Apa makna lagu Lir-Ilir karya Sunan Kalijaga?

Lir-ilir, lir-ilir…Tandure wis sumilir…Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar…Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi…Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro…

Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir…Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore…Mumpung padhang rembulane,mumpung jembar kalangane…Yo surako… surak iyo…

Bangunlah, bangunlah Tanaman sudah bersemi Demikian menghijau bagaikan pengantin baru Anak gembala, anak gembala panjatlah (pohon) belimbing itu Biar licin dan susah tetaplah kau panjat untuk membasuh pakaianmu Pakaianmu, pakaianmu terkoyak-koyak di bagian samping Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore Mumpung bulan bersinar terang,mumpung banyak waktu luang Ayo bersoraklah dengan sorakan iya

Dalam setiap membuat karyanya, Sunan Kalijaga selalu menyelipkan makna dengan nilai filosofi kehidupan. Makna yang terkandung dari lagu Lir-ilir adalah sebagai umat Islam, kita harus sadar, kemudian bangun dari keterpurukan, bangun dari sifat malas dan lebih mempertebal keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah. Diri kita digambarkan dengan tanaman yang hijau dan mulai bersemi pada awalnya, tergantung kita mau bermalas-malasan dan membiarkan iman kita mati atau bangun dan berusaha untuk menumbuhkan tanaman (iman) hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan di musim panen seperti kebahagiaan sepasang pengantin baru.

Kemudian disebutkan juga Cah Angon (anak gembala), anak gembala maksudnya adalah seseorang yang mampu menjadi imam, seseorang yang bisa “mengembalakan” makmumnya ke jalan yang telah ditetapkan Allah, yang digembalakan di sini adalah hati, bagaiaman kita bisa menjaga hati kita agar tidak terbawa hafa nafsu. Kemudian si anak gembala diminta untuk memanjat pohon belimbing, buah belimbing memiliki 5 sisi berbentuk bintang, 5 sisi ini merupakan gambaran dari rukum Islam yang terdiri dari 5 perkara. Si anak gembala tetap harus memanjat pohon belimbing, meski sulit dan licin, jadi sekuat hati kita harus melaksanakan rukun Islam tadi, meski sulit dan berat.

Si anak gembala memanjat pohon belimbing untuk mencuci pakaiannya, pakaian di sini dimaksudkan adalah Iman, untuk itu iman kita harus terus bersih dan diperbaiki. Kita diharapkan melakukan hal-hal diatas ketika kita masih sehat (dilambangkan dengan terangnya bulan) dan masih mempunyai banyak waktu luang dan jika ada yang mengingatkan maka jawablah dengan iya.

Sumber

Apa makna lagu Lir-Ilir karya Sunan Kalijaga ?

Maksud kalimat dari tembang lir-ilir sebagai kearifan budaya tersebut adalah sebagai berkikut :

  • Lir-ilir Lir-ilir artinya “bangun, bangunlah, bangun” atau “sadar, sadarlah, sadar” maknanya bahwa setelah manusia bangun atau sadar maka segeralah berbakti, beriman dan bertakwa kepada Allah. Salah satunya dengan melakukan dzikir dan sembahyang (dalam rukun Islam).

  • Tandure wis sumilir artinya “tanamannya sudah bersemi” maknanya bahwa peliharalah kebaktian, kesadaran, keimanan dan ketaqwaan pada Tuhan agar tetap dijaga untuk menerangi jalan hidup dari dunia hingga akhirat.

  • Tak ijo royo-royo tek sengguh penganten anyar artinya “tanaman padi yang telah subur menghijau seperti pengantin baru” maknanya bahwa pengantin baru tentu akan merasa bahagia dan tampak berseri-seri wajahnya.

  • Cah angon, cah angon, penekna blimbing kuwi artinya “anak-anak gembala panjat dan petiklah buah belimbing itu” maknanya bahwa buah belimbing itu memiliki warna kuning keemasan serupa dengan bintang. buah belimbing ini melambangkan lima watak utama (rela, tawakal, jujur, sabar dan berbudi luhur) agar manusia dapat menyempurnakan kebaktian, keimanan dan ketakwaannya kepada Allāh.

  • Lunyu-lunyu penekna kanggo masuh dodotiro artinya “sekalipun licin pohonnya, panjatlah untuk mencuci pakaianmu” maknanya bahwa buah belimbing digunakan untuk mencuci pakaian dan pakaian memiliki makna simbolik sebagai hati manusia, agar bersih dan suci. Hati manusia harus selalu dicuci dengan melaksanakan lima watak utama (rela, tawakal, jujur, sabar dan berbudi luhur) agar manusia akan selalu dekat dengan Allāh.

