Apa makna yang terkandung di dalam Surat At Takatsur?

Surah At-Takasur adalah surah ke-102 dalam al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 8 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah, diturunkan sesudah surah Al-Kausar. Dinamai At-Takasur (bermegah-megahan) diambil dari perkataan At-Takasur yang terdapat pada ayat pertama surat ini.

Apa makna yang terkandung di dalam Surat At Takatsur?

Surat ini menjelaskan tentang orang-orang yang lalai dari beribadah kepada Allah. Padahal ibadah itulah tujuan diciptakannya manusia. Yang dimaksud di sini adalah beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selain Allah, mengenal-Nya dan mendahulukan cinta Allah dari lainnya.

Manusia Menjadi Lalai

Manusia menjadi lalai karena waktunya hanya dihabiskan untuk membanggakan diri dengan harta. Berbangga di sini bisa jadi pada anak, harta, dan kedudukan. Sedangkan berlomba-lomba atau saling mengejar untuk meraih ridho Allah tidak termasuk di sini.

Terus Berbangga Hingga Ke Liang Lahat

Manusia akan terus berbangga satu dan lainnya hingga mereka masuk ke dalam kubur. Artinya, ketika mereka merasakan kematian, barulah mereka berhenti dari berbangga-bangga dengan harta.

Namun perlu diketahui bahwa alam kubur hanyalah tempat mampir sebelum sampai ke alam berikutnya. Alam kubur bukanlah tempat mukim selamanya. Dalam ayat ini pun dikatakan demikian, yaitu disebut alam kubur sebagai tempat ziarah, artinya berkunjung dan itu sifatnya sementara. Negeri yang kekal abadi adalah di akhirat kelak.

Ayat ini sekaligus menunjukkan bahwa amalan itu akan dibalas di negeri yang kekal abadi (bukan negeri yang akan fana).

Jika Mereka Tahu …

Seandainya mereka tahu apa yang terjadi di depan mereka yaitu mengetahui dengan ilmu yang sampai ke hati, tentu mereka tidak lalai sehingga terus-terusan berbangga-bangga dengan harta. Jika mereka tahu, tentu mereka akan segera beramal sholeh.

Namun sayangnya, mereka benar-benar tidak tahu sehingga mereka pun akan melihat neraka Jahim yang dijanjikan pada orang-orang kafir.

Mereka akan Melihat dengan ‘Ainul Yakin

Yang dimaksud dengan ayat,

كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ

“dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin”. Maksudnya mereka benar-benar akan melihat dengan penglihatan mereka. Sebagaimana Allah menyebutkan dalam ayat yang lain,

وَرَأَى الْمُجْرِمُونَ النَّارَ فَظَنُّوا أَنَّهُمْ مُوَاقِعُوهَا وَلَمْ يَجِدُوا عَنْهَا مَصْرِفًا

“Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini, bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat berpaling dari padanya. ” (QS. Al Kahfi: 53).

‘Ilmu Yakin, ‘Ainul Yakin dan Haqqul Yakin

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah ditanya mengenai ‘ainul yakin dan ilmu yakin. ‘Ilmu yakin adalah sesuatu yang diketahui dengan mendengar, kabar berita, pengqiyasan (permisalan) dan berpikir tanpa melihat secara langsung. Sedangkan ‘ainul yakin adalah menyaksikan langsung dengan penglihatan. Ada juga haqqul yakin, yaitu dengan merasakan secara langsung.

Ibnu Taimiyah mencontohkan ketiga hal di atas dengan memberi permisalan madu. Jika madu tersebut hanya diketahui lewat berita, maka disebut ‘ilmu yakin. Jika diketahui lewat melihat langsung, maka disebut ‘ainul yakin. Jika dirasakan manisnya madu tersebut, maka disebut dengan haqqul yakin.

Akan Ditanya Berbagai Macam Nikmat

Setiap orang akan ditanya berbagai macam nikmat yang mereka rasakan di dunia. Apakah mereka benar-benar telah bersyukur atas nikmat tersebut? Apakah benar mereka telah menunaikan hak Allah? Apakah mereka benar tidak menggunakan nikmat tersebut untuk maksiat? Jika benar, maka mereka akan diberi nikmat yang lebih lagi dari yang sebelumnya.

Ataukah mereka jadi orang yang terperdaya dengan nikmat? Atau mungkin mereka gunakan dalam maksiat? Jika demikian, tentu kelak mereka akan dibalas dengan siksa yang pedih. Allah Ta’ala berfirman,

“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): “Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri d muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik.” (QS. Al Ahqaf: 20).

Banyak Ziarah Kubur

Tentang ayat,

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.” Yang dimaksud ayat ini, kata Ibnu Taimiyah adalah ‘yatakatsaruna biquburil mawtaa‘, yaitu mereka memperbanyak ziarah kubur pada orang yang mati. Hal ini disebutkan oleh Ibnu ‘Athiyyah dalam tafsirnya. Beliau berkata bahwa ayat ini dimaksudkan untuk orang-orang yang banyak ziarah kubur sehingga mereka lalai dari ibadah dan belajar agama. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih membolehkan ziarah kubur setelah itu, namun dengan maksud mengingat mati. Bukan untuk maksud untuk berbangga diri dan membangun kubur. Demikian perkataan Ibnu ‘Athiyyah secara ringkas yang dinukil dari perkataan Ibnu Taimiyyah dalam Majmu’ Al Fatawa, 2: 375-376.

Hanya Allah yang memberi hidayah.