Apa Peran Fasilitas dalam Jaringan Rantai Suplai?

Sebuah perusahaan mempunyai strategi yang berbeda-beda terkait dengan peran fasilitas-fasilitas perusahaan terhadap strategi jaringan rantai suplai-nya. Apabila perusahaan ingin meningkatkan responsitifitas jaringan rantai suplai mereka, mereka dapat meningkatkan jumlah fasilitas yang ada, membuat fasilitas yang lebih fleksibel dan meningkatkan kapasitas fasilitas mereka.

Tentu saja, strategi tersebut akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit dalam peng-implementasi-annya. Penambahan jumlah dan kapasitas fasilitas yang ada, selain menambah biaya investasi, juga akan menambah biaya-biaya yang ditimbulkan akibat bertambahnya fasilitas perusahaan tetapi akan mengurangi biaya transportasi dan meningkatkan waktu respon dalam melayani pengguna.

Salah satu contoh sukses menerapkan strategi tersebut adalah perusahaan Toyota. Fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dalam jaringan rantai suplai mereka tidak hanya dibangun di kantor pusat mereka, tetapi disebar ke seluruh Dunia dimana pasar utama mereka berada. Selain peningkatan jumlah dan kapasitas fasilitas, mereka juga meningkatkan fleksibilitas fasilitas mereka, sehingga mereka dapat lebih efisien dalam mengelola jaringan rantai suplai. Misalnya, fasilitas pembuatan mobil sedan, juga dapat difungsikan untuk membuat mobil SUV.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melihat dimensi fasilitas terhadap strategi rantai perusahaan adalah :

Peran, dimana perusahaan harus memutuskan bagaimana peran fasilitas tersebut, apakah fleksibel, dedicated, atau kombinasi diantara keduanya ?

Fasilitas yang fleksibel dapat memproduksi berbagai macam jenis produk yang akan dihasilkan oleh perusahaan, tetapi biaya produksi yang dikeluarkan tidaklah se-efisien fasilitas yang mempunyai peran tertentu (dedicated role). Fasilitas dengan peran tertentu mempunyai efisiensi yang tinggi karena fasilitas tersebut memang didesain untuk memproduksi jenis produk yang terbatas.

Selain ke-fleksibilitas-annya, manajemen juga harus memutuskan apakah fasilitas yang dibangun dikhususkan dalam pembuatan produk (product-focused facilities) atau fasilitas yang dibangun dikhususkan untuk fungsi-fungsi tertentu (functional-focused facilities).

Fasilitas yang didesain dalam pembuatan produk (product-focused facilities) mempunyai semua fungsi yang dibutuhkan (fabrikasi dan perakitan) untuk membuat sebuah produk.

Fasilitas yang didesain untuk fungsi-fungsi tertentu (functional-focused facilities) mempunyai fungsi tertentu (fabrikasi atau perakitan) untuk membuat berbagai macam produk.

Lokasi, dimana perusahaan harus memutuskan dimana letak fasilitas-fasilitas tersebut berada.

Apakah fasilitas-fasilitas perusahaan dibangun secara tersentral atau desentralisasi ? Apakah fasilitas perusahaan tersebut dibangun dengan tujuan mendekati bahan baku atau mendekati pasar ?

Banyak sekali faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam menentukan lokasi fasilitas, terutama terkait dengan situasi kondisi lokal tempat dimana fasilitas tersebut akan dibangun. Beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain ; kualitas sumber daya manusia lokal, biaya tenaga kerja lokal, biaya pembangunan fasilitas, ketersediaan infrastruktur, perkiraan besarnya pasar, lokasi fasilitas perusahaan lainnya, peraturan pemerintah pusat maupun daerah dan masih banyak lagi.

Kapasitas, dimana perusahaan harus menentukan seberapa besar kapasitas fasilitas yang akan dibangun.

Semakin besar kapasitas fasilitas yang dibangun, maka akan membutuhkan daya dukung lokal yang besar pula. Selain itu juga akan membutuhkan biaya yang besar pula dalam pembangunannya.

Sedangkan fasilitas dengan kapasitas yang kecil, tidak terlalu membutuhkan biaya yang besar dan mungkin akan dapat meningkatkan efisiensi produksi.

Yang menjadi perhatian utama terkait dengan kapasitas fasilitas yang akan dibuat adalah jangan sampai fasilitas tersebut menjadi kelebihan kapasitas (over capacity) atau, yang lebih buruk lagi, kekurangan kapasitas (under capacity).

