Apa peran Internet of Things untuk dapat mempersiapkan warga untuk menghadapi bencana alam?

bencana alam memang tidak dapat kita hilangkan, namun pasti bisa diminimalisir dampak yang dihasilkan. dengan trend saat ini , apakan peran dari Internet of Things dalam hal tersebut?

Bencana alam memang tidak dapat pasti kita ketahui kapan datangnya, bahkan untuk menghindarinya juga terbilang mustahil. Melihat hal tersebut, mulailah dikembangkan sebuah solusi untuk pencegahan atau penanggulangan pasca bencana yaitu dengan Internet of things. Bagaimana IoT bisa melakukan hal tersebut? Berikut ini merupakan beberapa alasannya :

1. Pengganti infrastruktur yang lemah

IoT memang mustahil untuk menghentikan terjadinya bencana, namun bisa digunakan sebagai tanda peringatan ketika bencana akan terjadi. Dengan cara ini, IoT dapat menggantikan infrastruktur yang buruk yang menempatkan negara berkembang dalam posisi yang sangat rentan akan bahaya. Sehingga nantinya jumlah korban jiwa dan kerugian materil bisa menurun.

2. Alternatif dalam komunikasi

IoT tidak hanya membantu dalam persiapan bencana, tetapi juga bisa dalam menghadapi bencana. Dalam hal ini IoT berperan dalam komunikasi. Perangkat IoT dapat memungkinkan layanan komunikasi terbatas (misalnya pengiriman pesan darurat darurat) jika infrastruktur komunikasi konvensional tidak berfungsi. Sehingga dalam penanganan bencana, masalah miskomunikasi akan berkurang dengan adanya IoT.

Berdasarkan data diatas, Internet of Things juga bisa berperan dalam bencana alam. Jika IoT bisa diterapkan secara lebih dalam mengenai penanganan bencana ini, mungkin kita tidak perlu resah jika nantinya muncul bencana selama volume dari bencana tersebut tidak terlalu besar sehingga nantinya dampak yang ditimbulkan pun semakin sedikit.

Sumber :

image

Ketika terjadi sebuah bencana, pemerintah pusat dan pemerintah daerah memerlukan strategi terkoordinasi, data yang dapat diskses, dan tenaga kerja yang terampil untuk menangani bencana alam. Bencana alam seperti badai, tornado, dan banjir, memiliki dampak buruk bagi kehidupan masyarakat yang tertimpa musibah. Sejak tahun 1980 Amerika Serikat sudah ditimpa lebih dari 200 bencana cuaca dan iklim, dengan biaya kumulatif melebihi $ 1.1 triliun

Menggunakan teknologi terkini bisa membantu pemerintah untuk mengatasi situasi bencana dengan lebih efisien. Pemerintah harusnya mempertimbangkan penggunaan Internet of Things(IoT) dan teknologi berbasis web lainnya untuk mendapatkan data yang tepat waktu dan akurat yang dapat memberi informasi keputusan dan tindakan dengan lebih baik. Berikut cara Internet of Things dapat mempersiapkan warga untuk menghadapi bencana alam:

1. Mengumpulkan Data Sebelum Terjadi Bencana

Saat ini, informasi yang andal dan tepat waktu tentang bencana alam hanya ada ketika bencana tersebut sudah memasuki zona darurat. Dalam kasus badai dan peristiwa cuaca besar, rintangan fisik dan teknis sering menghalangi tim penyelamat untuk mendapatkan data penting untuk melacak kerusakan, memprioritaskan keselamatan korban, dan tetap menginformasikan kepada publik sehingga orang tahu bagaimana cara untuk menyelamatkan diri dari bencana. Saluran komunikasi yang tidak efektif, sistem respons yang terbebani, gangguan satelit, dan pemadaman internet semakin menghalangi orang untuk mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.

