Apa makna yang terkandung didalam Surat al-Hujarat ayat 15 ?

Surat al-Hujarat

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.” Surat al-Hujarat ayat 15

Apa makna yang terkandung didalam Surat al-Hujarat ayat 15 ?

Pada ayat ini Allah Swt. menerangkan tanda-tanda Iman yang sempurna. Hal ini berkaitan dengan ayat sebelumnya dimana orang-orang Badui menonjolkan keimanan padahal mereka belum dapat dimasukkan kategori orang yang beriman dengan sungguh-sungguh, karena mereka itu hanya sekedar menghendaki pembagian dari rampasn perang dan mementingkan soal-soal kebendaan belaka, dengan menyebut-nyebut perbuatan mereka yang baik kepada Nabi Saw. Dengan menyebutkan seperti itu mereka menginginkan sedekah.

Menurut Ibnu Katsir bahwa orang yang beriman secara sempurna adalah orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka tidak bimbang dan tidak goyah, bahkan mereka semakian kokoh dalam suatu keadaan, yaitu keimanan yang sebenarnya adalah berjihad fi sabilillah dengan harta dan jiwa. Maksudnya mengerahkan seluruh jiwa dan harta benda mereka untuk berbuat taat kepada Allah dan mencari keridhaan-Nya, tidak seperti orang Badui yang tidak beriman melainkan hanya sebatas ucapan.

Sedangkan Ahmad Mustofa Al-Maraghi menyatakan bahwa orang-orang yang beriman dengan iman yang sebenarnya adalah orang-orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya, kemudian tidak ragu-ragu dan tidak goncang, bahkan mereka mantap pada suatu sikap dan mau mengorbankan jiwa dan harta benda mereka yang paling mahal demi ketaatan kepada Allah dan mengharapkan ridha-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar dalam mengatakan Amanna (kami beriman), bukan seperti sebagian orang badui yang iman mereka hanyalah kata-kata saja, sedang mereka masuk agama hanya karena takut terhadap pedang, supaya darah dan harta mereka terpelihara.

Buya Hamka berpendapat bahwa orang Badui dicegah untuk terburu-buru mengakui dirinya telah beriman namun dianjurkan lebih dahulu mengatan “saya telah Islam”, karena berapa banyak orang Islam yang belum tentu beriman. Misalnya orang Islam yang taat melaksanakan ibadah, tetapi bila datang seruan berjihad di jalan Allah, timbullah rasa takutnya dan lari dari masyarakat ramai.

Kemudian dijelaskan siapa orang yang boleh menyebut dirinya beriman dengan keterangan tegas tentang mutu iman yaitu percaya kepada Allah dan Rasul-Nya yang tidak dicampuri oleh perasaan ragu sedikit pun dan mereka berjuang dengan harta dan diri mereka pada jalan Allah. Bagi mereka penderitaaan menjadi Halawatul Iman, manis dan terasa lezat keimanan. Orang seperti ini sudah boleh menyebut bahwa dia beriman.

Sedangkan M. Quraish shihab memberikan komentar bahwa orang- orang mukmin yang sempurna imannya hanya orang-orang yang beriman kepada Allah meyakini semua sifat-sifat-Nya dan menyaksikan kebenaran Rasul-Nya dalam segala apa yang disampaikannya, hati mereka tidak disentuh oleh ragu walau mereka mengalami aneka ujian dan bencana, dan mereka juga membuktikan kebenaran iman mereka melaui berjihad yakni berjuang membela kebenaran dengan mengorbankan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar dalam ucapan dan perbuatan.