Beberapa hal yang harus diukur oleh manajemen terkait performa fasilitas yang ada, yang secara langsung juga mempengaruhi performa rantai suplai, adalah :

  • Kapasitas. Berapa banyak kemampuan maksimal fasilitas dalam memproses sesuatu.

  • Utilisasi. Berapa besar pemanfaatan fasilitas yang digunakan saat ini.

  • Waktu proses/setup/kegagalan/nganggur. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memproses, untuk men-set up, tidak beroperasi karena kegagalan sistem atau nganggur karena tidak ada yang dapat di-operasi-kan. Secara ideal, utilisasi dibatasi oleh kebutuhan bukan dobatasi oleh downtime.

  • Biaya produksi per-unit. Berapa biaya rata-rata yang dibutuhkan untuk memproduksi setiap unit produk yang dihasilkan oleh fasilitas.

  • Kegagalan Kualitas. Berapa banyak fasilitas menghasilkan produk gagal, produk yang tidak sesuai dengan standar kualitas. Kegagalan kualitas akan berdampak pada tertundanya jadwal produksi dan kerugian finansial.

  • Waktu siklus produksi ideal. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi sesuatu apabila tidak terjadi penundaan pada setiap fasenya. Dalam artian, fasilitas berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

  • Waktu rata-rata siklus produksi nyata. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi sesuatu secara nyata. Waktu ini yang digunakan dalam meng-estimasi waktu produksi, bukan waktu siklus produksi ideal.

  • Efisiensi waktu produksi. Merupakan rasio antara Waktu siklus produksi ideal dan Waktu rata-rata siklus produksi nyata.

  • Variasi produksi. Berapa macam produk yang dapat diproduksi oleh fasilitas tersebut.

  • Aturan 80/20. Dimana jumlah total yang diproses oleh fasilitas tersebut ditentukan oleh 20% dari pengguna atau stock-keeping unit (SKUs). SKU ini dipakai dalam informasi stok barang perusahaan. SKU ini yang menjadi pembeda suatu item dengan yang lain. SKU juga sering dicetak dalam barcode untuk memudahkan perusahaan melakukan inventarisasi stok. Dalam aturan 80/20, pemrosesan unit utama sebesar 20% berkontribusi terhadap 80 % total produksi.

  • Rata-rata kelompok produksi. Berapa besar rata-rata produksi untuk setiap kelompok produksi (production batch). Produksi besar akan mengurangi biaya produksi tetapi meningkatkan biaya persen.

  • Production service level. Berapa banyak pesanan dapat dilayani sesuai permintaan dan tepat waktu.

Menurut EDB Singapore Peran fasilitas dalam Jaringan Rantai Suplai Studi Kasus: ERBE Elektromedizin GmbH

Erbe memiliki kehadiran di seluruh dunia di lebih dari 110 pasar luar negeri, menawarkan saran berkualitas dan layanan langsung. Dalam dialog yang erat dengan para ilmuwan dan ahli bedah dari hampir semua disiplin ilmu spesialis, ERBE mengembangkan bentuk-bentuk baru dan ditingkatkan pengobatan yang menguntungkan pasien.

Erbe Singapura pertama kali didirikan pada tahun 2007 dengan 2 karyawan, untuk memiliki kehadiran regional yang mendukung lebih dari 20 pasar mulai dari Selandia Baru ke Korea Selatan. Pusat di Jerman adalah lokasi yang ideal dengan setup yang strategis cocok untuk gaya perusahaan UKM Jerman. Sejak itu, perusahaan telah berkembang menjadi 7 karyawan. Tanggung jawab meliputi manajemen distributor, layanan teknis, penjualan & pemasaran dan pendidikan klinis yang pernah penting yang terutama dicapai melalui workshop bedah di wilayah tersebut. Dengan fasilitas pelatihan yang sangat baik klinis seperti Academia dan ASTC Singapura sangat banyak cocok untuk kegiatan ini.

San, Clinical Ed. Spesialis, Erbe Singapura: "Dengan fasilitas pendidikan klinis yang sangat baik dan lokasi daerah yang berada di pusat, Singapura adalah tempat yang sempurna untuk membawa bersama-sama Pemimpin Opini Key kami regional dan melatih prosedur baru seperti operasi hybrid Erbe. Keamanan dan keandalan dipasangkan dengan kenyamanan dan efisiensi adalah poin tambahan yang membuat Singapura dalam pendidikan yang menyenangkan dan efektif bagi pelanggan kami.

