Kata as-Salam terambil dari akar kata Salima yang maknanya berkisar pada keselamatan dan keterhindaran dari segala yang tercela.
Ucapan yang dianjurkan Islam bila bertemu dengan sesama bukan sekedar Assalamua’alaikum, tetapi di tambah dengan wa rahmatullahi wabarakatuh, rahmat dan berkah ini, untuk menunjukkan bahwa bukan hanya keselamatan dari kekurangan aib yang diharapkan kepada mitra salam, tetapi juga rahmat Allah dan berkah, yaitu aneka kebajikan-Nya juga kiranya tercurah.
Dalam syarah kitab Riyadhus Shalihin, Al-Utsaimin mengungkapkan bahwa as-Salam mempunyai makna ad-do’a atau do’a yaitu do’a keselamatan dari segala sesuatu yang membahayakan, karena merugikan, atau merusakkan sekedar contoh , apabila kalian mengucap As-slamu’alaikum kepada seseorang, hal ini maksudnya bahwa kalian berdo’a kepada allah swt agar allah swt senantiasa menyelamatkannya dari sakit , gila, keburukan manusia, bermacam kemaksiatan, penyakit hati dan diselamatkan dari api neraka.
Syeikh Ahmad Asy-Shawy dalam kitab tafsir Ash-Shawy ketika menafsirkan waiza huyyitum bitahiyyati pada QS. 4 :86 beliau mengatakan bahwa as-Salam maknanya keselamatan dari segala marabahaya baik di dunia maupun di akhirat.
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu. Surat An-Nisa’ Ayat 86
Berdasarkan uraian di atas ucapan salam ini mengandung do’a keselamatan dari segala perkara yang membahayakan atau merugikan baik di masa yang akan datang. Do’a yang terkandung dalam ucapan ini jangkauannya cukup luas dibandingkan dengan ucapan selamat pagi atau selamat siang dengan demikian ucapan selamat ini pada akhirnya tidak biasa di setarakan dengan ucapan-ucapan selamat lainnya.
Dalam pendekatan lain, kata As-Salam termasuk sifat Allah. Ketika salam ini dinisbahkan kepada Allah berarti zat salamah yang dimiliki keselamatan keterhindaran. Itulah pendapat ulama seperti yang telah dikutip oleh Qurais Shihab hanya saja lanjut beliau beberapa ulama tersebut berbeda dalam memahami istilah ini.
Ada yang memahaminya dalam arti Allah terhindar dari segala aib dan kekurangan, ada juga yang berpendapat bahwa Allah yang menghindarkan semua makhluk dari penganiayaanNya, dan ada juga yang berpendapat bahwa as-Salam yang dinisbahkan kepada Allah itu berarti yang memberi salam kepada hamba-hambaNya di surga kelak.
Dalam al-Qur’an, kata as-Salam, memiliki lebih dari satu arti, al- Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab, dan kemukjizatan bahasa al-Qur’an adalah sebuah keniscayaan. Kata salam memiliki banyak arti, sesuai dengan perbedaan bentuk huruf-hurufnya.kata sallama berarti “ mengucapkan salam penghormatan kepada orang lain”, sebagaimana halnya juga bermakna “tunduk dan patuh”. Ia juga bermakna menyelamatkan”.
Salam adalah salah satu Al Asmaul Husnah yang artinya bahwa Allah yang maha selamat dari segala kekurangan dan sifat-sifat tertentu salah satu dari rukun Shalat, yaitu ketika mengucapkan salam ketika menoleh ke kanan dan ke kiri.
Sering kali kalimat ini kita ucapkan, ketika dijalan bertemu dengan teman, ketika meninggalkan rumah, masuk rumah, kita selalu mengucapkan kalimat salam, Assalamua’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, yang artinya adalah” semoga keselamatan, rahmat Allah dan berkah-Nya tercurah padamu.
Salam sekilas seperti ucapan yang biasa saja. Namun, sebenarnya terdapat makna yang besar. Salam biasa dijadikan identitas orang muslim ketika bertemu dengan saudara yang seiman, salam bisa menjadikan identitas suatu kelompok perkumpulan dalam Islam. Salam pun juga identik dengan jabat tangan, dengan maksud agar silaturahmi lebih terjalin dengan baik.
