Apa masalah dan hambatan pembangunan ekonomi pada negara berkembang?

pembangunan ekonomi

Pembangunan berarti suatu proses pengurangan atau penghapusan kemiskinan, kepincangan distribusi pendapatan, dan pengangguran dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Proses pembangunan ekonomi tersebut berbeda antara negara maju dengan negara berkembang, karena pada negara maju sudah menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta kemajuan di berbagai bidang, sedangkan negara yang sedang berkembang belum dapat mencapai hal itu.

Masalah dan hambatan pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah sebagai berikut.

  1. Laju Pertambahan Penduduk yang Tinggi Terdapat dua ciri penting yang berdampak buruk pada usaha pembangunan, yaitu:
  • Jumlah penduduk negara yang relatif besar
  • Tingkat perkembangan penduduk yang sangat pesat
  1. Taraf Hidup yang Rendah
    Taraf hidup dapat dinilai, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini tampak dari pendapatan yang rendah, perumahan yang kurang memenuhi syarat, kesehatan yang buruk, pendidikan yang rendah, angka kematian yang tinggi, dan sebagainya.

  2. Pertanian Tradisional
    Kekurangan modal, pengetahuan, infrastruktur pertanian, dan aplikasi teknologi modern dalam kegiatan pertanian menyebabkan sektor ini mempunyai produktivitas rendah dan mengakibatkan pendapatan para petani berada pada tingkat subsisten (hidupnya secara pas-pasan).

  3. Produktivitas yang Rendah
    Produktivitas yang rendah berarti kemampuan berproduksi para tenaga kerja di berbagai pekerjaan sangat rendah.

  4. Kekurangan Modal dan Tenaga Ahli
    Pada umumnya, di negara berkembang masih memerlukan modal dan investasi untuk meningkatkan kegiatan ekonomi dan kekurangan tenaga ahli di segala bidang membuat pembangunan ekonomi kurang berjalan dengan lancar.

  5. Penciptaan Kesempatan Kerja dan Pengangguran
    Semakin besar pertambahan penduduk suatu negara, semakin besar pula jumlah tenaga kerja baru yang akan memasuki angkatan kerja, sehingga memengaruhi kesempatan kerja dan pengangguran.

  6. Ketergantungan pada Sektor Pertanian
    Umumnya di negara berkembang masih menggantungkan pada sektor pertanian dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, sehingga akan dapat menghambat laju pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Referensi

Ismawanto. 2009. Ekonomi 2. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

1. Lingkaran Perangkap Kemiskinan (The Vicious Circle)

Pemahaman tentang lingkaran perangkap kemiskinan di ungkapkan oleh Nurkse, ia menggunakan pendekatan ini untuk menjelaskan tentang pembangunan berimbang. Menurut Nurkse dalam Jhingan (2012) yang disebut dengan lingkaran perangkap kemiskinan ialah deretan melingkar kekuatan-kekuatan yang satu sama lain beraksi dan bereaksi sedemikian rupa sehingga menempatkan suatu negara miskin tetap berada dalam keadaan melarat. Salah satu ungkapan Nurkse yang terkenal ialah, “ the country is poor, cause it is poor ”. Dalam pandangannya, masalah yang mengakibatkan adanya lingkaran kemiskinan ialah, rendahnya produktivitas total di negara terbelakang sebagai akibat kekurangan modal, pasar tidak sempurna dan keterbelakangan perekonomian. Selain itu, Nurkse dalam Sukirno (1985), juga berpendapat bahwa rendahnya pembentukan dipengaruhi oleh international demontration effect , dimana yang dimaksud dengan international demontration effect ialah, kecenderungan untuk meniru gaya konsumsi negara yang lebih maju.

Lingkaran Kemiskinan Nurske
image

Selain pandangan Nurkse, pandangan mengenai lingkaran perangkap kemiskinan juga diajukan oleh Meier dan Baldwin. Meier dan Baldwin mengajukan pandangan mereka dengan menekankan faktor pengaruh lingkaran perangkap kemiskinan ialah berasal dari keadaan masyarakat terbelakang dengan sumber daya yang belum termanfaatkan. Jika penduduk terbelakang dan buta huruf, langka akan ketrampilan teknik, pengetahuan dan kewirausahaan, maka sumber daya alam tetap terbengkala. Pada lain pihak, keterbelakangan sumber daya alam menyebabkan keterbelakangan manusia.

2 . Tingkat Pembentukan Modal Yang Rendah

Di kebanyakan negara berkembang, tabungan hanya dilakukan oleh segelintir orang dengan pendapatan tinggi, apa lagi dengan kondisi negara berkembang yang memiliki masalah distribusi pendapatan yang kurang merata. Kebanyakan tabungan hanya digunakan untuk membeli barang bersifat konsumtif yang digunakan dengan asumsi dapat dibungakan atau hanya spekulasi.

Di negara berkembang yang relatif miskin, terbatasnya dana modal dan tabungan masyarakat yang dapat diciptakan untuk membiayai pembentukan modal merupakan suatu penghambat yang sangat penting dalam menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat (Sukirno, 1985). Ada beberapa alasan yang lazimnya digunakan untuk menjawab keengganan untuk berinvestasi dan menabung seperti, kurang sempurnanya penegakan hukum dan ketertiban, ketidakstabilan politik, keadaan moneter yang kacau, kurangnya kesinambungan kehidupan perekonomian, meluasnya sistem famili yang menguras, dan terumbatnya prakarsa pribadi dan sistem jangka waktu hak guna-usaha atas tanah.

