Apa makna yang terkandung di dalam Surat Al Lail ?

Surah Al-Lail (“Malam”) adalah surah ke-92 dalam al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 21 ayat, termasuk golongan surah Makkiyah, diturunkan sesudah Surah Al-A’la. Surat ini dinamai Al Lail (malam), diambil dari perkataan Al Lail yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Apa makna yang terkandung di dalam Surat Al Lail ?

Asbabun Nuzul


Ada beberapa riwayat yang memberitakan Asbabun Nuzul (sebab-sebab turunnya) surah al-Lail, diantaranya dari Ibnu Hatim, Al Hakim, dan Al-Bazzar. Dalam riwayat Ibnu Hatim dikatakan bahwa surah al-Lail turun berkenaan pemilik pohon kurma yang bakhil. Diceritakan bahwa Di rumah seseorang ada sebatang pohon kurma. Ujung pohon kurma tersebut condong keatas rumah tetangganya yang fakir. Ketika orang itu memanjat kurma untuk memetik buahnya, maka pohon kurma tersebut bergoyang-goyang dan beberapa buah kurma telah masak berjatuhan di pekarang rumah tetangganya itu. Kemudian buah kurma yang terjatuh tersebut di ambil oleh anak-anak tetangganya yang miskin itu.

Setelah selesai memetik buah kurma, orang tersebut turun, kemudian pergi menuju rumah tetangganya, lalu merampas kurma-kurma yang berada didalam genggaman anak-anak tetangganya itu, bahkan buah kurma yang sudah dimakan pun di keluarkan dengan cara memasukkan jari kedalam mulutnya. Orang miskin itu menghadap Rasulullah saw dan mengadukan hal itu kepada beliau saw. Setelah Rasulullah saw mendengarkannya, beliau saw bersabda,

”Baiklah, sekarang pulang lah kamu.”

Setelah itu Rasulullah saw berkata kepada si pemilik pohon kurma,

“Maukah kamu memberikan pohon kurmamu yang condong di atas rumah si fulan kepadaku dengan jaminan, sebagai gantinya kamu akan memperoleh satu pohon kurma di surga?”

orang itu menjawab,

”Ya Rasulullah, banyak orang yang mau membelinya, dan saya pun masih mempunyai banyak pohon kurma, tetapi saya sangat suka dengan pohon kurma yang satu ini.”

Setelah berbicara demikian, ia meminta maaf karena tak bisa memberikannya. Mendengar jawaban tersebut, Rasulullah saw diam saja.

Ketika itu, ada orang lain yang mendengarkan pembicaraan tersebut. Setelah pemilik pohon kurma itu pergi, orang itu berkata kepada Rasulullah saw,

“Seandainya saya yang menyerahkan pohon kurma itu, apakah saya juga mendapat apa yang engkau janjikan kepada pemilik kurma itu, yakni memperoleh pohon kurma di surga ?”

Rasulullah saw menjawab,

”Ya, bagimu juga janji seperti itu.”

Orang itu bangkit dan pergi menemui pemilik pohon kurma itu dan berkata,

”saya mempunyai kebun kurma, dan engkau dapat menjual pohon kurmamu itu dengan harga berapa saja.“

pemilik pohon kurma itu berkata,

”Rasulullah saw telah menjanjikan untuk saya satu batang pohon kurma di surga apabila saya mau menyerahkan pohon kurma itu kepada beliau. Dengan janji itu saya tetap tidak mau menyerahkan pohon kurma itu kepada beliau. Dengan janji itu saya tetap tidak memberikannya, karena pohon kurma itu sangat saya sukai. Saya mau menjualnya, akan tetapi tidak ada yang mau membeli dengan harga yang saya inginkan.”

Orang itu bertanya,

”Berapa harga yang engkau inginkan?”

Pemilik pohon kurma itu menjawab,

”Saya menjualnya dengan harga 40 batang pohon kurma.”

Orang itu berkata,

”satu batang pohon kurma yang bengkok dijual seharga 40 batang pohon kurma, betapa mahalnya. Tetapi baiklah , seandainya saya bersedia membeli dengan harga tersebut, apakah engkau mau menjualnya?”

pemilik pohon kurma itu berkata,

”Jika benar ucapanmu, bersumpahlah bahwa engkau akan memberikan 40 pohon kurma untuk menggantikan satu pohon kurma saya.”

Kemudian orang itu bersumpah bahwa ia telah memberikan 40 pohon kurma sebagai ganti satu pohon kurma yang bengkok tersebut.

Setelah kejadian tersebut, pemilik pohon kurma itu kembali dan berkata,

”Saya tidak akan menjual pohon kurma saya ini.”

Orang itu berkata,

”Engkau tidak mungkin mengingkari janjimu karena saya juga telah bersumpah.”

Pemilik pohon kurma itu berkata.

”Baiklah, tetapi dengan syarat semua pohon yang berada di satu tempat.”

Setelah berfikir sejenak, orang itu pun menjanjikan bahwa semua pohon yang berada dalam satu tempat. Setelah menguatkan akad jual beli, orang itu datang kepada Rasulullah saw, dan berkata,

”Wahai Rasulullah, saya telah membeli pohon kurma itu untuk saya berikan kepada engkau.”

Rasulullah saw pun pergi kerumah orang fakir tersebut dan menyerahkan seluruh pohon yang di terimanya kepada orang fakir tersebut. Setelah peristiwa itu maka turunlah surat Al-Lail.

Riwayat-riwayat lain menyebutkan, bahwa sebagian besar isi surah Al-Lail turun berkenaan kedermawanan Abu Bakar. Al-Hakim menyebutkan bahwa ayat 5 hingga ayat terakhir surah ini turun berkenaan dengan kedermawaan Abu Bakar yang memerdekakan hamba-hamba yang lemah.

Sementara riwayat Ibnu Hatim yang bersumber dari Urwah menyebutkan Abu Bakar telah memerdekakan 7 hamba-hamba yang disiksa majikannya karena beriman kepada Allah sehingga turun ayat 17 hingga 21 surah ini berkenaan kedermawaannya. Riwayat lain juga menyebutkan bahwa ayat 19 hingga 21 surah ini turun berkenaan dengan kedermawaan Abu Bakar. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dll, dari al-Hakam bin Abban, dari ‘Ikrimah, yang bersumber dari ‘Ibnu ‘Abbas. Menurut Ibnu Katsir, hadits ini gharib.)

Pokok-pokok isi surat Al Lail


Usaha manusia itu berlainan, karena itu balasannya berlainan pula; orang yang suka berderma, bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang baik dimudahkan Allah baginya melakukan kebaikan yang membawa kepada kebahagiaan di akhirat, tetapi orang yang dimudahkan Allah baginya melakukan kejahatan-kejahatan yang membawa kepada kesengsaraan di akhirat, harta benda tidak akan akan memberi manfaat kepadanya; orang yang bakhil merasa dirinya cukup dan mendustakan adanya pahala yang baik.

Surat Al Lail menerangkan bahwa amalan-amalan yang dikerjakan dengan tulus ikhlas semata-mata mencari keridhaan Allah itulah yang membawa kebahagiaan di akhirat kelak.

Pada surat Al Lail diterangkan bahwa orang yang taqwa akan dimudahkan Allah mengerjakan perbuatan taqwa sehingga memperoleh kebahagiaan.

Referensi :