Apa penyebab dari intrastate conflict?

image

Pada umumnya dalam konflik internal, aktor-aktor kuncinya adalah pemerintah dan kelompok-kelompok pemberontakan, tetapi ketika struktur negara lemah atau tidak ada, konflik horizontal antarkelompok dapat terjadi.

Beberapa konflik internal juga didasarkan dari kombinasi permasalahan ideologi, kriminal, politik dan juga etnis serta beberapa konflik juga berubah-ubah.

Secara umum, Brown mengidentifikasikan empat faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kekerasan dalam konflik internal, yaitu; struktur, politik, sosial/ekonomi dan kultur. Keempat faktor tersebut dapat menjadi penyebab utama (underlying causes) dan juga penyebab pemicu (proximate causes).

Faktor UNDERLYING CAUSES (PENYEBAB UTAMA) PROXIMATE CAUSES (PENYEBAB PEMICU)
Struktur · Negara lemah · Negara collaps / lumpuh
· Konsentrasi pada keamanan Intra-state dan terjadinya security dilemma · Perubahan perimbangan militer dalam negara
Demografi etnik · Pola atau bentuk perubahan demografi
Politik · Diskriminasi politik · Transisi Politik
· Ideologi nasional · Berkembangnya pengaruh ideologi / paham nasional
· Dinamika politik antar kelompok · Bertumbuhnya kompetisi antar kelompok
· Pertentangan para pemimpin yang makin intensif
Sosial Ekonomi · Masalah ekonomi · Permasalahan ekonomi yang menggunung
· Sistem ekonomi yang diskriminatif · Timbulnya kesenjangan ekonomi
· Modernisasi · Percepatan pembangunan dan modernisasi
Kultur · Diskriminasi budaya · Diskriminasi kultur yang makin intensif
· Problem historis · Pertentangan dan propaganda etnis

Faktor struktur

Faktor pertama yang menyebabkan terjadinya kekerasan dalam konflik internal adalah faktor struktur. Faktor ini disebabkan oleh tiga hal;

  1. Negara lemah, konsentrasi keamanan dalam negeri yang dilakukan oleh setiap kelompok identitas yang berbeda, sehingga melahirkan dilema keamanan dan geografi etnik. Negara lemah mengakibatkan institusi politik lemah, legitimasi rendah dan pemikiran politik terkotak-kotak.

    Jika legitimasi rendah, maka kemampuan negara untuk mengatur masyarakatnya pun melemah karena legitimasi pada dasarnya merupakan penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap hak moral pemimpin untuk memerintah, membuat dan melaksanakan keputusan politik.

    Menurut Max Webber, tanpa adanya legitimasi, maka aturan, regim atau pemerintahan yang ada akan mengalami kesulitan dalam mengelola konflik demi terciptanya stabilitas dan pemerintahan yang baik.

  2. Konsentrasi keamanan pada kelompok tertentu akan melahirkan dilema keamanan dan ketegangan dengan kelompok lainnya yang berbeda identitas. Kelompok A akan menginterpretasikan konsentrasi keamanan yang dilakukan oleh kelompok B sebagai upaya mempersiapkan perang dan karenanya harus diimbangi dengan konsentrasi kekuatan pula.

    Begitu pula sebaliknya, meskipun belum tentu sesungguhnya konsentrasi tersebut dipersiapkan untuk perang melainkan sekedar untuk antisipasi atau upaya pertahanan belaka. Hal ini mengakibatkan setiap kelompok akan meningkatkan intensitas dan kekuatan militernya.

    Jika mereka tidak melakukan hal tersebut, ada kekhawatiran terjadi penyerangan terhadap mereka. Kondisi seperti ini melahirkan adanya suatu dilema keamanan; bersiap diri dianggap memancing peperangan, berdiam diri menjadi santapan mudah.

  3. Adanya pembagian atau pembatasan wilayah berdasarkan etnik tertentu atau demografi etnik. Sekelompok etnik yang secara khusus mendiami sebuah wilayah tertentu dalam suatu negara bisa menimbulkan ancaman pemisahan diri.

