Apa kelemahan metodologis pendekatan pendapatan per kapita ?

Apa kelemahan metodologis pendekatan pendapatan per kapita ?

1 Like

Secara metodologis, pendapatan per kapita sebagai indeks yang menunjukkan perbandingan tingkat kesejahteraan antar masyarakat ternyata memiliki kelemahan. Kelemahan itu timbul karena pendekatan ini mengabaikan adanya perbedaan karakteristik antar negara, misalnya struktur umur penduduk, distribusi pendapatan masyarakat, kondisi sosial-budaya, dan perbedaan nilai tukar (kurs) satu mata uang terhadap mata uang yang lain.

Di NSB biasanya proporsi penduduk di bawah umur dan usia muda relatif lebih tinggi ketimbang di negara-negara maju. Dengan demikian, perbandingan pendapatan setiap keluarga di kedua kelompok negara itu tidaklah seburuk seperti yang digambarkan oleh tingkat pendapatan per kapita mereka.

Misalnya, keluarga Pak Amir terdiri dari 5 anggota keluarga dengan pendapatan US $1.000 dan keluarga Pak Badu terdiri dari 3 anggota keluarga dengan pendapatan US $750. Meskipun pendapatan per kapita anggota keluarga Pak Amir lebih rendah dibandingkan pendapatan per kapita anggota keluarga Pak Badu, sangat mungkin keluarga Pak Amir mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi dibandingkan keluarga Pak Badu, karena beberapa jenis pengeluaran seperti rekening air dan listrik, perumahan, serta barang-barang lain yang digunakan secara bersama-sama tidak banyak berbeda di antara kedua keluarga tersebut.

Dalam pendekatan per kapita, menurut Gilarso (2004) Angka Produk Nasional Bruto (GNP) dan Pendapatan Nasional (Y) meringkas hasil kegiatan ekonomi seluruh negara selama satu tahun dalam satu angka. Angka tersebut, bersama dengan laju perkembangannya merupakan informasi dan alat analisis yang penting karena memberikan gambaran tentang situasi dan struktur ekonomi, taraf perkembangannya, kekuatan dan kelemahannya.

Akan tetapi, angka GNP itu sendiri sebenarnya masih kurang sempurna sebagai tolok ukur untuk mengetahui taraf hidup atau tingkat kemakmuran suatu negara. GNP mengukur volume barang dan jasa yang diproduksikan tetapi tidak mengatakan apa-apa mengenai distribusi pendapatan di antara warga masyarakat. Juga tidak mecakup seribu satu hal yang dapat mempertinggi mutu kehidupan seperti kesejahteraan, keadilan sosial, kepastian hukum, HAM, dan sebagainya.

Beberapa kekurangan GNP sebagai tolok ukur taraf kesejahteraan :

  • Ada sejumlah besar kegiatan yang sebenarnya termasuk produktif tetapi tidak ikut diperhitungkan. Hal ini menyebabkan GNP Indonesia kelihatan rendah dari yang sebenarnya.

  • GNP adalah alat ukur yang bersifat kuantitatif, yang tidak dengan tepat dapat mencerminkan perbaikan dalam kualitas hidup.

  • GNP hanya mengukur volume produksi tetapi tidak mengatakan apa-apa tentang bagaimana pembagian hasil di antara warga negara. Juga tidak menunjukkan apa-apa tentang komposisi hasilo produksi itu.

  • Kenaikan dalam GNP ada beberapa “efek samping” yang negatif seperti pencemaran udara/lingkungan, kebisingan, penggundulan hutan dan erosi, dan sebagainya yang tidak dikurangi dari nilai GNP sebagai biaya.

Referensi

Gilarso, T. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta : Kanisius.