Apa saja Penyebab Utama Daya Tarik Seseorang Untuk Berinteraksi?

interaksi
Proses interaksi berlangsung berdasarkan pada beberapa faktor, seperti faktor sugesti, imitasi, identifikasi dan simpati. Apa Penyebab Utama Daya Tarik Seseorang Untuk Berinteraksi?

Proses interaksi berlangsung berdasarkan pada beberapa faktor, seperti faktor sugesti, imitasi, identifikasi dan simpati, namun demikian sebelum hal itu terjadi terdapat beberapa hal yang menyebabkan daya tarik seseorang untuk berinteraksi, diantaranya yang utama adalah:

  • Kesempatan Untuk Berinteraksi
    Secara sederhana dapat digambarkan dengan jelas bahwa seseorang yang jarang melihat/bahkan tidak pernah bertemu, kemudian berbicara dengan individu yang lain akan sulit dapat berhubungan/berinteraksi. Kesempatan untuk berinteraksi apabila dihubungkan dengan faktor lingkungan, ditentukan oleh hal-hal yang berhubungan dengan jarak fisik (physicaldistance) dan jarak psikologis (phycologicaldistance) (Thoha, 1983).

    Orang-orang yang bertempat tinggal berdekatan/yang mempunyai hubungan tertentu secara pribadi, mempunyai kesempatan yang besar untuk saling berinteraksi, dengan demikian jika dibandingkan dengan mereka yang bertempat tinggal saling berjauhan dan tidak mempunyai hubungan tertentu secara psikologis, cenderung untuk tidak saling berinteraksi/sama lain.

  • Status Sosial
    Status sosial merupakan salah satu faktor yang menentukan daya tarik antara individu untuk saling berinteraksi. Status/kedudukan sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang- orang lain, dalam lingkungan pergaulannya, martabatnya dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. Penggunaan kata status disini menunjukkan pada perbedaan dan martabat (prestige) dan pada perbedaan diantara orangperorangan dan kelompok di dalam masyarakat.

    Martabat pada dasarnya terletak pada pengakuan interpersonal yang selalu meliputi paling sedikit satu individu, yaitu siapa yang menuntut dan individu lain, yaitu siapa yang menghormati tuntutan tersebut (Soemardjan dan Soemardi, 1964).

    Menurut Horowitz dalam (Thoha 1983), seseorang tertarik pada orang lain karena adanya kesamaan status. Seseorang yang mempunyai status sosial tinggi lebih menyukai berinteraksi dengan sesamanya demikian juga dengan mereka yang berstatus sosial di bawahnya, cenderung untuk berinteraksi dengan sesamanya dibandingkan dengan orang lain yang memiliki perbedaan status sosial. Untuk mengetahui kedudukan/status sosial seseorang dalam masyarakatnya, dapat dilihat dari tingkat pendidikan dan pendapatannya.

    Dalam masyarakat kita pada umumnya, faktor pendidikan ini memegang peranan penting dalam menentukan kedudukan sosial seseorang anggota masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kedudukan sosial yang diperoleh dari masyarakat. Selain faktor pendidikan, tingkat pendapatan seseorang juga menentukan kedudukan/status sosialnya dalam masyarakat. Pendapatan ini berkaitan erat dengan jenis pekerjaan seseorang, kerena pendapatan adalah merupakan imbalan atas pekerjaan yang telah dilakukan seseorang, jadi dapat disimpulkan bahwa pekerjaan merupakan alat untuk memperoleh pendapatan, dan biasanya imbalan diberikan berupa barang/uang, seseorang yang mempunyai tingkat pendapatan tinggi dapat dikatakan sebagai orang kaya (dalam arti pemilikan materi), sedangkan ukuran kekayaan dapat dijadikan suatu ukuran; barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan atas (Seokanto, 2002)

  • Kesamaan Latar Belakang
    Latar belakang yang sama merupakan salah satu faktor penentu dari adanya daya tarik seseorang untuk berinteraksi dengan yang lainnya. Adanya kesamaan latar belakang seperti misalnya usia, jenis kelamin, pendidikan, agama, status sosial ekonomi dan kebangsaan/ras akan memudahkan mereka untuk menemukan daya tarik untuk berinteraksi dengan sesamanya. Menurut hasil penelitian bahwa kesamaan status sosial-ekonomis, agama, jenis kelamin dan umur merupakan suatu bukti bahwa individu cenderung mau berinteraksi dengan orang lain (Thoha,1983). Pendapat ini dapat dimengerti, misalkan seseorang akan lebih mudah tertarik dan berinteraksi dengan orang lain yang memiliki suku sama dibandingkan dengan bergaul dengan mereka yang berbeda suku bangsa/daerah asalnya.

Bentuk Interaksi


Beberapa bentuk interaksi yang terjadi di masyarakat sosial antara lain :

  1. Kerjasama (Cooperation)
    Suatu harapan yang diinginkan dari suatu interaksi sosial adalah suatu terjalinnya kerjasama antara pihak-pihak yang saling berinteraksi. Menurut Seokanto, (2002) pentingnya fungsi kerja sama dapat digambarkan sebagai berikut:

    “Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut, kesadaran akan suatu kepentingan-kepentingan yang sama dan merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerjasama yang berguna” (Soekanto, 2002).

    Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa kerjasama timbul akibat adanya interaksi sosial. Adanya kesamaan kepentingan yang dapat berasal dari kesamaan latar belakang dapat menjadikan seseorang pada kesamaan sikap, kemudian akan timbul interaksi sosial yang dapat mengarah pada bentuk kerjasama.

