Apa pendapatmu tentang film Beyamin Biang Kerok yang dinilai kurang membawa budaya betawi?

Beyamin merupakan seorang tokoh legenda betawi di perfilman Indonesia. sayangnya pada film beyamin biang kerok kurang membawa budaya betawi.

Benyamin Sueb adalah legenda Betawi dan perfilman Indonesia. Berperan di puluhan judul film dan serial tv serta meraih segudang prestasi, termasuk piala citra pada zamannya. Ikut andil melestarikan budaya dan tradisi Betawi, salah satunya dengan mendirikan Bens Radio (Wikipedia). Dari data tersebut bisa terlihat bagaimana Benyamin Sueb punya perhatian khusus terhadap budaya dan musik Betawi.

Salah satu film besarnya, Benyamin Biang Kerok, dibuat kembali dengan cerita dan pemeran yg berbeda.
Reza rahadian sebagai Pengki, anak dari seorang ibu (Meriam Belina) pengusaha IT yang tidak hanya kaya tapi juga punya pengaruh kuat di lingkup politik. Babe-nya seorang lelaki khas betawi yang sehari-hari mengurusi ternak dan oplet kesayangannya.

Pengki berpenampilan necis (hampir) kekinian sedikit norak, alih-alih lucu, disebut ibunya sebagai anak yg kerjaannya foya-foya dan manja. Padahal doi bersama kedua sahabatnya, Somad (Adjis Doaibu) dan Achie (Aci Resti) bekerja sama membantu orang kesusahan bak robin hood.

Film langsung dimulai dengan penyamaran pengki (diperankan oleh Tora Sudiro) ingin merampok uang seorang penjahat besar Said (Qomar). Si Pengki dan kelompoknya ini antara bodoh atau kelewat berani cari masalah dengan orang “kuat”. Kejadian ini merupakan awal dari konflik utama sepanjang film.

Sebuah halaman kompleks rusun menjadi tempat bermain Pengki sehari-hari bersama anak-anak sekitar dan mengajari meraka sepakbola. Di tempat bermainnya pula, Pengki bertemu dan jatuh cinta dengan Aida, seorang penyanyi cantik yang ternyata menjadi “tawanan” Said. Banyak isu sosial yang dibahas di lingkungan tersebut. Mulai dari awal yaitu penggusuran, drama tentang (calon) TKI diperankan oleh Omas, hingga pendirian taman baca dan bermain untuk anak-anak kompleks. yang digagas oleh Aida. Sayang, nilai-nilai positif tersebut disampaikan terlalu dangkal dan lemah.

Bak film La La Land, film Benyamin Biang Kerok memaksa memasukkan scene musikal di sela-sela adegan film. Musik, pergerakan kamera, kostum, dan tarian memang terlihat digarap serius sehingga hanya bagian inilah yang merupakan hal terbaik dari film ini.

Banyak aktor dan aktris bisa berperan (harusnya) dengan baik, termasuk Reza Rahadian. Buruknya script membuat akting mereka tidak sampai untuk disebut bagus. Para pemeran senior seperti Lydia Kandou, Rano Karno, dan Qomar sepertinya salah memilih naskah cerita yang bagus. Karena beberapa kali terlihat adegan yang memaksa dan guyonan yang krik krik.

Pemotongan scene akhir sebagai ending yang dengan sangat memaksa dan seenak hati makin membuat saya yakin tidak akan menonton sekuelnya yang akan rilis akhir tahun ini.