Bagaimana pandangan Islam tentang Bekerja Keras?

Bekerja keras adalah kegiatan yang dikerjakan secara sungguh-sungguh tanpa mengenal lelah atau berhenti sebelum target kerja tercapai dan selalu mengutamakan atau memperhatikan kepuasan hasil pada setiap kegiatan yang dilakukan. Kerja keras dapat diartikan bekerja mempunyai sifat yang bersungguh-sungguh untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai. Mereka dapat memanfaatkan waktu optimal sehingga kadang-kadang tidak mengenal waktu, jarak, dan kesulitan yang dihadapainya. Mereka sangat bersemangat dan berusaha keras untuk meraih hasil yang baik dan maksimal.

Waktu yang disediakan untuk manusia dalam sehari semalam (24 jam) sudah dibagi-bagi oleh Nabi Muhammad Saw. Sepertiga dari waktu kita (8 jam) sebaiknya digunakan untuk beribadah kepada Allah, sepertiga berikutnya (8 jam) digunakan untuk bekerja, dan sepertiga sisanya (8 jam) digunakan untuk beristirahat. Namun demikian, pembagian waktu ini tidak serta merta harus dipraktikkan dengan pasti seperti itu. Masing-masing manusia dibekali oleh Allah dengan berbagai kemampuan, baik kemampuan untuk berpikir maupun kemampuan untuk berbuat atau bekerja. Allah juga memberikan kemampuan atau potensi kepada manusia untuk beribadah kepadanya. Kemampuan-kemampuan inilah yang pada akhirnya dapat mengisi aktivitas manusia dalam menghabiskan waktunya.

Orang yang bekerja keras adalah orang yang dapat memanfaatkan waktunya denganbaik. Dia dapat memanfaatkan dua pertiga waktunya (16 jam) untuk bekerja dan beribadah dan 8 jam sisanya digunakan untuk istirahat (tidur). Ibadah di sini tidak hanya dalam bentuk ibadah mahdlah (khusus) tetapi juga semua aktivitas lainnya yang didasari dengan niat yang tulus ikhlas karena Allah. Pekerjaan apa pun yang ditekuninya harus dilakukan dengan baik daprofesional. Jangan melakukan pekerjaan yang sia-sia yang tidak ada manfaatnya dan juga jangan melakukan pekerjaan didasari dengan sikap malas.

Dalamsalah satu hadisnya, Nabi Saw. banyak memuji orang yang bekerja keras dan membenci pemalas. Orang yang banyak berdoa kepada Allah dengan menambah ibadah sunnah tetapi tidak mau bekerja termasuk pemalas yang dibenci Nabi Saw. Oleh karena itu, pandai-pandailah kita memanfaatkan waktu yang kita miliki untuk bekerja keras dalam hal apapun yang mendatangkan manfaat bagi kita. Jangan sebaliknya kita banyak bekerja tetapitidak mendatangkan manfaat bagi kita, seperti pekerjaan-pekerjaan yang dilarang, ataumenghabiskan waktunya untuk bekerja mencari kehidupan dunia dan meninggalkan pekerjaan-pekerjaan untuk kehidupan akhirat.

Terkait dengan bekerja keras, Allah berfirman dalam al-Quran yang menggambarkan perbuatan orang beriman yang bekerja keras:

surah

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu (mengolah potensi diri) yang bersih dan sebagian dari apa yang Kami tumbuhkan/keluarkan dari bumi (mengolah potensi alam) untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk untukkamu nafkahkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkanmata terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Mengetahui”(QS. al-Baqarah (2): 267).

Hikmah Bekerja Keras


Orang yang bekerja keras akan dengan senang hati menjalani kehidupan ini. Setiapdetik kehidupan yang dijalaninya adalah kerikil kecil bagi dasar bangunan masa tuanya. Setiap detak nafas kehidupan dilaluinya dengan kepuasan hati. Dan setiap langkahnyaadalah perbuatan yang bermanfaat bagi siapa saja yang dijumpainya.Selaku umat Islam, kita harus bekerja keras dalam bidang pekerjaan yang kita tekuni. Tidak mungkin pekerjaan yang kita lakukan akan berhasil maksimal jika kita bermalas-malasan, atau tidak mau bekerja keras. Kita akan jauh ketinggalan dari orang lain jika kita tidak memiliki semangat kerja keras ini. Dalam sejarah Islam kita dapat belajar dari pekerjaan Nabi Saw. yang selalu dilakukan dengan kerja keras. Mustahil Nabi Saw. akan dapat merubah bangsa Arab yang semula jahiliah menjadi bangsa yang sangat beradab, jika tidak dilakukan dengan kerja keras bersama-sama para sahabatnya.

  • Etos Kerja dalam Islam

Islam sangat menghargai budaya kerja keras dalam menjalani kehidupannya, bahkan Nabi SAW, sangat memuji orang yang bekerja keras untuk mengolah potensi dirinya serta memanfaatkan waktunya. Akan tetapi pada sisi lain, etos kerja tidak boleh kita kesampingkan begitu saja mengingat kita telah bekerja keras sebelumnya. Etos kerja dalam islam menempati posisi sebagai rambu-rambu dalam menjalankan budaya kerja keras.

Etos kerja dapat diartikan sebagai doktrin tentang kerja yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai hal yang baik dan benar dan mewujud nyata secara khas dalam perilaku kerja mereka.

Kedua, etos kerja memiliki relasi yang sangat dekat dengan keberagamaan seseorang atau sekelompok orang. Karena dalam perspektif kaum agamis, etos kerjanya lebih dipengaruhi cara pandangnya terhadap pekerjaannya yang bersumber pada nilai-nilai transenden atau nilai-nilai keagamaan yang dianutnya. Jadi dalam hal ini bekerja tidak hanya berdimensi duniawi tetapi juga berdimensi ukhrawi.

Ketiga, pembentukan etos kerja Islami terpancar dari sistem keimanan atau aqidah Islami berkenaan dengan kerja yang bertolak dari ajaran wahyu bekerja sama dengan akal. Sistem keimanan itu identik dengan sikap hidup mendasar (aqidah kerja). Ia menjadi sumber motivasi dan sumber nilai bagi terbentuknya etos kerja Islami.

Sumber:Thaib, Erwin Yusuf. Al-Qura’an dan As-Sunnah Sebagai Sumber Inspirasi Etos Kerja Islami. 2014