“Hiasilah dirimu dengan maksiat dan janganlah dihiasi dengan ketaatan” Syaikh Ibnu Athaillah
Kira-kira apa makna dari ucapan tersebut ?
“Hiasilah dirimu dengan maksiat dan janganlah dihiasi dengan ketaatan” Syaikh Ibnu Athaillah
Kira-kira apa makna dari ucapan tersebut ?
“Hiasilah dirimu dengan maksiat dan janganlah dihiasi dengan ketaatan”. .
Maqalah ini merupakan maqalah untuk maqam tasawwuf, sehingga tidak bisa dimaknai secara langsung atau lateral. Apabila hanya dimaknai secara makna zhahirnya saja, maka langsung bisa mengklaim bahwa Syaikh Ibnu Athaillah itu sesat atau salah. Padahal yang dimaksud dalam maqalah tersebut adalah jangan merasa banyak amal dalam hidup ini, tetapi merasalah banyak dosa dalam hidup ini.
Mengapa?
Karena kalau kita selalu menghisai diri kita dengan perasaan bodoh dan meyakini kebodohan, maka kita tidak akan memandang rendah orang lain dan tidak akan menakar sekolah atau pesantren. Selain itu, kita harus selalu berada di maqam kekurangan agar selalu termotivasi untuk terus belajar dan tidak meremehkan orang lain.
Oleh karena itu, orang ahli thariqah itu harus selalu merasa banyak dosa, ahli maksiat, bodoh, menghilangkan perasaan berhasil, menghilangkan perasaan bisa atau mampu, dan yang ada dalam diri dan jiwanya hanya perasaan ana ‘abdun faqiirun jaahilun (saya adalah hamba yang faqir dan bodoh), sehingga sebagai hamba atau kawulo benar-benar sadar bahwa diri ini adalah kawulo, dan terus semakin meningkatkan kekawulonannya, karena itu adalah salah satu fungsi dari thariqah, sehingga bisa mencapai inti tasawwuf yaitu tashfiyatu al-quluub wa tazkiyatu an-nafs (membersihkan hati dan menyucikan jiwa).
Selain itu, tasawwuf itu tidak menyangkut pakaian, tidak berhubungan dengan pakaian. Akan tetapi, tasawwuf itu menyangkut ilmu hati, sehingga orang dulu memaknai tasawwuf dengan aji roso.
Wallahu a’lam