Salam merupakan amal yang di syariatkan. Telah disebutkan dalam al- Kitab maupun as-Sunnah dalil-dalil dan nash-nash menjelaskan disyariatkannya salam, disunnahkannya hal itu, serta dorongan untuk melaksanakannya. Menyebarkan salam termasuk perkara yang diperintahkan oleh Rasulullah, menyebarkan salam juga termasuk amal yang dapat memasukkan pelakunya kedalam surga dan selamat dunia akhirat.
Menyebarkan salam, menebarkannya ditengah masyarakat, mengucapkannya kepada manusia termasuk ajaran Islam terbaik, menyebarkan salam ini termasuk didalamnya memulai mengucapkan salam maupun menjawab salam orang yang mengucapkannya. Menyebarkan salam termasuk perkara yang dapat menyebabkan tersebarnya cinta kasih sayang ditegah-tengah masyarakat Muslim.
Memulai salam termasuk hak orang muslim atas muslim lainya, hendaknya setiap muslim menggunakan lafazh salam yang disyari’atkan Allah kepada para hambaNya dan termasuk syi’ar kaum muslimin. Lafazh tesebut juga merupakan salam para Malaikat dan salam penghuni surga. Yaitu ucapan: “assalamu’alikum warahmatullaahi wabarakatuhu” (semoga keselamatan, rahmat Allah, dan berkahNya bagimu).
Mengucapkan salam dengan sempurna pahalanya lebih besar, lebih sempurna dan lebih bagus. Seorang laki-laki datang kepada Nabi saw dan berkata :” Assalamualikum “ Nabi berkata : “sepuluh” lalu datanglah laki-laki dan mengucap “ Assalamualaikum warahmatullaah” Nabi berkata: “dua puluh” dan datanglah laki-laki yang ketiga dan mengucapkan
:”Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuhu.”Nabi berkata:” tiga puluh”.
Wajib atas seorang muslim jika diucapkan salam padanya salam untuk membalasnya. Rasulullah bersabda :
Hak muslim atas muslim yang lainya ada lima: menjawab salam, menjenguk orang yang sakit mengiringi jenazah, memenuhi undangan, dan mendo’akan orang yang bersin.
Menebarkan salam dapat menambah kasih saying, sebagaimana yang telah disebutkan, tidak seperti yang dianggap oleh orang-orang yang jahil, bahwasanya dapat mengurangi kasih sayang, hendaklah kita tidak melalaikan perintah ini.
Adab Mengucapkan Salam
Jika seseorang bertemu dengan beberapa orang, hendaklah ia mengucapkan salam kepada mereka. Jika sekelompok orang betemu dengan sekelompok orang banyak, hendaknya kelompok yang lebih sedikit memulai mengucapkan salam. Jika orang yang muda bertemu dengan yng lebih tua, hendaklah yang muda memulai mengucapkan salam.
Jika orang yang berkenderaan bertemu dengan orang yang berjalan, hendaklah orang yang berkendaraan memulai mengucapkan salam. Orang yang berjalan hendaklah mengucapkan salam kepada orang yang berdiri. Orang yang berdiri hendaklah mengucapkan salam kepada orang yang duduk. Orang yang mengendarai mobil atu sepeda motor hendaklah mengucapkan salam kepada orang yang berjalan atau duduk.
Jika seorang laki-laki yang tua melewati sekelompok anak-anak, hendaklah ia mengucapkan salam kepada mereka, demikian juga apabila yang berkenderaan itu tua dan yang berjalan itu muda, maka yang berkenderaan mengucapkan salam kepada yang berjalan. Jika yang berjalan itu tua dan yang duduk itu muda, maka yang berjalan mengucapkan salam yang duduk.
Dan apabila memasuki majelis ia mengucapkan salam, namun apabila meninggalkan mejelis karena suatu keperluan, ia tidak mengucapkan salam, lebih baik baginya mengulangi salam ketika ia kembali ke majelis tersebut.
Referensi :
- M. Quraish Shihab, tafsir al-Misbah: pesan, kesan dan keseharian al-Qur’an : Jakarta:
- lentera hati, 2008
- Muhammad Kamil Hasan al-Mahami, Al-Mausu’ Al-Qur’aniyah, Jakarta.
- Nogarsyah mode gayo, kamus istilah agama islam ,Jakarta: progress, 2004).