Apa pendapat anda tentang akun Instagram milik Louise Delage?

Jika kalian belum pernah mendengarnya, kalian dapat membuka akun Instagram miliknya. Delage merupakan seorang gadis berusia 25 tahun yang terkenal dan mendapatkan hampir 41.000 followers pada Instagramnya hanya dalam waktu delapan hari saja. Selain dari parasnya yang cantik dan juga stylish, apakah kalian memperhatikan bahwa ada satu hal yang selalu ada dalam foto-fotonya?

Sebelum membaca kalimat selanjutnya, cobalah untuk melihat dan memperhatikan foto-fotonya.

Apa yang kalian temukan?

Di dalam setiap fotonya, Delage selalu membawa atau memegang minuman beralkohol.

Faktanya, Delage merupakan sebuah karakter fiksi yang diciptakan oleh Addict Aide dan BETC. Karakter tersebut menggambarkan tentang seorang remaja yang memiliki masalah kecanduan terhadap alkohol.

Menariknya, dari sekian banyak bahkan ribuan orang yang memberikan like maupun berkomentar pada setiap fotonya, tidak ada satupun orang sebelumnya yang menyadari kebiasaan Delage tersebut.

Yang ingin ditekankan oleh Addict Aide adalah tentang bagaimana dan mengapa seseorang memiliki sifat adiktif terhadap alkohol dan tidak menyadarinya.

Kemudian pernahkah anda berandai-andai bagaimana cara Delage mendapatkan hampir 15.000 followers hanya dalam waktu 24 jam saja? Addict Aide bekerja sama dengan BETC untuk menyelesaikan project ini. BETC memberikan kesan glamour pada karakter Delage dengan “menghiasi” karakter tersebut dengan kehidupan yang terlihat sempurna. Dalam setiap fotonya, Delage selalu terlihat cantik, seksi, fashionable, dan well-posed. Tidak terkecuali dengan minuman beralkohol yang selalu dibawanya.

Dengan memadukan konsep pop culture, psikologi, dan juga memanfaatkan fenomena dimana kehidupan remaja saat ini tidak pernah lepas dan selalu terpaku pada media sosial, akun Instagram Delage dapat dengan mudah mendapatkan banyak respon dan followers dalam waktu sehari saja.

Sumber gambar: www.instagram.com/louise.delage/

Hal yang paling bahaya dari fenomena media sosial saat ini adalah bagaimana negara yang tidak mempunyai budaya yang kuat akan terseret untuk mengikuti budaya orang atau negara lain.

Bahkan sekarangpun kita mengenal istilah budaya populer (pop culture). Penggunaan kata populer sebagai kata keterangan yang menerangkan kata budaya mempunyai dampak psikologis di kalangan anak muda saat ini, sehingga muncul persepsi bahwa apabila kita tidak mengikutinya maka termasuk orang yang ketinggalan jaman atau kuno, berbudaya kuno.

Coba anda tanya ke anak mudak jaman sekarang, lebih memilih budaya populer atau budaya kuno?
Sebagian besar pasti akan memilih budaya populer.

Mengapa ?

Karena pemilihan kata kuno mempunyai kesan yang negatif.

Mungkin kita perlu mencontoh Jepang dalam penerapan budaya dalam masyarakatnya. Walaupun jepang sudah ber-transformasi menjadi negara super modern, tetapi budaya (identitas .red) mereka tidak luntur sama sekali. Bagaimana anak muda hormat dengan orang tua, bagaimana budaya tolong menolong, sopan santun, etika di kehidupan sehari-hari masih dipegang kuat hingga saat ini.

Bagaimana dengan Instagram Louise Delage ?

Media sosial adalah suatu hal yang tidak dapat kita hindari saat ini. Akan sangat naif apabila kita menutup diri dari perkembangan teknologi yang ada. Ancaman terkait bahaya sosial media pada kebudayaan adalah begitu cepatnya informasi beredar disana dan begitu cepatnya sesuatu hal dapat mempengaruhi orang lain. Contohnya adalah Louise Delage itu sendiri.

Budaya yang dibawa tidaklah cocok dengan budaya Indonesia. Budaya kita menempatkan wanita di tempat yang sangat khusus. Mindset yang ada dalam budaya kita adalah wanita itu keibuan, anggun, mengayomi,lemah lembut dan banyak hal lagi dimana hal itu sangat bertolak belakang dengan apa yang ditampilkan oleh Louise Delage, Celana jeans sobek, rambut tidak rapi dan bahkan membawa botol bir :scream:

Dan yang lebih parah lagi, penampilan Louise Delage dipersepsikan sebagai “cantik, seksi, fashionable dan well-posed

Tidak ada yang salah dengan Louise Delage, karena dia merepresentasikan “budaya” dia sendiri, tidak ada yang salah dengan sosial media, karena perkembangan teknologi merupakan budaya itu sendiri. Yang salah adalah masyarakat kita mengikuti budaya mereka dan bangga menjadi bagian dari budaya mereka dengan melupakan atau bahkan memandang rendah budaya-nya sendiri.