Dari sinilah peran dari sensor IoT untuk mengumpulkan data dan secara sistematis menyiarkan sinyal dari daerah darurat. Sensor ini dapat menyampaikan informasi tentang lingkungan sekitar mereka langsung ke instansi pemerintah dan tim darurat. Misalnya, sensor dapat mengukur suhu, kualitas air, tekanan, tingkat asap, dan kelembaban, yang dapat digunakan untuk beberapa hal. Dalam kasus kebakaran hutan, sensor bisa mendeteksi seberapa jauh dan seberapa cepat api menyebar. Untuk angin topan atau tsunami, sensor dapat memantau tingkat air untuk mengirim peringatan pada tanda pertama banjir. Sensor juga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya gas atau bahan kimia berbahaya yang berasal dari tangki penyimpanan, pabrik, atau pabrik di jalan penghancuran. Perangkat ini sangat penting untuk keputusan mendesak seperti apakah akan mengevakuasi area yang berisiko banjir, atau bagaimana mengevakuasi penduduk ke rute keluar yang paling aman menjelang keadaan darurat.

Dalam prakteknya, dapat dimulai dengan membangun sistem yang menghubungkan data lokal dengan responden pemerintah. Tim teknis dapat menggunakan sensor yang mengirimkan data web-linked ke pusat komando digital yang dapat diakses oleh pejabat pemerintah dari jarak jauh saat berada di lokasi kejadian. Drones dapat memantau daerah bencana selama tahap pencarian dan penyelamatan dan kemudian beralih ke pengumpulan data untuk mendukung upaya pemulihan setelah bahaya telah berlalu.

Untuk mengoptimalkan keefektifan, agensi harus menempatkan sensor terkait web pada aset fisik seperti tanggul, jembatan, dan tiang-tiang untuk memantau faktor risiko seperti kenaikan tingkat air di daerah dataran rendah dan untuk memberi tahu pihak berwenang bila ada masalah dengan infrastruktur penting. Di daerah yang rentan terhadap banjir, misalnya, tim respons harus mengatur sensor di berbagai lokasi sehingga satu perangkat tidak turun ke seluruh jaringan. Membentuk arus data dari sensor di area berisiko juga dapat membantu menentukan dan memprioritaskan lingkungan mana yang harus dijangkau terlebih dahulu.

Tim respons dapat memperoleh gambaran situasi darurat yang lebih jelas lagi jika data sensor digabungkan dengan data demografis dan data pihak ketiga yang relevan. Data sosioekonomi dan demografi yang meningkat akan berguna untuk menginformasikan taktik penjangkauan, misalnya di komunitas di mana orang berbicara dengan berbagai bahasa. Informasi yang didukung oleh Analytics akan memungkinkan tim lokal, negara bagian, dan nasional untuk menargetkan ke lokasi yang lebih membutuhkan bantuan, misalnya, lingkungan dengan populasi lansia yang tinggi yang mungkin tidak memiliki akses terhadap transportasi.

2. Menghubungkan Orang dan Informasi Selama Bencana

Untuk menangani bencana alam dengan presisi, instansi pemerintah dan tim tanggap darurat harus menetapkan sistem komunikasi antara perangkat seluler dari penduduk di daerah berisiko dan sensor IoT di lapangan. Melakukan hal tersebut dapat membantu memfasilitasi dan mempercepat respons lokal selama bencana berlangsung. Sistem harus menanggapi informasi yang masuk berdasarkan data yang diterimanya dari sensor dan sinyal IoT dari perangkat mobile warga. Misalnya, jika seorang warga mencantumkan teks darurat publik untuk menanyakan ke mana harus pergi untuk menghindari banjir lokal, sistem dapat memberikan rekomendasi berdasarkan data tingkat air yang diterimanya dari sensor yang dikerahkan. Respons otomatis yang didukung data dapat memastikan informasi menjangkau orang-orang yang paling membutuhkannya. Data ini harus dikumpulkan secara terpusat, dipantau secara teratur oleh petugas respon, dan secara proaktif digunakan untuk memberi tahu peringatan otomatis yang disiarkan ke perangkat seluler warga dalam radius tertentu di wilayah bahaya.

