Apa makna dari berbuat adil kepada sesama?

Islam mengajarkan kita untuk berbuat adil. Apa makna dari berbuat adil kepada sesama?

Kata adil secara bahasa artinya sama berat, tidak berat sebelah, atau tidak memihak. Secara istilah, adil diartikan dengan sikap menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dengan demikian, adil tidak selalu berarti memberikan sesuatu kepada orang lain dengan jumlah sama persis. Dalam Al-Qur’an, adil juga mengandung banyak pengertian sesuai konteks ayat-ayatnya. Adil kadang diartikan dengan seimbang, benar, tebusan, atau memberikan segala sesuatu kepada yang berhak. Contohnya pengertian adil yang dijelaskan dalam firman Allah yang artinya sebagai berikut:

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu . . . . (Q.S. an-Nisa [4]: 135)

Keadilan pada ayat di atas mengandung pengertian bersikap seimbang/jujur saat menjadi saksi, baik kepada diri sendiri, orang tua, maupun kerabat kita. Pengertian adil ini berbeda dengan yang dijelaskan dalam ayat yang artinya,

”Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan bukti-bukti yang nyata dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil . . . .” (Q.S. al-Hadid [57]: 25).

Keadilan dalam ayat ini mengandung pengertian memberikan segala sesuatu kepada yang berhak, baik pribadi atau golongan, tanpa melebihi dan mengurangi. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, menunjukkan bahwa keadilan dapat diukur menggunakan hati nurani dan rasio maupun fisik dan indra. Oleh karena itu, dalam bahasa Arab, adil dapat dibedakan menjadi dua istilah, yaitu al-‘adl dan al-‘idl.

Jika al-‘adl merupakan keadilan yang ukurannya didasarkan pada kalbu ataupun rasio, al-‘idl merupakan keadilan yang dapat diukur dengan fisik ataupun pancaindra, seperti timbangan maupun hitungan. Dengan demikian, keadilan tidak hanya diukur dengan besarnya bagian materi yang sama rata, tetapi sesuatu yang bersifat abstrak yang hanya dirasakan dengan kelapangan hati dan pikiran. (Ensiklopedi Islam untuk Pelajar 1. 2001, halaman 18).

Keadilan merupakan nilainilai kemanusiaan yang sangat penting. Dengan demikian, dalam menjalani hidup kita harus menjunjung tinggi keadilan. Selalu berusaha bersikap adil merupakan salah satu ciri-ciri orang yang takwa

Ringkasan

Adil (Ar;al-adl), salah satu sifat yang harus dimiliki oleh manusia dalam rangka menegakkan kebenaran kepada siapa pun tanpa kecuali, walaupun akan merugikan dirinya sendiri. Secara etimologis al-adl berarti tidak berat sebelah, tidak memihak; atau menyampaikan yang satu dengan yang lain (al-musawah). Istilah lain dari al-adl adalah al-qist al-misl (sama bagian atauu semisal). Secara terminologis adil berarti “mempersamakan” sesuatu dengan yang lain, baik dari segi nilai maupun dari segi ukuran sehingga sesuatu itu menjadi tidak berat sebelah dan tidak berbeda satu sama lain. Adil juga berarti “berpihak atau berpegang kepada kebenaran”.

Keadilan lebih dititik beratkan pada pengertian meletakkan sesuatu pada tempatnya jika keadilan telah dicapai, maka itu merupakan pada tempatnya jika keadilan telah dicapai, maka itu merupakan dalil kuat dalam islam selama belum ada dalili lain yang menentangnya.

Berlaku adil sangat terkait dengan hak dan kewajiban, hak yang dimiliki oleh seseorang, termaasuk hak asasi, wajib diperlakukan secara adil. Hak dan kewajiban terkait diberikan kepada yang berhak menerimanya. Oleh karena itu hukum berdasarkan amanah harus ditetapkan secara adil tanpa dibarengi rasa kebencian dan sifat negatif lainnya, (QS.4:58).

Allah SWT disebut sebagai “Yang Maha Adil dan Bijaksana terhadap semua hamba-Nya, karena Allah SWT tidak mempunyai kepentingan apa-apa dari perbuatan yang dilakukan oleh hamba-Nya jika manusia berbuat kebaikan, maka tidak akan mempengaruhi Kemaha adilan-Nuya tidak akan mengurangi kemaha adilannya itu. Apa yang diperbuat oleh manusia, apakah kebaikan atau kezaliman, hasilnya akan diterima oleh manusia itu sendiri.

"Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya
sendiri dan barangsiapa yang mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk
dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambanya." Q.S. 41:46.4

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan.” Q.S. al-Jaatsiyah (45): 155

Dalam beberapa bidang hukum islam, persyaratan adil sangat menentukan benar atau tidaknya dan sah atau batalnya suatu pelaksanaan hukum. Dalam Al-Quran banyak ayat yang memerintahkan manusia untuk berlaku adil dan segala hal, walaupun akan merugikan diri sendiri. Diantara ayat tersebut adalah: Perintah agar manusia berlaku adil dan berbuat kebaikan serta menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar.

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, member kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS.16:90)

Di dunia ini, hal yang baik saja belum tentu dibalasi dengan kebaikan, kadang dibalas hinaan, caci maki bahkan fitnah… Sebaliknya hal yang buruk pun belum tentu dibalasi keburukan, kadang malah dipuji orang…

Namanya juga dunia, banyak kemungkinan bisa terjadi, karena digelari alam mumkin, karena masih serba mungkin… Hanya akherat saja yang bisa benar-benar fair dan adil dalam hukum Allah, dimana kebaikan akan dibalas kebaikan yang berlipat ganda, dan keburukan akan dibalas keburukan dengan seimbang saja…

Semua akan dibalasi sebagaimana amal perbuatannya masing-masing, tidak terkecuali saya, bilamana ada keburukan-keburukan saya pun tetap kena balasan… Ikhtiar manusiawi adalah berusaha dan terus berusaha untuk memperbaiki diri…

Yang hari ini lebih buruk dari kemarin, itu adalah kecelakaan, umur yang sia-sia, bencana didepan mata…

Yang hari ini sama saja dengan kemarin, itu adalah kerugian yang nyata…

Yang hari ini lebih baik dari kemarin, itu adalah berkah anugrah Allah semata…

Janganlah terus menerus dalam kerugian apalagi kecelakaan… Karena hidup itu sendiri sudah disebut “kerugian”… Demi waktu ashar…

Mursyid Syech Muhammad Zuhri