Dari penjelasan studi kasus ini adalah peran fasilitas dalam jaringan rantai suplai ini sangatlah penting. mengapa demikian karena peran faslitas ini akan berimbas pada kepuasan pelanggan sesuai dikatakan oleh San, Clinical Ed. Spesialis, Erbe Singapura bahwasanya fasilitas akan berdampak pada kesenangan dan efektif bagi pelanggan.

Supply Chain Management di Perusahaan Dell Computer

Menurut Lisa W. 2015, Sejak awal berdirinya perusahaan Dell menggunakan sistem penjualan langsung kepada pelanggan. Hal ini menyebabkan Dell tidak memerlukan pihak pengecer atau penghubung ke konsumen. Dell mempertahankan kekuatannya dalam menjual secara langsung ini, mengurangi inventory dan meningkatkan return on capital. Kunci strateginya ialah kerampingan, kecepatan dan fleksibilitas. Operasi Dell diteliti dan dianalisis terus menerus untuk mencari celah-celah menghilangkan atau mengurangi waktu yang digunakan tanpa menambah nilai barang. Analisis dan penelitian ini diutamakan pada proses pengadaan barang dan pembuatan produk.

Pada tahun 1997, Dell tidak hanya menjadi model dari JIT (just in time) manufacturing, tetapi juga perusahaan yang menetapkan sendiri waktu standar untuk perusahaan-perusahaan anggota supply chain dari alur produksi Dell. Misalnya saja sebagian besar dari komponen hanya boleh disimpan di gudang Dell selama rata-rata 15 menit saja. Dell mempunyai pabrik di Austin (Texas), Limerick (Ireland) dan Penang (Malaysia) dan ketentuan tersebut berlaku untuk ke tiga pabrik tersebut. Banyak dari komponen tersebut tidak boleh dipesan sebelum Dell menerima pesanan dari pelanggan.

Untuk mendapatkan tingkatan kerjasama dan integrasi seperti itu, Dell telah menciutkan jumlah pemasok dari 204 perusahaan menjadi 47 perusahaan saja pada tahun 1992. Selain itu, diutamakan dipilih pemasok yang lokasinya berada dekat dengan pabrik-pabriknya dan bukan dari pabrik yang jauh letaknya, meskipun biaya pabrik lokal tersebut lebih mahal. Model direct selling atau direct business model yang dikembangkan Dell tersebut, menghasilkan keuntungan-keuntungan sebagai berikut :

a. Mengurangi inventory
b. Berarti mengurangi inventory carrying cost
c. Mengurangi biaya penjualan
d. Menambah fleksibilitas dalam menghadapi perkembangan pasar
e. Langsung berhubungan dengan pelanggan sehingga mampu langsung memberikanlayanan pada pelanggannya.

Ada satu strategi lagi yang dikembangkan oleh Dell, yaitu membuat komputer dengan komponen yang tersedia di pasaran, sehingga tidak perlu membuat komponen sendiri. Ini membebaskan Dell dari keharusan menumpuk komponen sendiri sebelum merakitnya menjadi komputer.

Strategi terakhir ini memberikan keuntungan-keuntungan tambahan seperti
misalnya :

a. Tidak perlu mempunyai aset berupa mesin dan peralatan
b. Tidak perlu membangun bagian research and development
c. Tidak perlu mempunyai pegawai banyak

Dalam paper “Performance Meansurement and Performance Models for Supply Chain Decision Making” yang ditulis oleh Y Narahari dan Shantanu Biswas, pengukuran kinerja model supply chain dibagi menjadi dua, yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Pengukuran kinerja secara kualitatif meliputi kepuasan pelanggan dan kualitas produk. Pengukuran kinerja secara kuantitatif meliputi lead time dari pemesanan ke pengiriman, supply chain response time, fleksibilitas, dan banyak yang lain. Pengukuran kinerja metode kuantitatif ini dibagi lagi menjadi dua, yaitu pengukuran kinerja Non-Financial dan Financial.

Cycle Time
Pada suatu proses bisnis dikenal adanya lead time dan supply chain time, keduanya merupakan waktu delay dari pesanan ke penerimaan pelanggan. Dell memiliki slogan yang menggambarkan lead time yang dapat terjadi pada proses bisnisnya, yaitu “apabila kita memiliki persediaan untuk 11 hari, sedangkan pesaing kita memiliki untuk 80 hari maka pada saat misalnya ada chips baru dari Intel, kita akan bisa memasarkannya 69 hari lebih cepat”.