    Kerjasama dapat berkembang dan orang-orang yang terlibat tadi dapat bergerak/berusaha untuk memenuhi tujuan bersama, yang dalam hal mana masing- masing pihak sadar akan tujuan bersama tersebut bagi hidupnya dalam suatu kelompok/masyarakat pada umumnya. Kerjasama apabila dihubungkan dengan interaksi sosial, sangat berkaitan dengan adanya kecenderungan-kecenderungan tertentu, seperti diungkapkan oleh (Taneko, 1984), bahwa orang cenderung untuk bergaul (berinteraksi) terutama dengan orang yang mempunyai status sama dan dalam stratum yang sama. Pergaulan-pergaulan pribadi dipermudah oleh kesamaan-kesamaan dalam latar belakang minat dan pengalaman, misalnya, kesamaan dalam pendapatan menimbulkan standar-standar kehidupan yang sama, kesamaan-kesamaan dalam pekerjaan menimbulkan kesamaan dalam pengalaman dan minat serta kesamaan dalam pendidikan memberikan latar belakang intelektual yang sama.

    Apabila diperhatikan dalam teori-teori sosiologi, maka dapat ditemukan beberapa bentuk kerjasama yang biasanya diberi nama cooperation (kerja sama) di bedakan atas spontaneous (spontan), directed cooperation, (kerjasama terarah) contractual cooperation, (kerjasama kontrak) dan traditional cooperation (kerjasama tradisional). Bentuk kerjasama yang pertama merupakan kerjasama yang timbul secara spontan, yang kedua merupakan hasil perintah dari atasan/penguasa, yang ketiga merupakan kerjasama atas dasar hukum, dan yang keempat merupakan bentuk kerjasama sebagai bagian/unsur sistem sosial (Taneko, 1984).

  2. Persaingan (Competition)
    Persaingan menurut (Shandily, 1903) diartikan sebagai suatu proses menunjukkan pengaruh tentang-menentang antara perseorangan/antara golongan dalam mengejar tujuan bersama, sedangkan menurut pendapat (Bournan, 1983) adalah suatu perjuangan (struggle) dari pihak-pihak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Suatu ciri dari persaingan adalah perjuangan menyingkirkan pihak lawan itu dilakukan secara damai/secara “fair play”, artinya selalu menjunjung tinggi batas-batas yang diharuskan.

    Secara umum persaingan/competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana orang perorangan/kelompokkelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidangbidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian dari publik (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara usaha-usaha menarik perhatian publik/dengan mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan ancaman/kekerasan (Soekanto, 2002).

  3. Pertentangan (Conflict)
    Suatu pertentangan timbul karena adanya persaingan, baik antar individu atau antar kelompok. Selain itu pertikaian atau pertentangan dapat timbul karena adanya perbedaan emosi antar orang dalam suatu proses interaksi sosial. Perbedaan emosi boleh jadi timbul karena adanya kepentingan sosial (Syani, 2007).

    Pendapat di atas dapat dimengerti, sebab suatu masalah timbul karena kepentingan sosial yang berbeda pada setiap bentuk masyarakat Perbedaan kepentingan, baik perorangan maupun kelompok manusia merupakan sumber timbulnya suatu pertentangan meskipun pertentangan banyak menggambarkan bentuk-bentuk negatif dalam suatu interaksi sosial tetapi sekaligus mempunyai fungsi bagi kehidupan masyarakat, artinya dapat juga bersifat positif.

    Misalkan dalam suatu musyawarah, seringkali terjadi pertentangan-pertentangan pendapat akan tetapi melalui pemikiran-pemikiran yang rasional dalam musyawarah tersebut biasanya menghasilkan perpaduan pendapat atau kesepakatan tentang apa yang menjadi permasalahan dalam musyawarah itu. Apakah suatu pertentangan membawa akibatakibat yang positif atau tidak, hal itu tergantung dari persoalan yang dipertentangkan dan juga dari struktur sosial.

Interaksi sosial secara umum dapat dipengaruhi oleh perkembangan konsep diri dalam seseorang, terkhusus lagi dalam hal individu memandang positif atau negatif terhadap dirinya, sehingga ada yang menjadi pemalu atau sebaliknya dan akibatnya kepada masalah hubungan interaksi sosialnya.

Menurut Monks dkk (2002) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi interaksi sosial yaitu :

  • Jenis kelamin.
    Kecenderungan laki-laki untuk berinteraksi dengan teman sebaya/sejawat lebih besar daripada perempuan.

  • Kepribadian ekstrovert .
    Orang-orang ekstrovert lebih komformitas daripada introvert.

  • Besar kelompok .
    Pengaruh kelompok menjadi makin besar bila besarnya kelompok semakin bertambah.

  • Keinginan untuk mempunyai status.
    Adanya dorongan untuk memiliki status inilah yang menyebabkan seseorang berinteraksi dengan sejawatnya, individu akan menemukan kekuatan dalam mempertahankan dirinya di dalam perebutan tempat atau status terlebih di dalam suatu pekerjaan.

  • Interaksi orang tua.
    Suasana rumah yang tidak menyenangkan dan tekanan dari orang tua menjadi dorongan individu dalam berinteraksi dengan teman sejawatnya.

  • Pendidikan.
    Pendidikan yang tinggi adalah salah satu faktor dalam mendorong individu untuk interaksi, karena orang yang berpendidikan tinggi mempunyai wawasan pengetahuan yang luas, yang mendukung dalam pergaulannya