Apa Pengaruh Mencintai Diri dengan Kesehatan Mental?

Kesehatan mental merupakan salah satu hal yang kini mulai mendapat perhatian khusus dari masyarakat, mulai dari usia remaja hingga dewasa sudah sedikit mengerti dan mempelajari tentang pentingnya menjaga kesehatan mental.

Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan di komunitasnya.

Kesehatan mental sangat berpengaruh dengan tindakan atau aktivitas sehari-hari. Seseorang yang memiliki mental sehat akan mampu mengembangkan potensi diri secara maksimal, lain halnya dengan orang yang sedang mengalami gangguan mental, mulai dari stres ringan hingga depresi. Orang tersebut tidak akan mampu melakukan aktivitas secara maksimal dan akan ada banyak gangguan yang menghambat setiap tindakan yang dia lakukan. Namun tak jarang ada berbagai kalangan yang kurang mengerti dan memahami pentingnya menjaga kesehatan mental, hal tersebut ditunjukan dengan adanya kasus-kasus remaja yang mengalami depresi atau bahkan sampai bunuh diri.

Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, yang dikombinasi dengan data rutin dari Pusdatin, melaporkan bahwa gejala depresi dan kecemasan telah menyerang orang Indonesia sejak berada pada usia 15 tahun. Persentase depresi bahkan mencapai 6 persen, atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia, sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk atau sekitar 400.000 orang. Kurangnya kesadaran dari sebagian masyarakat menyebabkan kasus yang terjadi akibat gangguan mental terus meningkat, masyarakat kurang mengerti peranan ahli dalam membantu menyelesaikan masalah kesehatan mental, dan banyak orang yang ragu untuk datang ke tenaga ahli seperti psikolog atau psikiater untuk meminta bantuan atas masalah yang dialami menyebabkan angka kematian tinggi akibat bunuh diri.

Menurut WHO, banyak kasus yang tidak tertangani sehingga bunuh diri akibat depresi menjadi penyebab kematian tertinggi pada anak muda usia 15-29 tahun. Usia-usia tersebut memang merupakan usia labil remaja, terlebih dalam menghadapi masalah kegagalan. Kegagalan mencapai suatu prestasi, kegagalan dalam masalah percintaan, atau mungkin kegagalan mendapatkan orang tua serta keluarga yang harmonis.

Persebaran tenaga medis yang menangani masalah kesehatan mental memang belum merata, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan beberapa kota besar di Pulau Jawa yang sudah mendapatkan fasilitas psikolog atau psikiater secara maksimal. WHO menetapkan standar jumlah tenaga psikolog dan psikiater dengan jumlah penduduk adalah 1:30 ribu orang, atau 0,03 per 100.000 penduduk. Sedangkan di Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa, jumlah psikolog klinis hanya sekitar 451 (0,15 per 100.000 penduduk), dan sekitar 773 psikiater (0,32 per 100.000 penduduk). Hal tersebut juga menjadi salah satu faktor tingkat depresi dan stres pada remaja semakin meningkat. Menurut Erich Fromm :

Orang egois tidak mampu mencintai orang lain, mereka juga tidak mampu mencintai diri mereka sendiri.

Tingginya kasus stres hingga depresi dapat di minimalkan dengan cara menerapkan sikap self love. Banyak dari mereka yang telah mengalami gangguan mental kurang bisa menghargai dirinya sendiri, kurang bisa mencintai dirinya sendiri dan justru mereka mementingkan kebahagiaan orang lain tanpa memikirkan kebahagiaannya sendiri. Kasus seperti itu banyak terjadi pada remaja yang sedang mengalami jatuh cinta, mereka terlalu mengorbankan apapun untuk pasangannya supaya mendapat kebahagiaan, namun tak jarang dari mereka malah menerima kekecewaan. Jika kekecewaan itu dirasa sudah mendalam maka remaja bisa saja putus asa dan merasa sudah gagal menjadi manusia.

Dari hal kecil tersebut sudah dapat menimbulkan gangguan mental yang akan mempengaruhi kehidupan untuk kedepannya. Hal tersebut harus di hindari dengan menanamkan rasa slalu cinta yang menghargai diri. Selalu merasa berterimakasih kepada diri sendiri atau bahkan mungkin memberi self reward atas pencapaian sampai detik ini. Peran remaja sangat dibutuhkan untuk membantu mengembangkan potensi yang dimiliki suatu negara. Oleh karena itu, sebagai sesama remaja saya mengajak kalian semua untuk lebih memperhatikan diri sendiri terutama pada kesehatan mental karena kesehatan mental dan kesehatan fisik memiliki korelasi yang sangat tinggi.