Pada referensi lain, untuk melakukan pembelian ke Dell, pelanggan cukup memutar saja nomor Website dan mengikuti petunjuk yang ditayangkan di layar monitor. Pelanggan akan menerima konfirmasi pesanannya dalam waktu 5 menit setelah memesannya dan dalam waktu 36 jam (3 hari) sesudah itu, pesanannya akan selesai dibuat dan keluar dari production line untuk dimuat di truk pengangkut. Sebagian besar dari waktu yang digunakan bukan untuk asembling produk tersebut, tetapi untuk pemasangan software dan pengetesannya. Dell mengharapkan bahwa pembayaran dapat dilakukan, dengan credit card melalui internet, dalam waktu 24 jam sesudah pemesanan dilakukan. Bandingkan misalnya dengan pesaingnya yang besar seperti Compaq, yang harus menunggu pembayaran sampai 35 hari dari penyalur utamanya.

Beberapa strategi Dell dalam memuaskan para pelanggan ialah memberikan layanan yang kecil-kecil tetapi sangat berguna bagi pelanggan seperti :

a. Membantu merencanakan konfigurasi komputer
b. Memasang software standar
c. Memasang asset sticker
d. Mengunjungi pelanggan untuk memberikan layanan purna jual
e. Membantu dalam pembelian PC dan layanannya

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa peran fasilitaas dalam jaringan rantai suplai sangat penting dari awal produksi hingga proses pemasaran karena fasilitas yang bagus adalah yang dapat memenuhi kebutuhan dan sesuai dengan keinginan para pelanggannya. Setiap perusahaan yang memiliki fasilitas yang memadai seperti bahan baku, fasilitas mesin, tempat, dan lain-lain akan menambah kualitas produksi produk tersebut, Sehingga dapat meningkatkan pelanggan dan keuntungan.

Peran fasilitas Supply Chain Management (SCM) di PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (Sari Roti).

Berdasarkan data Kementrian Perindustrian (Kemeperin) tahun 2010, industri makanan, minuman, dan tembakau memberikan kontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan industri nasional, yaitu sebesar 34,35%. Dalam proses pemasaran maupun produksi, istilah SCM sudah tidak asing lagi mengingat peranan dan fungsi yang besar dalam keberlangungan suatu perusahaan. Industri terigu merupakan salah satu industri yang potensial karena merupakan bahan baku dalam pembuatan roti, biskuit maupun snack. Tentunya, industri roti memegang peranan penting sebagai hilirisasi dari industri terigu. Secara pemasaran industri roti akan mendorong terbentuknya toko-toko roti (bakery) sebagai mediator antara produsen dengan konsumen sehingga membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat. Industri Bakery Indonesia dibagi 3 segementasi yaitu home/small 80%, produksi massa 10% dan Boutique Bakery 8-10%.

Dalam pelaksanaan produktivitasnya PT Nippon Indosari Corpindo khususnya dalam menghasilkan bakery (products) dibutuhkan supply chain management untuk menghasilkan karakteristik bakery yang bagus. Hal ini menyangkut berbagai macam hal, diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Raw material yang diperlukan untuk produksi berjumlah cukup besar. Selain itu bahan juga merupakan bahan mentah yang mempunyai waktu kadarluasa.
  • Barang hasil produksi memiliki waktu kadarluasa yang sangat singkat (kurang lebih empat samapi lima hari). Hal ini mengakibatkan diperlukannya sistem supply yang baik untuk dapat menanggulangi masalah tersebut.

Bagan SCM pada PT Nippon Indosari Corpindo Tbk.

Menurut sumber yang ada, sebelumnya PT NIC menggunakan SAP (System Application And Product In Data Processing) sebagai ERP, setelah itu diikuti implementasi SCM ke dalam business plan-nya

Implementasi SAP di Nippon Indosari Corpindo sendiri dimulai pada tahun 2007. Implementasi yang dilakukan adalah implementasi penuh dari pembelian bahan mentah hingga distribusi produk roti. Hal ini berarti bahwa modul SCM dipakai, karena untuk melakukan penjadwalan pembelian diperlukan modul tersebut. Selain itu modul finansial diterapkan. Dengan pemanfaatan ini, maka kondisi setiap pabrik dapat diintegrasikan secara real-time.

