Apa makna dari lukisan "Colour Pyramid No.1" karya Peter Dittmar?

Lukisan “Colour Pyramid No.1” karya Peter Dittmar

image

Lukisan Colour Pyramid No.1 merupakan salah satu karya perupa seni lukis, Peter Dittmar. Ia merupakan pelukis asing yang terkenal dan pernah mengajar di Goethe Institute Jakarta, Indonesia. Lukisan ini dibuat tahun 2012 dengan menggunakan media Mixed Media on Teak Board. Lukisan ini merupakan lukisan kontemporer. Dengan teknik melukis menggunakan bahan campuran di atas teak board.

Apa makna dari lukisan “Colour Pyramid No.1” karya Peter Dittmar?

Makna dari Lukisan “Colour Pyramid No.1” karya Peter Dittmar:

Sejak lama, Peter Dittmar telah tertarik dengan spiritualitas Timur. Dia pernah melakukan perjalanan ke India, menggali inspirasi dari kosmologi Hindu-Buddha, demi memenuhi hasrat jiwanya akan spiritualitas. Dia menjadi bagian dari arus ide-ide Timur yang kemudian merasuki pikiran remajanya untuk memberontak pada kemapanan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh kaum Generasi Bunga. Pesona Timur telah merasuki jiwanya. Dia menekuni ajaran Zen Buddhisme. Ajaran-ajaran Zen itu pula yang banyak memengaruhi konsep karyanya. Dia melatih diri dalam seni kaligrafi, dengan goresan yang kuat, tegas dan cepat, namun tetap mengesankan kelembutan. Dia mendalami hakikat warna dan keheningan yang dipancarkannya.

Kebanyakan karya Dittmar merepresentasikan pencarian spiritual dan perenungan akan hakikat kehadiran kosmos. Dia berkeyakinan kosmos dibentuk oleh dua unsur yang saling berlawanan namun mengharmoniskan, seperti nature-culture, laki-perempuan, panas-dingin, dan sebagainya. Dalam terminologi kebudayaan Bali sering disebut sebagai konsep Rwa Bhineda, atau dalam ajaran Tiongkok kuno dikenal dengan paham Ying-Yang. Dittmar mengatakan selama bertahun-tahun mengakrabi spiritualitas dan kebudayaan Bali, dia terus berupaya menyerap taksu kosmologi tanah Dewata untuk proses penciptaan karya-karyanya.

Dittmar menggarap karya-karyanya di atas bidang-bidang yang dilapisi dengan sejenis kertas merang yang biasa dipakai pada ritual-ritual di kuil Buddha dan Kong Hu Cu. Bidang-bidang itu dibentuk dengan mengacu pada simbol-simbol kuno, seperti lingkaran, bujur sangkar dan persegi panjang, yang mempresentasikan jendela dengan nuansa warna tertentu. Untuk mencitrakan ruang kosong, ia melubangi pusat bidang dengan bentuk-bentuk lingkaran.

Pada bidang-bidang yang telah dilapisi kertas merang itu, Dittmar membuat sapuan warna coklat muda, abu-abu, biru, merah, dan campuran abu-abu dengan kuning emas sebagai background. Warna dasar itu kemudian ditera dengan alat khusus sehingga memunculkan jejak garis bertekstur dan bervariasi, seperti garis lengkung bergelombang, garis lurus.

Pada beberapa karyanya, di atas warna dasar dia membuat variasi bidang dengan penyebaran warna tertentu yang mencuatkan kesan transparan dan terkadang menampilkan aksentuasi bidang berwarna merah menyala, hitam, kuning emas. Pada beberapa karyanya yang lain, dia menciptakan komposisi garis spontan dan cipratan warna yang membentuk kaligrafi. Karya-karya terbaru Peter Dittmar sangat berbeda dengan karya-karya sebelumnya. Dalam seri terbarunya, ekspresi spontan telah digantikan oleh keteraturan dan kontrol. Dia terus menerus mendalami hakikat warna dan bidang, berupaya menemukan jenis abstraksi yang sama sekali berbeda. Tentu upaya-upaya itu selalu berkaitan dengan pencarian spiritualnya.