Apa Kepentingan Jepang Dalam Mengatasi Penebangan Liar di Indonesia?

deforestasi
Pada 2 Mei 2002, Menteri Kehutanan Republik Indonesia menerima kunjungan delegasi Jepang yang dipimpin oleh Ambassador for Global Environment and International Economic Affairs . Dalam pembicaraannya, kedua delegasi sepakat menindaklanjuti Forest Law Enforcement and Governance (FLEG) pada September 2001, mengenai Deklarasi Bali. Dari pertemuan ini menghasilkan Asia Forest Partnership.

Apa Kepentingan Jepang Dalam Mengatasi Penebangan Liar di Indonesia?

Lebih dari 200 delegasi menghadiri simposium perhutanan ( Forest Certification Syimposiums) yang diadakan di Jepang untuk pertama kalinya yaitu pada tahun 2002. Forum ini bertujuan untuk memaparkan manfaat sertifikasi hutan, baik di dalam maupun di luar Jepang, disimpulkan bahwa kayu Jepang perlu membenahi diri untuk mengurangi ketegantungan pada impor. Berdasarkan data menujukkan bahwa Jepang merupakan negara pengimpor kayu terbesar di dunia yaitu denganmendatangkan 80% kayu dan produk kayu lainnya dari luar negeri. Sekitar 50% konsumsi kayu lapis dan pulp negara tersebut diimpor dari Asia Pasifik.

Terjadi lonjakan pertumbuhan impor kayu lapis Jepang sebesar 4.200% selama kurun waktu 10 tahun terakhir. Sementara itu, impor particle board meningkat sebanyak 1.900. Total impor produk kayu tahunan bernilaii sekitar 20 miliar dolar AS.

Data Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 1992 menyatakan bahwa impor kayu Jepang dari Indonesia tahun 1990 tercatat 69.88 juta dolar AS. Sedangkan impor pulp dan limbah kertas dari Indonesia tercatat 6,27 juta dolar AS. Jepang sangat bergantung pada impor kayu. Hutan Jepang mencakup 68% dari kawasan teritorial, namun industri domestik tidak berkembang. Dengan menggalakkan sertifikasi hutan ( forest certification ) di Jepang sekarang ini, diharapkan akan mendorong industri kayu setempat dan mengurangi ketergantungan pada impor.

Jepang memiliki kepentingan besar atas industri Hutan Tanaman Industri (HTI) Indonesia. Sehingga, sejumlah ilmuwan Jepang meneliti pengelolaan HTI lestari dan berkelanjutan di lahan gambut. Indonesia memiliki potensi lahan gambut yang sangat besar. Dengan potensi ini akan memberikan keuntungan bagi Jepang sebagai negara yang memang tidak dapat telepas dari penggunaan kertas seperti tradisi origami atau seni melipat kertas ‘Negeri Sakura’ dan tingginya minat baca di negeri ‘Matahari Terbit’.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Jepang memiliki perhatian besar dalam pemberantasan pembalakan liar karena memiliki kepentingan :

  • Sumber daya alam. Sebagai contoh Jepang mendapat harga dari Indonesia dengan harga murah.
  • Adanya pinjaman ODA dari Jepang telah memberikan peluang bagi Jepang untuk melebarkan pangsa pasar produk-produk Jepang di Indonesia di tengah persaingan global dengan negara lain.
  • Bantuan pinjaman ODA dari Jepang sebagai langkah Jepang untuk menciptakan kondisi Indonesia sebagai wilayah yang relatif stabil bagi jalur perdagangan Jepang.
Referensi

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24294/1/Starlet%20Rallysa%20Injaya%20[HI-UIN'2006].pdf