Tim respons juga dapat menggunakan data sensor untuk koordinasi, analisis, strategi penjangkauan, dan taktik di lapangan. Tindakan ini akan bervariasi dari kasus per kasus. Dalam kasus program stempel makanan, pejabat pemerintah dapat menggunakan informasi tersebut untuk memutuskan (1) bagaimana dan kapan untuk menjangkau penduduk yang terkena dampak, (2) di mana mendirikan pusat distribusi manfaat sementara, karena pusat utama (supermarket, toko serba ada, dan sebagainya) mungkin tidak berfungsi, dan (3) bagaimana memastikan makanan didistribusikan dengan benar.

Organisasi tanggap darurat juga harus mengetahui jalur komunikasi mana yang paling sesuai untuk menjangkau warga yang terkena dampak. Misalnya, jika populasi berisiko didominasi bahasa Spanyol, maka pesan persiapan harus dilakukan dalam bahasa Spanyol. Saat berurusan dengan populasi lansia, penjangkauan dapat dilakukan melalui televisi, surat kabar, dan radio daripada saluran berbasis teknologi seperti teks peringatan dan aplikasi.

Awal penggunaan IoT sudah diterapkan di Amerika dalam Department of Homeland Security’s Consolidated Asset Portfolio and Sustainability Information System (CAPSIS). Dalam bencana angin topan di Texas dan Puerto Riko dan kebakaran hutan di California data lapangan langsung CAPSIS di markas DHS digunakan untuk mencatat kerusakan yang timbul. Di tingkat negara bagian, Departemen Perhubungan Wyoming telah meluncurkan sebuah program percontohan untuk menggunakan konektivitas kendaraan-ke-kendaraan, kendaraan-ke-infrastruktur, dan infrastruktur ke kendaraan untuk memperbaiki pemantauan dan pelaporan kondisi jalan ke pengemudi sepanjang I- 80.

Waktu adalah segalanya dalam situasi bencana. Dengan memasukkan data IoT ke dalam rencana tanggap darurat, agen sektor publik dan responden dapat menggunakan informasi real-time untuk membuat rencana dan menjangkau warga yang membutuhkan pertolongan.

Sumber :

Bencana alam merupakan sesuatu yang berada diluar kuasa manusia , tidak dapat diduga waktu pasti kapan terjadinya sehingga kita sebagai manusia perlu selalu siap sesia untuk menghadapinya. bahkan di indonesia berdasarkan website : http://bnpb.cloud/bnpb/laporan# , Jumlah korban meninggal akibat tanah longsor pada tahun 2017 mencapai 42 Jiwa. agar bencana tidak memakan banyak korban jiwa perlu adanya langkah cerdas dari manusia untuk dapat memprediksi berbagai bencana alam.Caranya adalah dengan menggunakan AI (Artificial inteligent) . Kita dapat memanfaaatkan berbagai manfaat AI dalam menghadapi bencana , seperti menggunakan beberapa aplikasi pendeteksi bencana alam , sehingga diharapkan sebelum bencana tersebut terjadi masyarakat dapat melindungi diri. Berikut adalah beberapa AI yang dapat dimanfaatkan untuk Mempersiapkan diri untuk menghadapi becana :

1. Google Assistant

Google Assistant adalah suatu Aplikasi AI yang dapat kita manfaatkan untuk mempersiapkan menghadapi bencana. Google Assistant dapat menolong anda dengan cara memberi tahu anda bagaimana kondisi cuaca , bagaimana kondisi di lingkungan luar dan anda juga dapat ditolong dengan mencari rute rute tercepat untuk melakukan evakuasi .

2. InaWARE, InaSAFE, dan InaMHEWS (milik BNPB)

InaWARE merupakan aplikasi pemantauan sebagai alat bantu dan fungsi pendukung dalam pengambilan keputusan. Sementara InaSAFE merupakan software gratis, skenario dampak dan kesiapsiagaan dan resiko yang lebih baik. Sedangkan InaMHEWS adalah sistem informasi kombinasi prediksi cuaca.

Waktu sangatlah penting dalam menghadapi bencana . diharapkan dengan adanya aplikasi AI tersebut dapat memberikan anda waktu untuk bersiap menghadapi bencana yang akan terjadi.

sumber :