Apa kendala dalam menerapkan manajemen kinerja bagi organisasi?

Manajemen kinerja adalah suatu proses strategis dan terpadu yang menunjang keberhasilan organisasi melalui pengembangan performansi SDM. Dalam manajemen kinerja kemampuan SDM sebagai kontributor individu dan bagian dari kelompok dikembangkan melalui proses bersama antara manajer dan individu yang lebih berdasarkan kesepakatan daripada instruksi. Kemudian apa saja kendala yang dialami organisasi dalam menerapkan manajemen kinerja?

Secara garis besar dapat dikatakan manajemen kinerja merupakan cara pimpinan organisasi dalam melakukan komunikasi dengan bawahan guna pencapaian tujuan organisasi yang ditetapkan. Begitu bermanfaatnya peranan manajemen kinerja, namun dalam pelaksanaannya seringkali terdapat persoalan, baik dari sisi atasan maupun sisi bawahan.

1. Dari sisi atasan sebagai pejabat penilai ada keengganan menerapkannya karena faktor-faktor sebagai berikut:

  • Kesulitan dalam mengerti formulir dan tata cara penilaian
    Di mana kriteria-kriteria yang digunakan tidak jelas pengertiannya atau memiliki pengertian yang kabur, sehingga menimbulkan multi interpretasi, dan tata caranya berbelit-belit.

  • Tidak ingin berkonfrontasi dengan bawahan
    Terutama mereka yang dinilai kinerjanya kurang baik. Sebab keengganan ini yaitu atasan tidak punya argumentasi yang kuat akibat tidak jelasnya kriteria penilaian yang digunakan. Selain itu atasan tidak ingin merusak hubungan baik dengan bawahan, misalnya karena satu nilai buruk, padahal hubungan baik sangat penting untuk bekerja sama dengan bawahan.

  • Atasan kurang mengetahui rincian pekerjaan
    Sehingga tidak mengerti aspek-aspek apa yang harus diperhatikan ketika melakukan penilaian dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan. Hal ini berpengaruh pada kemampuan atasan memberikan umpan balik secara efektif guna perbaikan kinerja bawahan.

2. Sedangkan keengganan dari sisi bawahan sebagai pihak yang dinilai adalah:

  • Pengalaman buruk di masa lalu
    Di mana atasan memperlakukan kinerja bawahan yang kurang baik dengan sinis atau acuh sehingga bawahan tidak mendapatkan umpan balik yang bermanfaat bagi perbaikan kinerjanya.

  • Bawahan tidak suka dikritik, terutama bila dikaitkan dengan kinerjanya
    Hal ini mungkin karena atasan hanya bisa mengkritik tanpa memberikan jalan keluar yang jelas

  • Ada rasa takut karena ketidakjelasan kriteria dan standar penilaian
    Sehingga baik buruknya kinerja bawahan menjadi sangat subyektif (unsur suka atau tidak suka atasan terhadap bawahan amat dominan terhadapt nilai kinerja bawahan), padahal hasil penilaian kinerja menentukan banyak hal penting bagi bawahan, di antaranya kenaikan pankat, gaji dan perolehan bonus atau insentif.

  • Bawahan tidak mengerti betul manfaat diterapkannya manajemen kinerja
    Seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Hal ini karena kurang sosialisasi peran penting manajemen kinerja bagi keberhasilan organisasi.