    Keinginan tersebut dapat terwujud dengan mudah karena mereka didukung kekuatan infra dan supra struktur di wilayah tersebut. Masalah menjadi rumit karena biasanya pemerintah pusat selalu menolak permintaan untuk memisahkan diri tersebut.

    Apabila negara yang bersangkutan memiliki institusi manajemen konflik yang sudah mapan, maju dan demokratis, maka konflik dapat diselesaikan secara positif atau konstruktif. Tetapi apabila itu terjadi dalam negara dunia ketiga yang mayoritas belum mencapai pada tahap kematangan demokrasi, maka konflik akan menjadi negatif atau destruktif.

Faktor politik

Faktor kedua penyebab terjadinya kekerasan dalam konflik internal adalah faktor politik. Faktor ini juga terjadi disebabkan oleh tiga hal, yaitu diskriminasi, pertentangan mengenai ideologi nasional dan dinamika politik antar kelompok.

Adanya diskriminasi politik dari pemerintah berkuasa atau kelompok mayoritas tehadap kelompok tertentu atau kaum minoritas akan menimbulkan solidaritas anggota kelompok etnis tertindas untuk mengadakan perlawanan.

Ideologi nasional dapat menjadi penyebab timbulkan kekerasan konflik internal apabila tidak menampung dan melindungi seluruh kepentingan kelompok dan identitas yang ada atau hanya didasarkan pada kepentingan kelompok yang berkuasa saja. Begitu pula dengan dinamika politik yang terjadi antar kelompok masyarakat.

Jika dinamika politik kelompok didasarkan pada semangat primordialisme maka aktivitas politik akan menjadi wadah bagi kekerasan. Sebaliknya, jika dinamika tersebut dibangun atas dasar kepentingan nasional secara keseluruhan, maka semua kepentingan masyakat akan terwakili, sehingga kekerasan dapat dihindari.

Sedangkan faktor yang ketiga adalah faktor ekonomi. Faktor ekonomi sosial dapat menyebabkan terjadinya konflik internal, apabila;

  1. negara atau masyarakat yang bersangkutan memiliki permasalahan ekonomi yang menumpuk sehingga hal tersebut menimbulkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat dan melahirkan berbagai gejolak dan tindakan kekerasan. Pertumbuhan ekonomi yang lambat, stagnan, merosot dan kolaps dapat membuat masalah destabilisasi semakin besar.

  2. sistem ekonomi yang berlaku sangat diskriminatif atau terjadi ketimpangan sosial yang tajam antara kelompok yang kaya dan kelompok masyarakat biasa.

  3. adanya modernisasi ekonomi dalam skala global yang memberikan dampak pada kehidupan ekonomi domestik. Modernisasi dapat menciptakan konflik apabila masyarakat tidak atau belum siap menghadapi perubahan yang ada secara drastis sementara perubahan tersebut tidak mungkin dihindari.

Faktor kultur

Faktor terakhir yang dapat menyebabkan terjadinya konflik internal adalah kultur. Kultur dapat menjadi penyebab apabila terjadi diskriminasi budaya terhadap kelompok tertentu atau ada problem historis antara satu kelompok dengan kelompok lain yang belum tertuntaskan. Semakin kuat pemerintah pusat menekan atau mengabaikan inisiatif kelompok minoritas, maka semakin kuat pula radikalisasi pemisahan diri.

Pertentangan yang melibatkan kultur ini memiliki dampak yang lebih besar dibanding faktor-faktor yang lain, karena pada dasarnya identitas kultur seseorang/ kelompok tidak akan pernah bisa dirubah.

Referensi :

  • Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 1992.
  • Joseph Bensman, “Max Webber’s Concept of Legitimacy: An Evaluation”, dalam Arthur J.Vidich dan Ronald M. Glassman (eds.), Conflict and Control: Challenge to Legitimacy of Modern Governments, California: Sage Publications, 1979.
  • Michael E.Brown (eds), The International Dimensions of Internal Conflict…
  • Wolfgang Danspeckgruber, “Self-Determination, Self-Governance and Security”, International Relations, Vol.XV, No.1, April 2000.