  • Dodotiro kumitir bedhahing pinggir domana jlumatana kanggo seba mengko sore artinya “pakaianmu-pakaianmu berumbai robek di tepu jahit dan sulamlah untuk menghadap nanti sore” maknanya bahwa pakaian dilambangkan sebagai agama (iman dan takwa), karena agama harus tetap utuh dan selalu dijaga sampai rusak bahkan sampai hancur berantakan. Jika agama itu masih berlobang ataupun rusak maka orang tersebut belum sempurna dalam melaksanakan ajarannya. Kata mengko sore sebagai tanda bahwa waktu ajal sudah dekat, walaupun belum tahu kapan waktunya dipanggil maka manusia harus mempersiapkan diri sewaktu menerima panggilan itu.

  • Mumpung padang rembulane mumpung jembar kalangane artinya “selagi besar rembulannya selagi luas kalangannya” maknanya bahwa agar setiap manusia jangan suka menunda waktu selagi muda, sehat, gagah perkasa dan memiliki waktu yang panjang maka segeralah menghadap Allah melalui do‟a dan sembahyang (Shalat lima waktu) sebelum datangnya ajal. yo surako surak hore artinya “mari bersorak bersorak hore” maknanya bahwa menggambarkan perasaan manusia yang merasa bahagia karena telah mampu melaksanakan lima watak utama (rela, tawakal, jujur, sabar dan berbudi luhur) .

Tembang lir-ilir ini mengandung nasihat hidup bagi setiap manusia untuk mengolah budi pekertinya agar mencapai kesempurnaan. Budi perkerti itulah manusia harus diolah setiap hari agar dapat melaksanakan lima watak utama. Jika lima watak utama tersebut dilaksanakan maka itu akan mudah dilewati tetapi jika tidak maka itu tergantung pada manusia itu sendiri.

Tembang ini diawali dengan Lir ilir yang artinya ngelilir (bangunlah), bangunlah atau bisa diartikan sebagai sadarlah. Kita diminta bangun dari keterpurukan, bangun dari sifat malas untuk mempertebal keimanan yang telah ditanamkan oleh ALLAH SWT dalam diri kita, karena itu digambarkan dengan Tandure wus sumilir atau tanaman yang mulai bersemi dan pohon-pohon yang mulai menghijau bagaikan Tak ijo royo-royo. Semua itu tergantung pada diri kita masing-masing, apakah mau tetap tidur dan membiarkan tanaman iman kita mati atau bangun dan terus berjuang untuk menumbuhkan tanaman tersebut hingga besar dan mendapatkan kebahagian seperti bahagianya pengantin baru atau Tak sengguh temanten anyar.

Cah angon atau anak gembala, yang artinya kita telah diberi sesuatu oleh ALLAH SWT untuk kita gembalakan yaitu “HATI”, bisakah kita gembalakan hati kita ini dari dorongan hawa nafsu yang demikian kuatnya, si anak gembala diminta untuk memanjat pohon belimbing atau Penekno blimbing kuwi yang notabene buah belimbing itu bergerigi lima buah, dalam hal ini sebagai gambaran dari disuruh untuk menjalankan Sholat 5 waktu, dan Lima Rukun Islam.

Pohon belimbing itu memang licin dan meskipun dalam keadaan susah untuk melaksanakannya, kita harus bisa memanjatnya sekuat tenaga yang artinya kita tetap berusaha menjalankan sholat 5 waktu / Rukun Islam apapun halangan dan resikonya bagaikan Lunyu-lunyu penekno. lalu apa gunanya semua ini? semua ini berguna untuk mencuci badan kamu atau Kanggo mbasuh dodotiro (dada kamu) yang bermakna bahwa badan itu yang harus di bersihkan dari segala macam dosa.

Dodotiro, yang berarti adalah badan kamu harus di bersihkan dari dosa. Namun sebagai manusia biasa badan kamu terkadang banyak lukanya (badan yang masih banyak dosa) sehingga perlu obati bagaikan Dondomono, Jlumatono agar menjadi badan yang sehat (bersih dari dosa). Kanggo sebo mengko sore atau untuk menghadapi nanti sore, kata ini mempunyai makna bahwa suatu saat kita semua pasti akan mati, karena itu kita selalu diminta untuk membersihkan badan kita dari dosa, agar kelak kita siap ketika dipanggil menghadap kehadirot ALLAH SWT, karena kematian atas semua makhluk hidup adalah rahasia dari ALLAH SWT, dan kita bisa dipanggil atau mati kapan saja.

Mumpung padhang rembulane, Mumpung Jembar kalangane atau selagi rembulannya masih terang dan selagi banyak waktu luangnya atau banyak kesempatan, kata-kata ini mengandung arti bahwa ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, dan ketika masih banyak kesempatan karena diberi umur yang masih menempel pada hayat kita maka pergunakanlah waktu dan kesempatan itu untuk bisa membersihkan diri dari segala macam dosa agar senantiasa selalu bertaqwa kepada ALLAH SWT.

Yo surako surak iyo atau bersoraklah dengan sorakan iya untuk menyambut seruan ini dengan sorak sorai, ketika kita masih sehat dan mempunyai waktu luang. Jika ada yang mengingatkan, maka jawablah dengan “Iya”. Setelah kita melaksanakan semua itu maka kita akan bergembira atau senang dan bersorak.

Sumber

1 Like