Banyak yang mengeluh sakit namun pada saat dilakukan observasi tidak terjadi sesuatu pada fisiknya, hal tersebut dapat dikarenakan kesehatan mentalnya sedang terganggu. Jika mental sehat maka melakukan banyak hal akan terasa mudah, sebaliknya jika mental sedang terganggu maka akan kehilangan fokus dan semangat untuk melakukan aktivitas. Menurut Pemerintah Australia Barat Mental Health Commission (2015) :

Penyakit mental merupakan masalah kesehatan yang secara signifikan mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, berperilaku dan berinteraksi dengan orang lain.

Salah satu cara yang harus di hindari adalah self diagnosed, tak banyak seseorang yang mencari informasi dari internet dan langsung memutuskan dirinya mengalami depresi atau gangguan mental yang lain. Self diagnosed dapat memperlambat proses penyembuhan karena dalam dirinya sudah meyakini telah mengalami gangguan mental. Sedangkan untuk memutuskan seseorang mengalami gangguan mental atau tidak, harus melalui ahli seperti psikolog atau psikiater. Hal yang kadang diabaikan oleh seseorang yang sedang memiliki masalah, dari mereka memilih memendamnya sendiri tanpa membagi kepada seseorang yang di percaya. Padahal cerita dapat meringankan beban walau hanya sedikit. Jika dirasa teman tidak bisa membantu, jangan ragu untuk datang ke psikolog atau psikiater.

Selain self love, cara yang bisa dilakukan untuk menghidari terjadinya gangguan mental adalah harus menemukan cara untuk bahagia. Bahagia bukan hanya tentang mencari kesenangan sesaat untuk memuaskan hati, namun bahagia disini adalah cara untuk bisa dan mampu menghadapi masalah dalam hidup, mencari tau solusi yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang ada. Setelah berhasil menemukan jawaban dari semua permasalan maka diri akan merasa bangga dan akan timbul rasa bahagia.

Kondisi mental yang up and down merupakan suatu kondisi yang terbilang bahaya, untuk mengatasi keadaan tersebut kita harus menemukan titik nyaman diri masing-masing. Dengan cara mencari penyaluran emosi jika diri kita sedang merasa sedih, marah ataupun kecewa. Penyaluran tersebut dapat berupa menangis, menulis perasaan yang sedang dirasakan, atau bisa juga menggambar. Hal-hal kecil tersebut dapat menghindarkan diri dari suatu tindakan yang tidak dinginkan, seperti self harm. Tindakan menyakiti diri sendiri adalah salah satu bentuk ketidak cintaan kepada diri sendiri. Oleh karena itu, penyaluran emosi menjadi salah satu tindakan pencegahan.

Mencintai diri sendiri sangat berpengaruh pada kualitas hidup seseorang, jika kita sudah menerapkan prinsip self love kita akan terhindar dari depresi dan gangguan mental yang lain, jika kita sehat fisik dan mental maka kita dapat melakukan segala aktivitas tanpa hambatan dan slalu bersemangat menjalani hidup. Dari situ kita akan menjadi pribadi yang memiliki kualitas hidup, mampu menghadapi segala masalah yang dialami, dan bertahan pada saat masa sulit. Karena mencintai diri sendiri dapat membantu seseorang untuk terus bangkit dari keterpurukan. Salah satu quotes dari Regis Machdy dalam bukunya yg berjudul Loving The Wounded Soul :

Kita paham bahwa menyayangi diri sendiri bukanlah pekerjaan egois. Menjaga apa yang kita makan dan menjaga suasana hati adalah wujud kasih nyata kita terhadap diri sendiri sekaligus jutaan mikroba didalam tubuh.

Jadi mulai dari sekarang kita harus lebih memperhatikan diri, dan jangan lupa untuk selalu merasa bangga dengan diri sendiri atas pencapaian yang sudah dicapai saat ini. Cintai diri sebelum mencintai yang lainnya, karena mental sehat itu yang utama.

1 Like