Apa peran 'risk culture' terhadap peningkatan berkelanjutan?

Culture atau budaya merupakan hal yang penting tapi terkadang diabaikan oleh perusahaan. Maka dari itu muncullah risk culture yang mana menjelaskan bagaimana budaya perusahaan dalam mengatasi risiko. Lalu apa hubungannya dengan peningkatan berkelanjutan atau continous improvement?

Donna Epps, co-lead dari Deloitte National Governance, Risk and Compliance berkata,

Sebagai titik awal, penting untuk menyadari bahwa risk culture harus mempengaruhi semua orang bukan hanya risk functio saja

Identifikasi risk culture adalah mengidentifikasi faktor apa yang membuat budaya perushaan kuat dari sudut pandang risiko dan bagaimana dapat diselaraskan dengan inisiatif risiko dapat menjadi tantangan.

Seberapa baik perusahaan dapat mengembangkan risk culture-nya itu berbeda-beda. Tapi bagi perusahaan yang berpengalaman, ada beberapa kesamaan dalam mengembangkan risk culture. Eddie Barrett, direktur Deloitte Consulting LLP Human Capital, mengatakan bahwa Ia memulai dengan memahami bagaimana perusahaan mengijinkan dan bereaksi terhadap tantangan secara umum. Apakah manajemen senior bisa mengatasi tantangan dan bagaimana reaksinya dalam menghadapi tantangan.

Dalam mengembangkan risk culture ada tiga tahap, yaitu kesadaran budaya, perubahan budaya dan perbaikan budaya. Tahap pertama, perusahaan harus menetapkan harapan manajemen risiko untuk perusahaan dan mendefinisikan peran serta tanggung jawab di lingkup risiko. Disini, perusahaan mengkomunikasikan dengan jelas dan berkelanjutan apa yang mereka harapkan pada karyawan mereka.

Tahap kedua, perusahaan memberikan penghargaan untuk yang memperhatikan risiko, termasuk yang mengetahui bagaimana mengatasi status quo secara konstruktif. Tahap ini adalah tahap dimana ada penekanan kepatuhan pada etika dan standar yang berlaku di perusahaan itu penting.

Tahap ketiga, organisasi lebih berpengalaman dan dewasa terhadap perkembangan budaya. Organisasi mulai mengelola kinerja budaya dengan ekspektasi yang diinginkan. Ekspektasi itu dijelaskan oleh berbagai stakeholder, termasuk karyawan, manajemen, dewan direksi, investor dan analis. Pada tahap ini, perusahaan terlibat dengan orang, strategi dan komunikasi agar dapat menghasilkan budaya yang mereka inginkan.

Sumber