Selanjutnya pada penerapan SCM di Nippon Indosari Corpindo terjadi peningkatan efisiensi dalam penanggulangan stok barang. Selain itu dengan adanya sistem terintregasi berkat SAP stok menjadi mudah dipantau. Hal ini juga berpengaruh terhadap distribusi barang jadi (roti) di setiap pabrik. Dengan adanya peningkatan tersebut maka penjualan juga meningkat. Berikut tabel di bawah menunjukkan penjualan net perusahaan di tahun 2005 hingga 2009.

Dari sini dapat terlihat bahwa terjadi peningkatan yang drastis pada total seluruh penjualan tahun 2007 ke atas. Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya sebelum penerapan SCM SAP, maka dapat dilihat jelas bahwa penerapan SCM SAP meningkatkan sales perusahaan ini.

Perangkat lunak dan teknologi yang digunakan PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. Diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Konsep Just In Time (JIT)
    Karena barang hasil produksi PT NIC yang berupa roti memiliki waktu kadarluasa yang sangat singkat (kurang lebih empat samapi lima hari), maka diperlukan konsep Just In Time (JIT). Tujuannya untuk mengefisienkan proses sehingga tidak diperlukan adanya stok di pusat distribusi. Jadi ketika pemasok mengirim barang hari ini ke DC (Distribution Center), maka keesokan harinya barang itu sudah terkirim ke toko-toko.
  2. APO ( Advance Planning & Optimization) tool
    APO tool adalah tool yang dipakai dalam supply chain management, di dalamnya termasuk rencana untuk produksi, warehousing, dan transportasi. SAP APO tool mempunyai kemampuan untuk merencanakan kebutuhan pelanggan. Di dalam APO tool terdapat dermand planning dan supply network planning yang dapat mendukung perusahaan pada seluruh penjualan, proses perencanaan operasi produksi dan penjadwalan rinci. Ini menjamin setiap aset produksi dapat mencapai efisiensi maksimum (dalam hal ini adalah dalam bidang produksi, mulai dari bahan baku mentah yang masuk ke pabrik kemudian sampai ke tangan konsumen).
  3. RFID (Radio Frequency Identification)
    RFID yaitu sebuah teknologi dimana informasi mengenai barang yang diproduksi dikirimkan melalui gelombang frekuensi, menggunakan media tag atau chip. Mencakup tahapan mulai dari bahan baku yang diterima dari pemasok, kemudian dimasukkan ke dalam proses produksi, sampai menjadi barang jadi. Melalui teknologi RFID, perusahaan dapat memperoleh data mengenai berapa barang yang akan di produksi, barang akan dijual kemana, dan data lain yang berkaitan dengan produksi barang dan penjualan barang, dengan hal ini perusahaan dapat mempercepat penjualan mereka.

Jadi berdasarkan keterangan diatas peran fasilitas dalam supply Chain Management pada perusahaan sari roti merupakan hal yang sangat penting dengan adanya fasilitas perangakat lunak dan teknologi yang digunakan dapat meningkatkan keuntungan pada perusahaan tersebut diantaranya yaitu :

  1. Peningkatan efisiensi dalam penanggulangan stok barang.
  2. Mempercepat distribusi barang jadi (roti) sehingga meningkatkan penjualan.
  3. Berkat SAP dalam SCM, stok barang menjadi mudah dipantau.
    sehingga perusahaan sari roti mampu menghasilkan produk yang berkalitas dan menjamin kebersihan produknya, serta efisien dalam hal produksi dan distribusi produk yang dihasilkan dengan cakupan area pemasaran yang luas.

rantai_suplai

Berdasarkan penilitan dari R McLeod Jr, GP Schell bahwa fasilitas memiliki peranan penting dalam menjalankan rantai suplai.

secara langsung performa dari rantai suplai salah satunya adalah kapasitas, dalam kapasitas ini jika tidak terpenuhi maka barang akan terbuang sia-sia. ketika peran fasilitas ini tidak diperhatikan betapa ngerinya dunia usaha yang terjadi. pegawai tidak terfasilitasi , maka bisa jadi pegawai tersebut tidak bekerja secara optimal. Barang pun tidak akan dapat jadi jika fasilitas utama tidak ada. karena salah satu faktor produk bisa ada dikarenakan adanya fasilitas yang mendukung. karena tanpa fasilitas sebuah visi dari prodak tidak akan bisa berjalan.

