Apa makna Citra dalam piala FFI?

Piala Citra yang dipergunakan hingga FFI 2007 ini merupakan hasil rancangan dari seniman patung (Alm) Sidharta. Ketika FFI yang semula diselenggarakan Yayasan Film Indonesia (YFI) diambil alih oleh pemerintah, tahun 1979,
image

Citra sendiri yang berarti ‘bayangan’ atau ‘image’ awalnya adalah sebuah sajak karya Usmar Ismail. Sajak ini kemudian dijadikan sebagai karya lagu oleh Cornel Simanjuntak. Berikutnya Usmar Ismail menjadikannya sebagai sebuah film. Dalam tradisi FFI, Citra kemudian dijadikan nama piala sebagai simbol supremasi prestasi tertinggi untuk bidang perfilman. Sebelumnya ada beberapa nama yang diusulkan untuk Piala ini yaitu:

Citra (Bayangan Wajah)
Mayarupa (Bayangan yang Terwujudkan)
Kumara (Cahaya Badan)
Wijayandaru (Cahaya Kemenangan)
Wijacipta (Kreasi Besar)
Prabangkara (Nama Ahli Sungging Majapahit)
Mpu Kanwa (Nama Sastrawan Majapahit)

Pada FFI 2008 mulai digunakan Piala Citra bentuk baru. Sejumlah seniman seni rupa dan seni patung bekerja membuat rancangan Piala Citra dengan mengubah desain Piala Citra yang terwujud selama ini yaitu yaitu Heru Sudjarwo, S.Sn., M.A., (Koordinator), Prof. Drs. Yusuf Affendi MA, Drs. H. Dan Hisman Kartakusumah, Indros Sungkowo, dan Bambang Noorcahyo, S.Sn. Rancangan menjadi simbol bagi semangat baru penyelenggaraan FFI.

Namun pada penyelenggaraan FFI 2014, piala citra kembali diubah kembali ke bentuk awalnya yakni rancangan Gregorius Sidharta dengan sedikit modifikasi ulang oleh Dolorosa Sinaga. Hal ini sebagai simbol kembalinya penyelenggaraan FFI kepada semangat awal.