Setidaknya Jhingan (2012) mengungkapkan 6 alasan utama yang mengakibatkan orang enggan untuk menabung dan berinvestasi yaitu, pertama kebiasaan orang untuk mencoba usaha yang lebih dikenal daripada yang belum. Kedua adalah sempitnya pasar domestik, karena daya beli yang rendah, kemampuan pasar domestik untuk menyerap penawaran barang bagus sangatlah terbatas. Ketiga, kesulitan mendapatkan dana untuk tujuan investasi, kegiatan manufakturing memerlukan modal besar, dan itu sulit didapat karena tiadanya pasar modal dan pasar uang, serta lemahnya sistem perkreditan dan perbankan. Keempat, kurangnya buruh terampil dan kendornya mobilitas faktor sehingga mempertinggi biaya produksi dan dengan demikian merintangi para investor. Kelima, ketiadaan atau kurangnya prasarana dasar seperti, transportasi, tenaga dan persediaan, ini memperlemah dorongan untuk menanam modal. Keenam, wiraswasta yang sangat langka, jikalau pun ada maka akan tersingkir oleh tingginya resiko investasi.

3. Dualisme Dalam Perekonomian

Konsep dualisme pada pembangunan ekonomi pertama kali diutarakan oleh Julius Herman Boeko pada tahun 1953, dengan mempelajari kehidupan sosial dan ekonomi di Indonesia.Boeko mengatakan terdapat dua tipe sektor industri urban yang kecil dan usaha agrikultur desa yang besar. Sektor industri manufaktur menggunakan alat modern, sedangkan sektor agrikultur hanya menggunakan sistem produksi yang primitif. Sebagai akibatnya pasar tenaga kerja terbagi menjadi 2, tenaga kerja dengan skill dan dibayar dengan layak dan tenaga kerja tidak produktif dan dibayara murah.

Analisa-analisa yang telah dilakukan menunjukkan bahwa berbagai macam dualisme yang ada pada negara-negara berkembang, terutama dualisme sosial dan teknologi, mengakibatkan mekanisme pasar tidak berjalan dengan semestinya. Dan ini mengakibatkan sumber-sumber daya yang tersedia tidak digunakan secara efisien (Sukirno, 1985). Dualisme sendiri merupakan kondisi dengan dua keadaan berbeda, dimana salah satunya bersifat “superior” dan yang lainnya “inferior” dan hidup pada ruang dan waktu yang sama. Dari dualisme yang ada, dualisme sosial dan dualisme teknologi paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan dari negara yang sedang berkembang

Pada dasarnya dualisme ekonomi ini akan mengakibatkan keadaan-keadaan yang memungkinkan mekanisme pasar tidak berjalan dengan semestinya. Keadaan sebagian penduduk yang masih memegang teguh warisan budaya, tidak memungkinkan adanya perbaikan produksi, pengembangan teknologi, dan perluasan pasar baru keadaan seperti inilah yang memicu ketidaksempurnaan pasar dan membuat mekanisme pasar tidak berjalan efisien.

4 . Dampak Kekuatan Internasional

Ahli ekonomi seperti Mynt, Prebisch, Singer, Lewis, dan Myrdal teal mengembangkan suatu teori penghisapan negara-negara terbelakang. Mereka berpendapat bahwa “didalam perekonomian dunia telah bermain kekuatankekuatan yang tidak seimbang; akibatnya keuntungan perdagangan lebih banyak mengalir ke negara-negara maju” (Jhingan, 2012). Myrdal misalnya memandang pembangunan negara maju dan berkembang tidak akan mencapai titik yang sama (divergen), walau memang ia juga tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya 26 konvergensi pembangunan. Teori kausasi kumulatif Myrdal menyetujui adanya potensi dari konvergensi, yaitu pada tesis keduanya, tetapi ia juga terlalu pesimistis bahwa itu akan terjadi dengan alaminya (Fujita, 2004). Teori Myrdal mengenai pembangunan terbagi menjadi 2 efek penting, Backwash Effect dan Spread Effect. Backwash Effect merupakan keadaan pembangunan di negaranegara berkembang yang menghambat pembangunan di negara terbelakang untuk berkembang, sedangkan Spread Effect merupakan keadaan pembangunan di negara maju yang dapat mendukung pembangunan di negara berkembang (Sukirno, 1985). Namun begitu Myrdal memandang bahwa Backwash effect lebih kuat dibanding dengan Spread Effect terutama di daerah berkembang.

Selain pandangan Gunnar Myrdal, pandangan lain mengenai dampak dari kekuatan internasional terhadapa hambatan pembangunan ialah dari Raul Prebich. Prebisch berpendapat bahwa, term of trade negara terbelakang senantiasa mengalami kemerosotan (Jhingan, 2012). Prebisch mengatakan bahwa negara terbelakang terkena pengaruh fatal sebagai akibat terus melemahnya kapasitas impor, yang dengan melewati proses tertentu pada akhirnya akan melemahkan pembentukan modal dan ini berarti mempersulit tingkat pertumbuhan mereka.