Peran fasilitas supply chain management pada PT Sumber Alfaria Trijaya, Tbk

Ekspansi dan efisiensi yang dilakukan PT Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. terbukti mampu menopang kinerja perusahaan sepanjang tahun 2009. Dengan strategi ekspansi yang didasari pertumbuhan pesat dengan investasi minimum serta efisiensi di setiap lini bisnisnya, PT Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. telah mengakhiri tahun 2009 dengan kinerja yang positif serta memasuki tahun 2010 dengan optimisme. Pandangan positif mengenai hal ini mengemuka dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Perusahaan hari ini, Senin (07/06/10). Tahun 2009 menandai pencapaian penting dalam satu dekade Alfamart sejak mulai beroperasi pada tahun 1999. Dalam kurun waktu 10 tahun, Alfamart telah berkembang pesat dari distributor barang-barang konsumsi hingga menjadi yang terdepan dalam hal kenyamanan, harga yang kompetitif, pilihan produk yang lengkap, dan layanan yang ramah.

Dengan bentuk gerai komunitas yang beroperasi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat umum, didukung oleh staf yang berdedikasi, produk yang berkualitas, serta harga yang kompetitif, Perseroan senantiasa berupaya memastikan bahwa Alfamart telah memenuhi kepentingan pelanggan dengan menyediakan barang-barang yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari hari. Dari sudut pandang bisnis, posisi puncak dalam Nielsen Store Equity Index menjadi bukti nyata bahwa Alfamart secara sungguh-sungguh telah mempraktikan slogannya yaitu “Belanja Puas, Harga Pas”. Untuk ketiga kalinya berturut-turut (sejak 2007), pada tahun 2009 Alfamart kembali meraih posisi tertinggi di dalam indeks tersebut dengan nilai keseluruhan 3,3. Di tahap ini merupakan sebuah kebanggan untuk menekankan bahwa Perseroan telah mengukuhkan status baru sebagai aset nasional yang bernilai. Sejak awal berdirinya 10 tahun yang lalu hingga kesuksesannya hari ini, Alfamart telah mencapai semuanya berkat dedikasi dan kerja keras dari seluruh karyawan kami.

Strategi ekspansi yang didasari oleh pertumbuhan pesat dengan investasi minimum (dengan memanfaatkan sistem waralaba), perseroan mengiatkan upaya untuk melakukan penetrasi ke pasar-pasar baru yang potensial di luar Jawa. Bali dan Makassar pada khususnya, diperkirakan akan bertumbuh paling pesat mengingat tingginya potensi yang ada di kedua wilayah tersebut. Di tahun 2009, Alfamart membuka dua buah DC baru untuk menambah kapasitas pasar di Malang dan Bandung 2. Selain itu, perseroan juga menyiapkan DC-DC baru di Klaten, Bali, Balaraja, Palembang, dan Makassar. Sepanjang tahun 2009 tercatat jumlah gerai meningkat 11,2 dari 3.373 gerai pada tahun 2008 menjadi 3.776 gerai. Dari sisi kinerja keuangan, Alfamart membukukan pertumbuhan penjualan bersih sebesar 27,03 pada tahun 2009 dari Rp 8,3 triliun menjadi Rp 10,55 triliun. Pencapaian tersebut menyebabkan EBITDA meningkat sebesar 26,8 di tahun 2009 dari Rp 396 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp 502 miliar, sama halnya dengan laba bersih yang meningkat sebesar 40,3 menjadi Rp 186 miliar jika dibandingkan pada posisi yang sama di tahun 2008 yang tercatat sebesar Rp 133 miliar. Untuk toko-toko waralaba, melanjutkan tren kenaikan yang telah berlangsung sejak kami membuka kesempatan untuk memiliki toko Alfamart pada tahun 2001, Perseroan melebarkan jangkauan hingga mencapai 898 toko, bertumbuh sekitar 39% dari tahun 2008 yang mencatat angka 646.

Efisiensi juga berhasil ditingkatkan melalui pemakaian BBM serta didukung oleh pemantauan jadwal pengantaran dan rute secara intensif. Penurunan serupa juga terjadi pada biaya lembur melalui alokasi karyawan antar toko secara fleksibel. Diharapkan, Perseroan dapat terus meningkatkan strategi yang telah ditempuh sehingga pada tahun 2010 Alfamart akan dapat terus berkembang dengan positif baik dari segi bisnis, investasi, serta kontribusinya sebagai sebuah aset nasional.

sumber : Poentja_Dion: SUPPLY CHAIN MANAGEMENT