi tanah, menurunnya kapasitas infiltrasi tanah serta kemampuan tanah menahan air. Akibat dari peristiwa ini adalah menurunnya produktivitas tanah, dan berkurangnya pengisian air dalam tanah” (Asdak, 2010).

  4. Faktor Vegetasi

    Sukmana dan Soewardjo menjelaskan bahwa “dalam meninjau pengaruh vegetasi terhadap mudah tidaknya tanah tererosi, harus dilihat dahulu apakah vegetasi penutup tanah tersebut mempunyai struktur tajuk yang berlapis sehingga dapan menurunkan kecepatan tefrminal air hujan dan memperkecil diameter tetesan air hujan” (Sukmana dan Soewardjo, 1978).

    Kartasapoetra menuturkan bahwa “cara vegetatif atau cara memanfaatkan peranan tanaman dalam usaha pengendalian erosi dan atau pengawetan tanah dalam pelaksanaannya dapat meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

    • Penghutanan kembali (reboisasi) dan penghijauan,
    • Penanaman tanaman penutup tanah,
    • Penanaman tanaman menurut kontur,
    • Penanaman tanaman dalam strip,
    • Penanaman tanaman secara bergilir,
    • Pemulsaan atau pemanfaatan seresah tanaman” (Kartasapoetra, 2005).

    Menurut Arsyad “vegetasi merupakan lapisan pelindung atau penyangga antara atmosfer dan tanah. Suatu vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau rimba yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi. Bagian vegetasi yang ada diatas permukaan tanah seperti daun dan batang, menyerap energi perusak hujan, sehingga mengurangi dampaknya terhadap tanah. Sedangkan bagian vegetasi yang ada di dalam tanah, yang terdiri dari perakaran akan meningkatkan kekuatan mekanik tanah. Lebih lanjut dijelaskan oleh Arsyad bahwa “vegetasi berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi dalam lima bagian, yakni :

    • Intersepsi hujan oleh tajuk tanaman

    • Mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air

    • Pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif,

    • Pengaruhnya terhadap stabilitas struktur dan porositas tanah,

    • Transpirasi yang mengakibatkan kandungan air berkurang” (Arsyad, 2010).

  5. Faktor Manusia

    Suripin mengemukakan bahwa “secara garis besar konservasi tanah dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) golongan utama, yaitu :

    1. Secara agronomis
    2. Secara mekanis
    3. Secara kimia.

    Metode agronomis atau biologi adalah pemanfaatan vegetasi untuk membentu menurunkan erosi lahan. Metode mekanis atau fisik adalah konservasi yang berkonsentrasi pada penyiapan tanah sepaya dapat ditumbuhi vegetasi yang lebat, dan cara memanipulasi topografi mikro untuk mengendalikan aliran air dan angin. Sedangkan metode kimia adalah usaha konservasi yang ditujukan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga lebih tahan terhadap erosi. Atau secara singkat dapat dikatakan metode agronomis ini merupakan usaha melindungi tanah, mekanis untuk mengendalikan aliran permukaan yang erosif, dan kimia untuk meningkatkan daya tahan tanah” (Suripin, 2002).

    Asdak menjelaskan bahwa “perbuatan manusia yang mengelola tanahnya dengan cara yang salah telah menyebabkan intensitas erosi semakin meningkat. Misalnya pembukaan hutan, pembukaan areal lainnya untuk tanaman perladangan dan lain sebagainya. Maka dengan praktek konservasi, tanman diharapkan dapat mengurangi laju erosi yang terjadi. Faktor penting yang harus dilakukan dalam usaha konservasi tanah yaitu teknik inventarisasi serta klasifikasi bahaya erosi dengan tekanan daerah hulu. Untuk menentukan tingkat bahaya erosi suatu bentang lahan diperlukan kajian terhadap empat faktor, yaitu jumlah, macam dan waktu berlangsungnya hujan serta faktor-faktor yang berkaitan dengan iklim, jumlah dan macam tumbuhan, penutup tanah, tingkat erodibilitas di daerah kajian, dan keadaan kemiringan lereng” (Asdak, 2010).

Perbedaan Abrasi dan Erosi


Dari penjelasan diatas diketahui bahwa perbedaan Abrasi dan Erosi ialah :

  1. Tempat terjadinya
    Abrasi hanya terjadi di dekat aliran air, misalnya dipantai atau di daaerah aliran sungai. Erosi dapat terjadi didaratan manapun.

  2. Penyebab
    Abrasi disebabkan oleh ; gelombang, pasang suru air laut, Sifat daratan pantai yang masih muda, Subsidence, Adanya sink didaerah lepas pantai, Perubahan iklim gelombang, hilangnya perlindungan pantai. Erosi disebabkan oleh ; faktor alam dan faktor non alam. Faktor alam adalah faktor yang sudah ada di alam seperti iklim, kemiringan dan panjang lereng, sifat fisik tanah, tersedianya vegetasi penutup tanah. Sedangkan faktor non alam adalah faktor yang disebabkan oleh adanya campur tangan manusia.

1 Like